Di antara ketiga anak-anak Ibu, mungkin saya yang dominan mendapat warisan sifat terutama dalam hal “kewanitaan”. Bahkan suami saya sering bilang kalau sifat saya fotocopy- annya Ibu. Mulai dari cerewetnya, ngiritnya, kebanyakan aturannya, ribetnya, dan sebagainya. Sebelumnya saya tidak pernah menyadari hal ini, karena sebagian orang berpendapat saya mirip Bapak terutama secara face dan etos kerja. Jadi selama 25 tahun saya mirip Bapak, kemudian setelah menikah menjadi lebih mirip Ibu atau keduanya sama-sama mendominasi dalam diri saya menjadi diri saya seutuhnya. Tapi apapun itu, yang saya rasakan sekarang memang lebih condong mirip Ibu. Mungkin status istri, membuat “kekuatan” tersembunyi dalam diri saya keluar sehingga saya menjadikan Ibu sebagai cerminan dalam mengatur rumah tangga. Saya menjalani rumah tangga baru seumur jagung, belum ada setahun, Allah memberikan kesempatan bagi saya dan suami untuk hidup mandiri, tidak serumah dengan orang tua maupun mertua. Inilah titik
Tentang perjalanan untuk terus memperbaiki diri..