Pernahkah melihat anak-anak menangis di jalan atau pusat perbelanjaan karena permintaannya tak dituruti? Dalam istilah lain disebut tantrum. Tantrum adalah kondisi di mana anak sangat susah dikendalikan. Sayangnya perilaku tantrum ini lebih sering dilakukan anak di tempat umum sehingga.orang tuanya malu. Orang tua berada dalam kondisi dilematis antara hendak menuruti permintaan anak atau tidak. Setiap orang tua tentu menginginkan anak bisa berperilaku disiplin dan tidak sembarang tantrum di tempat.
Penulis berhasil menemukan trik membatasi kemauan anak versi Fufuelmart pendiri Sakeena Parenthood. Teh Fufu memulainya dengan menceritakan keseharian Emil dan Awim serta bagaimana mendisiplinkan mereka. Emil dan Awim pun sama dengan anak lain yaitu sering meminta sesuatu hal secara berulang-ulang, misalnya mengajak bermain. Dilematis yang dialami Teh Fufu ini sama dengan ibu yang lain yaitu harus membagi waktu untuk membersihkan rumah, memasak, dan kegiatan rumah lain. Hal tersebut seringkali membuat kelabakan, apalagi ketika di rumah anak-anak hanya ditemani ibu.
"Dulu, suka berakhir tantrum kalau tiba-tiba diberhentikan. Karena mereka belum tahu konsep waktu, bilang 'sebentar lagi ya…', atau 'sebentar ya bundami masak dulu nanti baca lagi…', seringkali itu pun jadinya membuat mereka sedih," ungkap Teh Fufu yang menyebut dirinya Bundami. Anak-anak memang belum mengerti konsep waktu, di benak mereka, orang tua khususnya ibu adalah teman yang selalu siap sedia untuk diajak main. Tak peduli dalam situasi dan kondisi apapun. Di sisi lain, tak bisa dipungkiri bahwa ibu memiliki pekerjaan rumah segudang yang menunggu untuk diselesaikan.
Teh Fufu sendiri mengakui bahwa untuk beberapa aktivitas tertentu, Emil dan Awim mau mengerti walaupun pada akhirnya mereka badmood juga. Contoh perilaku yang membuat Teh Fufu geregetan adalah ketika Emil dan Awim minta snack terus menerus.
"Bundami ngejatah makanan ringan Emil Awim, meskipun puding yang buatan sendiri pun dibatasi saat mau makan. Biar Emil Awim masih ngerasain lapar dan mau makan, karena kalau kenyang sama snack nantinya suka bilang nggak laper atau makannya sedikit," terang Teh Fufu memberi penjelasan. Teh Fufu sering trial and error dalam mengatasi minta "terus-terusan" ini. Banyak cara yang sudah dilakukan.
"Yang paling jitu membuat mereka paham, tanpa harus bikin mereka sedih/badmood adalah rumus 'SATU KALI LAGI YA….'. Udah lama banget menerapkan metode ini, sama Emil khususnya, dan pas Awim udah bisa diajak ngobrol pun ternyata jitu juga, meski anak belum bisa berhitung," ungkap Teh Fufu membeberkan triknya. Cara tersebut digunakan Teh Fufu dan suaminya untuk membatasi sesuatu pada Emil dan Awim. Sebagai contoh ketika Emil dan Awim minta dibacakan buku terus, di sinilah trik 'satu kali lagi ya' mulai diterapkan.
"Satu lagi ya kak bacakan bukunya, abis ini Bundami mau masak dulu sebentar, lalu kita makan, lalu baca buku lagi, oke?" kata Teh Fufu seolah memeragakan sedang berbicara dengan Emil dan Awim. Atau ketika Emil dan Awim berebut ingin main singa-singaan di punggung dan Awim belum mengerti giliran.
"Awim satu kali lagi ya, abis ini Kakak dulu oke?". Teh Fufu kembali memeragakan seolah sedang ber berbicara dengan Emil dan Awim.
Teh Fufu mengatakan bahwa dengan pembiasaan negosiasi membuat anak merasa dihargai. Keputusan yang diambil tidak sepihak, namun mempertimbangkan anak demi kenyamanan bersama. Membiasakan meminta izin pada mereka membuat mereka menghormati orang tua. Secara otomatis anak pun akan meminta izin pada orang tuanya ketika akan melakukan sesuatu.
"Hal ini juga yang membuat Emil Awim jarang tantrum ketika keinginan mereka tidak terpenuhi. Misal saat tidak membeli satu mainan pun, karena sudah membeli mainan dua minggu kemarin, atau saat tidak membeli jajanan favorit mereka, karena lagi nggak ada jatah jajan," terang Teh Fufu. Ada baiknya orang tua tidak selalu mengikuti kemauan anak. Walaupun mungkin secara ekonomi orang tua tersebut mampu, namun anak perlu tahu batas kewajaran, sehingga mereka memiliki pengendalian diri yang baik.
"Anak-anak kita perlu tahu 'sakitnya penolakan', agar mereka tangguh dalam menjalani kehidupan dunia yang tak selalu berjalan sesuai harapan mereka. Tidak semua keinginan anak perlu dituruti kan?" kata Teh Fufu sebagai penutup. Demi ketahanan anak-anak menghadapi masa depan, orang tua memang perlu bersikap "tega" dan tegas terhadap anak-anak. Mereka tak akan bisa beradaptasi di masa depan jika kita tidak membiasakan mereka dengan pembiasaan-pembiasaan yang mengandung nilai positif.
Narasumber:
Foezia Citra Cuaca Elmart (Fufu Elmart)
Owner dan Marketing Manager Sakeena Parenthood
Penulis buku:
1. Menikah itu Mudah, Trimkom Publishing 2013
2. Mahir Merawat Organ Intim Wanita
3. Menjawab Pertanyaan Dalam Praktik Klinik Kebidanan.
4. Jodoh Dunia Akhirat, Mizania 2013
5. Pelangi Sepertiga Malam: Antalogi Puisi Islami
6. Jodohku Inilah Proposal Nikahku, Mizania 2014
7. Pernikahan Impian, Mizania 2014 ( Bersama penulis lain )
#nonfiksi
#ODOPBatch6
Wah, berguna banget mbaa tips di atas. Terima kasih mbaa infonya 😍
BalasHapusTantrum. Saya bebrapa kali menyaksikan di kereta, anak anak balita menangis histeris sampai orangtuanya kewalahan. Kasihan sekali mereka. Sudah mencoba berbagai cara tapi tidak berhasil. Anak anak ku tidak pernah sampai seperti itu. Yang paling sering dari yang saya amati adalah karena sedang main hp terus diminta atau berebut sama saudaranya.
BalasHapusSatu kali lagi ya 😃
BalasHapusBener bgt, anak2 hrs merasakan penolakan. Di dunia ini gak semuanya menyenangkan. Hehe...
BalasHapusMantap
BalasHapusKeren nih mantap sharing ilmunya
BalasHapusWaaaa.. Keren wawancara teh fufu
BalasHapusIni rasanya aku pernah baca di ig-nya teh Fufu..
Hapusmantap wawancaranya
BalasHapusWell done mbak desty
BalasHapusWaaaaa trik yang sederhana tapi bisa manjur jugaaa ya buat melatih anak anak mengenal penolakan. Because that's the real world, gak semuanya bisa menerima, anak perlu belajar menyiapkan mentalnya dari rumah
BalasHapusSuka sama tulisannya 😍😍😍
BalasHapusMantap mbak wawancaranya keren banget
BalasHapus