Langsung ke konten utama

Celoteh Pertama Alula



Di umur 1000 hari pertama, seseorang mengalami banyak sekali perubahan signifikan baik pertumbuhan maupun perkembangannya. Hal ini yang benar-benar saya perhatikan di 1000 hari pertama kehidupan Alula. Alula memang mengalami perubahan perkembangan yang signifikan, entah perkembangan sosial kemandiriannya, perkembangan gerak kasar, perkembangan gerak halus, maupun perkembangan bahasanya. Nah., kali ini saya hendak membahas tentang perkembangan bahasa Alula.

Bayi seusia Alula secara teoretis harus sudah bisa bersuara tanpa arti seperti mamama, bababa, dadada, tatata, dan sebagainya. Saya agak lupa kapan Alula mulai suka berceloteh, yang jelas sekarang Alula suka sekali berceloteh. Alula berceloteh jika kondisi hatinya sedang baik, misalnya ketika ia bangun tidur, ketika makanan yang dimakan cocok, atau di sela-sela waktu bermain. Ia sering spontan mengucapkan kata-kata yang menurut kami (orang dewasa) sudah memiliki arti.

Beberapa celoteh yang sering Alula katakan adalah Mbah, Mbu, Ayaaa, maem, mbue, nen, Mbabu, dan beberapa celoteh lain. Kami mengartikan beberapa celotehan Alula seperti Mbah untuk memanggil Simbah Kakung dan Putri Alula, Mbu untuk memanggil Ibu, Ayaa untuk memanggil Ayah, maem diartikan makan, mbue biasanya dikatakan ketika Alula sudah ngantuk berat, nen jika Alula ingin nenen, dan Mbabu diartikan sebagai panggilan khusus Alula untuk Simbah Putri. Masih ada banyak celotehan Alula yang belum bisa kami artikan seperti atatatata, bububu, dan sebagainya.

Ada kejadian lucu kemarin malam. Ketika sudah waktunya tidur, namun Alula tak kunjung mengantuk, padahal saya dan ayah Lula sudah lelah sekali. Alula masih saja guling-guling walaupun lampu kamar sudah dimatikan. Jadilah kami menemani Alula main dulu selama beberapa menit. Alula tak lelah berguling-guling sambil berceloteh. Sampai ia tiba-tiba berada di posisi leyeh-leyeh, kepala Alula bersandar di perut ayahnya dan kedua tangannya terlentang. Saya tertawa melihat posenya, refleks saya katakan kepadanya “Enak yo, Dek? Ngablah-ablah (bahasa jawa: posisi santai)”. Begitu mendengar saya mengatakan “ngablah-ablah”, Alula spontan menirukannya walau tak jelas. Saya dan ayah Lula berpandangan kemudian tertawa. “Wah., ini anak udah pinter menirukan sesuatu, Buk. Katakan yang baik-baik, biar ditiru,” demikian pesan ayah Lula.

Melihat sedemikian cepat respon Alula dalam menirukan sesuatu, maka kami mencoba melantunkan suara-suara yang baik seperti surat-surat pendek dalam Al-Qur’an. Kami coba dengan surat Al-Ikhlas. Kami ulang-ulang ayat pertama. Awalnya Alula belum merespon. Ia masih diam saja. Kami ulang lagi ayat pertama surat Al-Ikhlas. Alula justru tertawa riang. Kami ulang lagi. Kemudian Alula merespon dengan celotehan entah apa maknanya. Begitu ia berceloteh, bersamaan kami puji ia. “Pinter. Adek sudah pinter,”. Padahal, kami juga tidak tahu apakah ia menirukan suara kami atau hanya berceloteh seperti biasa. Namun, kami percaya pemberian apresiasi positif akan membangun kepercayaan diri yang kuat di diri Alula.

Dari pengalaman tersebut, saya teringat dengan teori yang mengatakan bahwa bayi ibarat spons. Ia akan menyerap apa saja yang ada di sekelilingnya. Apa saja diserap tanpa filter. Jika sekelilingnya baik, maka yang terserap dalam diri bayi adalah kebaikan. Demikian pula sebaliknya. Maka kita sebagai orang tua seharusnya memfasilitasi bayi atau anak-anak dengan kondisi sebaik mungkin. Penyerapan informasi ini begitu cepat pada anak-anak usia bayi dan sayangnya peristiwa ini tidak bisa diulang kembali. Daripada kita susah menginstal ulang hal buruk yang sudah melekat dalam diri anak, lebih baik mencegah supaya hal buruk tak ada yang masuk di diri anak.


#nonfiksi
#ODOPBatch6

Komentar

  1. Setuju banget mb. Kalau mau mengajarkan anak tentang agama, moral, alquran dan lainnya bagusnya saat masih bayi gini.. Luar biasa ya Allah menciptakan manusia, masya Allah, semoga Alula menjadi anak Sholehah ya mba :))

    BalasHapus
  2. Ya ampuun persis kayak anakku mbaa, hiihii lucu bangeett.

    BalasHapus
  3. Klo ada celoteh unik bin ajaib ditulis aja mba. Buat kenangan suatu saat nanti saat anaknya sudah besar. Hehe. Happy parenting! ❤️

    BalasHapus
  4. Kayaknya saya masih dibawah umur ya, blm sampe kesana (ngomongin anak)...wkwk

    BalasHapus

Posting Komentar

Thank you for visiting... 😁😁

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Mendidik dengan Cinta

Mendidik tak bisa serta merta. Mendidik adalah proses panjang yang melibatkan banyak komponen kompleks. Dalam mendidik diperlukan ilmu dan ilmu tersebut akan lebih bermakna jika disertai dengan cinta. Ya.. Mendidik perlu cinta, perlu keikhlasan dan kesabaran. Wujud cinta ini yang beragam, tergantung bagaimana orang tua mendefinisikan cinta bagi buah hati yang mereka didik. Tak ada satu pun orang tua di dunia ini yang tak mencintai anak-anaknya. Mereka mencintai anak-anak mereka dengan caranya. Terdapat beberapa pola asuh orang tua yang berhasil membawa anak-anak mereka menuju sukses. Ada pola asuh yang membawa anak-anak mereka untuk mampu berdikari. Bahkan ada pula orang tua yang sukar melepaskan genggaman perlindungannya pada sang anak. Mereka semua punya dasar yang sama, yaitu kecintaan terhadap anak-anak mereka. Lalu kecintaan seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak-anak kita? Dalam mendidik generasi alfa, tantangan yang dihadapi demikian kompleks. Orang tua harus ma...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...