Bagi ibu yang masih mempunyai bayi usia di bawah satu tahun pastinya sering bertemu dengan jadwal imunisasi. Hampir setiap bulan bayi diimunisasi baik imunisasi mandiri maupun subsidi pemerintah. Imunisasi ini penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak. Di balik kontroversi imunisasi, saya cenderung pihak yang setuju pada imunisasi. Bagi saya lebih baik memberikan tameng untuk si kecil sekaligus memutus rantai penularan. Sebagai contoh, seorang anak terkena rubella, bagi si anak sendiri efeknya memang tidak terlalu buruk. Namun, jika si anak ini menularkan penyakit pada ibu hamil, maka efeknya akan lebih buruk. Janin yang dikandung ibu bisa cacat jika terpapar rubella. Demi menghindari kemungkinan tersebut, saya rutin mengajak Alula imunisasi.
Di 6 bulan pertama, Alula memiliki jadwal imunisasi sebulan sekali. Imunisasi di 6 bulan pertama tersebut variatif. Beberapa jam setelah lahir, Alula sudah diimunisasi Hb0. Pada bulan berikutnya, Alula diimunisasi BCG. Kata bidan yang mengimunisasi, BCG tidak menyebabkan demam. Saya cukup lega, karena jujur saja saya khawatir dengan kondisi demam pasca imunisasi. Pada bulan kedua, Alula harus imunisasi DPT. Nah.. Imunisasi ini yang memberi efek demam pada bayi. Saya pun bersiap-siap hendak menghadapi efek lanjutan dari imunisasi.
Malam harinya, Alula memang mengalami demam walau tidak tinggi. Ia juga selalu menangis ketika kakinya diangkat untuk ganti popok. Mungkin kakinya terasa pegal dan tak nyaman ketika disentuh akibat disuntik. Alula mulai agak rewel dan mudah menangis. Sejak awal, saya sudah berencana meminimalisir obat untuk Alula. Saya ingin mendidik tubuh Alula untuk kuat secara alami untuk hal-hal yang sepele. Demam pasca imunisasi justru bisa menandakan bahwa vaksin yang dimasukkan dalam tubuh sudah bekerja. Jadi, kita tak perlu khawatir dengan momok demam pasca imunisasi.
Oleh karena itu, saya kuatkan hati dan diri saya untuk menghadapi kerewelan Alula pasca imunisasi. Saya selalu mengingat ilmu dari grup-grup ASI bahwa obat terbaik bagi bayi adalah ASI. ASI mengandung apa saja yang dibutuhkan bayi sesuai dengan kondisinya. Selain kebaikan ASI itu sendiri, skin to skin antara bayi yang menyusu dengan kulit ibu juga akan memberikan efek tenang sehingga bayi merasa nyaman. Begitu Alula menunjukkan tanda tak nyamam, maka saya dekatkan Alula untuk lebih sering menyusu. Saya menyusuinya lebih sering dibandingkan ketika belum diimunisasi. Dalam semalam suntuk, saya bisa menyusuinya berulang-ulang bahkan 2 sampai 3 jam sekali.
Begitu semalaman saya gelontor ASI, pagi harinya Alula sudah membaik. Ia seolah lupa kalau semalam demam. Sampai di imunisasi-imunisasi berikutnya, saya memberlakukan hal yang sama. Tidak memberikan paracetamol sama sekali pada Alula walau ia demam. Hal tersebut membuat tubuh Alula lebih kuat dalam menghadapi dampak imunisasi. Di imunisasinya yang terakhir kemarin, Alula baik-baik saja, tidak menunjukkan efek demam maupun efek lain. Alula tetap ceria seperti biasa.
Nah.. Pengalaman tersebut membuat saya semakin yakin bahwa paracetamol tidak saya butuhkan untuk mengatasi demam pasca imunisasi. Pemberian paracetamol justru dapat mengurangi manfaat positif dari vaksin yang dimasukkan dalam tubuh. Anak rewel karena demam pasca imunisasi itu biasa. Namanya juga sedang adaptasi karena tubuhnya dimasukkan benda asing. Kita sebagai ibu yang harus bijaksana dalam menyikapi hal tersebut. Dokter Apin dalam bukunya berjudul "Berteman dengan Demam" mengatakan bahwa demam itu bukan penyakit, namun suatu gejala bahwa dalam tubuh anak sedang ada sesuatu. Demam buka untuk diobati, namun sesuatu yang menyebabkan demam itu yang harus ditangani.
Jika dalam kasus imunisasi, maka imunisasi itu penyebab demam. Imunisasi kan pemberian kekebalan, berarti tak perlu diobati, cukup sering disusui, persering skin to skin, dan kompres di lipatan-lipatan. Kira-kira begitulah analogi singkatnya.
Mari menjadi ibu bijak dalam penggunaan obat. Alangkah baiknya jika si kecil tidak buru-buru diberikan obat, jika masih dalam taraf sakit yang wajar. Hal tersebut bisa menjadi kebiasaan bagi anak kelak, bahwa dalam menyikapi penyakit tidak sedikit-sedikit konsumsi obat, karena tubuh kita sebenarnya sudah punya pasukan yang siap melawan penyakit. Namun, kalau sudah observasi 3 x 24 jam tak ada kesembuhan, silakan menghubungi dokter anak sahabat keluarga.
#nonfiksi
#ODOPBatch6
Kalau anak sakit, ibu emang jadi tak tenang ya mba? Saya juga gak kasih adik paracetamol pasca imunisasi kecuali waktu DPT. Alhamdulillah aman 😊
BalasHapusSetau aku, setiap orang punya daya tahan imun. Jadi, biarlah imun alami tubuh kita bekerja. Jangan biarkan dia menganggur.😂 ah, ngomong apasih 😅🙏
BalasHapusMaksudnya kalo masih sakit ringan, seperti demam, jangan langsung minum obat. Demam itu juga tanda bahwa daya imun kita sedang bekerja. Cukup istirahat. Atau lebih baik herbal, no efek samping.😁
Langkah awal, pasti kedokter dulu ya bunda alula😂 dari pada salah obat mending tanya ke yang lebih mengetahui
BalasHapusBaru tau kalau siap imunisasi minum paracetamol mba, maklum belum ada bayi 🙊🙊🙊
BalasHapusSebagai seorang ibu memang harus pintar2 mencari informasi ya mbak biar nggak gampang panik 😁
BalasHapusAku setuju mba.. liat ponakan zaman sekarang kok toh ya rentan banget sama penyakit.. alhasil dikit” ke dokter. Kasihan :’)
BalasHapusSaya pernah nulis tentang skin to skin juga mbak. Judulnya, ayah ibu gendong anakmu :D maaf promosi ya mbak hehe
BalasHapusSepakat mba, membiasakan tubuh anak kuat, agar bisa meminimalisir oenggunaan obat
BalasHapusSepakat mbak, obat juga kalau terus menerus kan enggak bagus buat ginjal apalagi masih anak anak
BalasHapusngeri juga ya mbak
Hapus