Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Publikasi Buku "Ku Didik Engkau dengan Cinta"

Namanya juga masih draft , masih rencana, pasti akan banyak perbaikan sana sini. Termasuk dalam urusan judul buku. Kemarin saya memutuskan membuat judul buku “Mendidik dengan Cinta”. Eh.., ada teman yang komentar kalau sudah ada buku denga judul yang sama. Dikarenakan saya tidak suka sama-samaan, akhirnya saya ganti judul buku menjadi “Ku Didik Engkau dengan Cinta”. Hanya masalah judul yang beda. Esensi masih tetap sama dan semoga tak ada buku yang berjudul sama lagi. Berikut ini adalah rencana publikasi buku. Sekali lagi ini masih rencana, jadi hanya gambaran kasar saja. Masih sangat memungkinkan ada banyak perubahan kelak. Kerjasama dengan penerbit Penulis pemula seperti saya akan memulai memasukkan naskah ke penerbit Indie. Ada beberapa penerbit Indie yang mulai saya perhitungkan seperti Ellunar, Kata Depan, Pejuang Literasi, Intisari, dan beberapa penerbit buku lain. Saya masih speak-speak suami supaya mau membantu dalam hal penerbitan. Cara pemasaran Dilakukan secara on

Konsep Buku "Mendidik dengan Cinta"

Setelah menetapkan tujuan penulisan buku "Mendidik dengan Cinta", selanjutnya adalah mendeskripsikan secara singkat konsep buku yang akan saya tulis. Konsep buku yang hendak saya deskripsikan cukup singkat meliputi judul, jenis, konten, rencana desain, tujuan, visi, misi, dan sasaran buku. Ulasan konsep buku tersebut yaitu sebagai berikut. Judul Buku :  Mendidik dengan Cinta Jenis Buku :  pendidikan / parenting Tujuan Buku :  Bahan bacaan orang tua baru dalam mendidik generasi alfa Visi : Mencetak generasi alfa yang tangguh dan survive di masa depan Misi : Mengenalkan buku "Mendidik dengan Cinta" pada orang tua baru yang masih belajar parenting Konten Buku : Buku ini berisi tentang berbagai hal tentang pendidikan anak/parenting. Meliputi: dasar ilmu mendidik, berbagi cerita mendidk anak, dan tips dalam mendidik anak generasi alfa. Buku ini terdiri dari 8 bab sebagai berikut. 1. Definisi Cinta dalam Mendidik Buah Hati 2. Selayang Pandang Pendi

Mendidik dengan Cinta

Mendidik tak bisa serta merta. Mendidik adalah proses panjang yang melibatkan banyak komponen kompleks. Dalam mendidik diperlukan ilmu dan ilmu tersebut akan lebih bermakna jika disertai dengan cinta. Ya.. Mendidik perlu cinta, perlu keikhlasan dan kesabaran. Wujud cinta ini yang beragam, tergantung bagaimana orang tua mendefinisikan cinta bagi buah hati yang mereka didik. Tak ada satu pun orang tua di dunia ini yang tak mencintai anak-anaknya. Mereka mencintai anak-anak mereka dengan caranya. Terdapat beberapa pola asuh orang tua yang berhasil membawa anak-anak mereka menuju sukses. Ada pola asuh yang membawa anak-anak mereka untuk mampu berdikari. Bahkan ada pula orang tua yang sukar melepaskan genggaman perlindungannya pada sang anak. Mereka semua punya dasar yang sama, yaitu kecintaan terhadap anak-anak mereka. Lalu kecintaan seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak-anak kita? Dalam mendidik generasi alfa, tantangan yang dihadapi demikian kompleks. Orang tua harus ma

Mengatasi Jutaan Kemauan Anak

Pernahkah melihat anak-anak menangis di jalan atau pusat perbelanjaan karena permintaannya tak dituruti? Dalam istilah lain disebut tantrum. Tantrum adalah kondisi di mana anak sangat susah dikendalikan. Sayangnya perilaku tantrum ini lebih sering dilakukan anak di tempat umum sehingga.orang tuanya malu. Orang tua berada dalam kondisi dilematis antara hendak menuruti permintaan anak atau tidak. Setiap orang tua tentu menginginkan anak bisa berperilaku disiplin dan tidak sembarang tantrum di tempat. Penulis berhasil menemukan trik membatasi kemauan anak versi Fufuelmart pendiri Sakeena Parenthood. Teh Fufu memulainya dengan menceritakan keseharian Emil dan Awim serta bagaimana mendisiplinkan mereka. Emil dan Awim pun sama dengan anak lain yaitu sering meminta sesuatu hal secara berulang-ulang, misalnya mengajak bermain. Dilematis yang dialami Teh Fufu ini sama dengan ibu yang lain yaitu harus membagi waktu untuk membersihkan rumah, memasak, dan kegiatan rumah lain. Hal tersebut ser

Mendidik Generasi Pecinta Al-Qur'an

Siapa yang tidak ingin mempunyai generasi shalih shalihah pecinta Al-Qur'an? Tentu semua orang tua menginginkan anak-anaknya tumbuh bersama Al-Qur'an. Generasi yang demikian tentu bisa menularkan semangat positif di lingkungan sekitarnya. Saat ini banyak kasus penurunan moral pada anak-anak. Moral anak mulai rusak dan tidak terkendali. Lihatlah.. Begitu banyak kasus kekerasan, tawuran antar pelajar, perploncoan, dan hal buruk lain yang dilakukan oleh anak-anak. Hal tersebut tentu bukan yang menjadi keinginan kita. Di kesempatan kali ini penulis diberikan kesempatan untuk wawancara bersama Ustadz Kholiq. Ustadz Kholiq ini adalah pendiri Sekolah Karakter Imam Syafi'i (SKIS) Semarang. Ustadz Kholiq ini berbagi tentang kiat-kiat mendidik generasi pecinta Al-Qur'an. Ustadz Kholiq menyatakan bahwa dalam mendidik anak terdapat 4 fase. Fase tersebut meliputi: 1) usia 0-7 tahun masa emas penumbuhan karakter iman; 2) usia 7-10 tahun masa emas penumbuhan karakter belajar; 3)

Membatasi Istilah Guru Sahabat Siswa

Apa yang kalian ingat dari perjalanan pendidikan saat kelas 6? Apa yang terbersit pada memori sekian tahun lalu ketika duduk di kelas 6? Ada banyak hal yang kemudian terlintas manakala kita membuka kembali kisah lama itu. Ada yang terkenang dengan riuhnya suasana kelas, kentalnya persahabatan selama 6 tahun, masa puber, persiapan ujian, dan guru kelasnya. Guru kelas 6 menjadi salah satu guru di SD yang paling terkenang sepanjang masa. Guru di jenjang ini memiliki peran yang cukup besar terhadap kelulusan siswa dan nama baik sekolah yang bersangkutan. Lantas bagaimana berkesannya perjalanan seorang guru kelas 6? Sudah sejak tahun 2015, Irfan menjadi guru kelas 6 di sebuah desa yang terletak di kaki Gunung Sindoro, Kabupaten Temanggung. Ia otomatis dipercaya mengampu kelas 6 begitu ia menerima SK pengangkatan di sana. Meski baru 3 tahun berkiprah di kelas 6, tapi perjalanan prestasi anak didiknya terbilang sukses. Di tahun ajaran 2017/2018 ia berhasil mengantarkan sekolahnya menjad

Belajar Minum Menggunakan Sedotan

Alhamdulillah.. sampai Alula berumur 8 bulan saya masih bisa membersamainya dalam durasi waktu yang panjang. Saya bekerja hanya sehari dalam seminggu, sehingga waktu bersama Alula masih banyak. Saya bisa mengASIhi Alula secara eksklusif sampai ia berumur 6 bulan, berlanjut hingga sekarang. Kebersamaan saya dan Alula juga bisa menghindarkannya dari dot. Saya benar-benar berusaha menghindari dot untuk menghindari risiko bingput atau bingung puting. Bingput ini dapat menyebabkan bayi malas menyusu secara langsung sehingga lama kelamaan produksi ASI menurun. Bagaimana jika produksi ASI menurun? Bisa-bisa bayi gagal mendapatkan ASI sebelum berumur 2 tahun dan itu sangat disayangkan sekali. Sejauh ini saya tidak pernah mengenalkan dot pada Alula. Ketika ia saya tinggal pergi, Alula minum ASI Perah (ASIP) menggunakan sippy cup. Bentuk sippy cup ini berbeda dengan dot sehingga bisa mengurangi risiko bingput walau risiko itu tetap ada. Sippy cup ini penggunaannya memang lebih susa

Duh. . Anakku Terkena Cinderella Complex!!

Pernahkah Ibu mendengar tentang istilah Cinderella Complex (CC)? Istilah CC ini memang baru terkenal akhir-akhir ini. Walau kasus CC ini sebenarnya sudah ada sejak lama. CC cenderung dialami oleh perempuan. Cinderella Complex, yaitu kecenderungan untuk bergantung pada orang lain yang lebih kuat, sehingga kemandiriannya berkurang. Anak perempuan dengan CC cenderung lebih manja dan "lemah" dibandingkan anak perempuan yang tidak mengalami CC sehingga kemampuan mereka untuk survive sangat kurang. Apa penyebab seorang anak perempuan cenderung mengalami Cinderella Complex? Bayi perempuan biasanya berperilaku lebih menyenangkan dibandingkan bayi laki-laki. Hal ini membuat orang dewasa cenderung memberikan perlindungan dan pertolongan ekstra pada anak perempuan. Anak perempuan ini menjadi terbiasa dengan mindset akan ada pertolongan jika ‘berperilaku baik’. Akhirnya anak perempuan cenderung mengembangkan bakat dan kemampuan dirinya demi orang lain, bukan untuk kemajuan dirin

Mendidik Anak Adab Makan

Kapan pertama kali si kecil makan? Pertama kali si kecil makan pada usia 180 hari atau 6 bulan. Pada usia tersebut mereka dikenalkan pada makanan padat setelah 6 bulan pertama hanya mengenal ASI. Si kecil butuh penyesuaian akan Hal tersebut, sehingga tak jarang muncul berbagai drama pada acara makan si kecil. Drama moment makan si kecil ini bervariasi, bisa aksi menyembur makanan, tantrum, atau gerakan tutup mulut. Semua drama itu harus Ibu lalui dengan sabar, karena tanpa kesabaran si kecil bisa jadi tidak akan tumbuh besar. Memberi makan pada si kecil bukan hanya masalah memasukkan nutrisi di tubuhnya, namun lebih dari itu. Moment makan si kecil juga digunakan sebagai sarana mendidik tentang adab makan yang baik. Sering kita temukan, bayi digendong keliling kampung sambil disuapin, bayi lari-lari diikuti ibunya yang membawa semangkok nasi, atau bayi menangis sementara si ibu terus menjejalkan makanan. Hal tersebut tentu bukan adab makan yang baik. Adab makan yang baik perlu dibi

Pergeseran Cita-cita Generasi Alfa

Mungkin masih ada yang bertanya-tanya tentang apa dan bagaimana generasi alfa tersebut. Sebelumnya kita telah mengenal generasi X, Y, dan Z. Sekarang adalah masa setelah tiga generasi tersebut. Sebenarnya generasi X, Y, Z maupun alfa memiliki persamaan yaitu sama-sama generasi yang mengenal internet, hanya beda di usia pertama kali mereka mengenal internet. Jika pada generasi Z, mereka mengenal internet sejak kanak-kanak. Pada generasi alfa, mereka mengenal internet bahkan semenjak mereka dilahirkan. Mereka begitu dekat dengan dunia cyber . Generasi alfa ini dimulai pada anak-anak yang lahir di atas tahun 2010. Akses informasi luas yang tersaji pada generasi alfa membuat mereka dikatakan generasi paling cerdas secara kognitif. Kelebihan yang dimiliki oleh generasi alfa ini bisa jadi bumerang apabila kita sebagai orang tua kurang tepat dalam mendidik mereka. Jangan sampai dengan kecerdasan kognitif yang mereka capai, generasi ini justru menjadi generasi yang "menuhankan"

Seberapa Pentingkah Paracetamol Pasca Imunisasi?

Bagi ibu yang masih mempunyai bayi usia di bawah satu tahun pastinya sering bertemu dengan jadwal imunisasi. Hampir setiap bulan bayi diimunisasi baik imunisasi mandiri maupun subsidi pemerintah. Imunisasi ini penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak. Di balik kontroversi imunisasi, saya cenderung pihak yang setuju pada imunisasi. Bagi saya lebih baik memberikan tameng untuk si kecil sekaligus memutus rantai penularan. Sebagai contoh, seorang anak terkena rubella, bagi si anak sendiri efeknya memang tidak terlalu buruk. Namun, jika si anak ini menularkan penyakit pada ibu hamil, maka efeknya akan lebih buruk. Janin yang dikandung ibu bisa cacat jika terpapar rubella . Demi menghindari kemungkinan tersebut, saya rutin mengajak Alula imunisasi. Di 6 bulan pertama, Alula memiliki jadwal imunisasi sebulan sekali. Imunisasi di 6 bulan pertama tersebut variatif. Beberapa jam setelah lahir, Alula sudah diimunisasi Hb0. Pada bulan berikutnya, Alula diimunisasi BCG. Kata bidan yang me

Ing Ngarsa Sung Tuladha: Sudahkah Kita Menjadi Contoh yang Baik?

Ada yang masih ingat siapa pendiri Taman Siswa? Taman Siswa didirikan oleh Suwardi Suryaningrat atau lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Begitu pedulinya Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan membuat beliau semangat mendirikan dan membesarkan Taman Siswa. Ki Hajar Dewantara menjadi tokoh pendidikan yang diperhitungkan di zamannya. Bahkan presiden Soekarno mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai menteri pendidikan pada masa awal kemerdekaan. Kontribusi yang diberikan Ki Hajar Dewantara di dunia pendidikan sangatlah banyak. Pelaksanaan pendidikan di Indonesia tak lepas dari 3 semboyan yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara. Semboyan tersebut yaitu ing ngarsa sung tuladha (yang depan memberi contoh), ing madya mangun karsa (yang tengah memberi kekuatan), dan tut wuri handayani (yang belakang memberi dorongan). Ketiga semboyan tersebut lahir didasarkan pada kepribadian bangsa Indonesia. Semboyan tersebut sudah disesuaikan dengan karakteristik bangsa Indonesia. Sehingga sa

Review: Piknik Edukatif Disponsori oleh Bukalapak

Ingat piknik, jadi ingat ketika saya masih kecil dulu. Piknik menjadi suatu hal yang sangat luar biasa karena hanya terjadi sekali selama 1 semester, yaitu ketika libur sekolah. Minimnya sarana dan keterbatasan dalam banyak hal membuat moment piknik ini memang sangat jarang terjadi ketika saya kecil. Ketika saya masih kecil, akses informasi belum secepat sekarang. Ketika hendak piknik tempat yang dituju biasanya hanya tempat yang memiliki wahana bermain. Di benak saya dan keluarga, piknik identik dengan bermain. Dapat dikatakan bahwa bukan piknik namanya jika tidak naik wahana apapun di tempat rekreasi. Itu persepsi piknik ketika saya masih kecil. Nah.. Begitu sekarang saya menjadi ibu, persepsi tentanf piknik menjadi bergeser. Piknik tidak hanya terbatas pada bermain atau wahana permainan. Piknik seharusnya bisa memuat nilai-nilai edukatif untuk menanamkan hal yang positif pada anak. Ketika anak piknik, mereka harus bisa mengambil suatu nilai atau mempelajari sesuatu. Salah satu te

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding

Review: OPPO A33 Menemani Belajar Menjadi Orang Tua

Di zaman modern seperti ini, kita diwajibkan untuk melek teknologi. Semua kegiatan kita sehari-hari tak lepas dari teknologi terutama penggunaan gadget atau gawai. Setiap hari kita menggunakan gawai untuk mempermudah berbagai kegiatan sehari-hari. Benda yang termasuk dalam gawai adalah smartphone, laptop, notebook, MP3 player, dan beberapa benda sejenis. Bagi saya, gadget terutama smartphone menjadi hal yang begitu penting. Saya memang tak bisa terlepas dari smartphone karena benda ini saya gunakan sebagai sarana belajar. Smartphone yang saya gunakan memang bukan keluaran baru. Saya menggunakan OPPO A33 untuk memperlancar komunikasi dan belajar banyak hal melalui kulwhap (kuliah whatsapp) yang sering saya ikuti. Sejak menjadi calon orang tua, saya sering mengikuti grup Whatsapp ibu menyusui dan parenting. Begitu banyaknya grup yang saya ikuti membuat memory smartphone saya cepat sekali penuh. Terkadang hal tersebut menyebabkan smartphone saya mengalami loading lama atau lol

Review: Evamat Puzzle Teman Bermain dan Belajar

Kalau dulu, slogan “Teman Bermain dan Belajar” ini bikin saya ingat majalah kesayangan waktu kecil, yaitu majalah Bobo. Majalah favorit ini yang menemani masa kecil saya hingga beranjak dewasa. Melalui majalah ini juga saya hobi membaca, dilanjutkan dengan suka menulis. Eiittss.. tapi kali ini saya tidak akan membahas majalah Bobo, namun fokus pada istilah “Teman Bermain dan Belajar”. Teman bermain dan belajar yang saya maksud adalah evamat puzzle. Apakah ada yang belum paham tentang evamat puzzle? Awalnya saya pun tak paham apa dan bagaimana evamat puzzle. Namun, seiring perjalanan saya menjadi ibuknda bagi Alula, membuat saya tahu lebih banyak tentang evamat puzzle. Ketertarikan saya pada evamat puzzle diawali dari peristiwa Alula jatuh dari tempat tidur setinggi 60 cm. Alula jatuh langsung mengenai lantai keramik. Beruntung tidak ada gejala gawat darurat, juga tidak ada darah atau benjolan sehingga dalam 3 x 24 jam Alula tetap baik-baik saja. Hal tersebut membuat saya sadar

Review: Moment Melahirkan Bersama PKU Muhammadiyah Wonosobo

Moment melahirkan selalu menjadi cerita menarik, terutama bagi diri saya pribadi. Proses panjang dan melelahkan demi bertemu jabang bayi masih saja selalu terkenang. Moment melahirkan selalu melibatkan banyak pihak, entah orang tua, keluarga besar, tetangga, dan pihak nakes. Banyak hal yang bisa diceritakan, tapi kali ini saya fokus menceritakan tentang pihak nakes yang setia mendampingi proses kelahiran Alula. Awalnya, saya sama sekali tak berkeinginan bahkan tak berniat melahirkan di rumah sakit. Saya sangat percaya diri bisa melahirkan secara normal di bidan. Saya selalu membangun pikiran positif bahwa saya bisa melahirkan secara normal. Siapa sangka ternyata Alula mengalami beberapa penyulit sehingga ia tidak bisa lahir secara normal. Pembukaan yang lama membuat saya harus dirujuk ke rumah sakit. Tidak ingin mengambil banyak risiko, saya langsung masuk IGD di RS PKU Muhammadiyah Wonosobo. Begitu masuk IGD, saya langsung dibawa ke ruangan untuk cek awal seperti cek t