Langsung ke konten utama

Homeschooling dan Perkembangan Kepribadian



Anak homeschooling dapat memiliki kepribadian yang sehat apabila homeschooling benar-benar diterapkan secara tepat. Jenis homeschooling yang tepat untuk pembentukan kepribadian adalah komunitas homeschooling. Pada komunitas homeschooling, kegiatan pembelajaran sudah diatur menyerupai silabus pembelajaran sehingga dapat ditentukan sikap-sikap apa saja yang akan dikembangkan supaya anak memiliki kepribadian yang sehat. Pengajar pada komunitas homeschooling juga bukan hanya orang tua saja, sehingga anak dapat belajar membentuk sikap dari orang lain maupun teman sebaya.

Pembentukan kepribadian mandiri dan bertanggung jawab dapat dibentuk melalui pembelajaran individu atau pembuatan proyek belajar. Sebagai contoh, anak mendapat tugas untuk mengeksplorasi berbagai jenis tulang daun. Anak harus mencari berbagai jenis tulang daun dan menempelkannya pada kertas kemudian diidentifikasi jenis tulang daunnya. Anak yang sering mendapatkan penugasan proyek secara individu dapat menjadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Pembentukan kepribadian peneri-maan sosial dapat dibentuk melalui penugasan lapangan, misalnya penugasan wawancara dengan narasumber, mencari data kependudukan di kelurahan, dan sebagainya. Melalui penugasan lapangan tersebut siswa dapat tetap berinterak-si dengan lingkungan sekitarnya.

Anak homeschooling lebih mudah diatur kepribadiannya karena pengajar (baik orang tua maupun staf pengajar komunitas homeschooling) dapat lebih fokus pada satu atau dua orang individu saja. Supaya anak dapat menilai diri sendiri, kemampuan diri, dan prestasi diri, maka anak homeschooling dapat dipertemukan dengan anak homeschooling yang lain dalam suatu acara bersama sehingga mereka dapat bersaing satu sama lain.

Perbedaan kepribadian antara anak homeschooling dengan sekolah formal terletak pada proses pembentukannya. Pada anak homeschooling proses pembentukan kepribadian didominasi oleh orang tua atau pun pengajar homeschooling, anak meniru kebiasaan-kebiasaan orang yang berada di seki-tarnya. Hal ini tentu berbeda jika dibandingkan dengan anak-anak yang bersekolah di sekolah formal. Pada anak yang bersekolah di sekolah formal, pem-bentukan kepribadian dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti orang tua, teman sebaya, guru, maupun lingkungan sekolah. Kepribadian yang terbentuk dapat bermacam-macam sesuai dengan lingkungan tempat anak tersebut me-ngenyam pendidikan.


#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...