Langsung ke konten utama

Mendidik Adalah Perjalanan



Mendidik bisa dikatakan sebagai proses yang tiada habisnya. Di dalam mendidik ada menuntut ilmu, belajar, adab, atau pembiasaan. Semua hal tersebut tidak dapat terlaksana secara serta merta. Butuh waktu, butuh proses. Proses tersebut kadang panjang, lama, atau bahkan mengendap kemudian muncul kembali. Tak jarang dalam proses tersebut ada halang rintang, ada kegagalan, ada keberhasilan, dan ada refleksi. Mendidik dapat diibaratkan sebagai perjalanan panjang.

Ketika masih dalam proses pencarian jati diri, sama sekali tidak terbersit bahwa aku akan mendalami peran mendidik ini. Dulu, aku berpendapat bahwa mendidik sama dengan mengajari, sama seperti pekerjaan guru pada umumnya. Aku terjun dalam dunia kependidikan karena keterpaksaan, yang kemudian tumbuh dan mekar menjadi rasa cinta. Menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam hidupku. Sekarang, mendidik dalam sudut pandangku bukan hanya sebatas mengajari dari tidak tahu menjadi tahu. Namun lebih dari itu. Mendidik itu menyenangkan dengan semua kompleksitasnya.

Ketika pertama kali aku menjalani peranku sebagai guru, mendidik dalam sudut pandangku sebatas mengajari mereka membaca, berhitung, dan menulis serta menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik. Sudut pandangku tentang mendidik menjadi lebih luas ketika aku menjadi seorang ibu. Aku merasa bertanggung jawab penuh terhadap siswa sepanjang hidupku yang satu ini – Alula. Aku harus paham detail yang terjadi pada Alula. Aku harus memperhatikan makanan yang dia makan, kebersihan pakaian dan lingkungannya, memastikan ia berada di lingkungan yang terjaga, memastikan ia terhindar dari paparan sreen, dan membiasakan ia untuk belajar banyak hal.

Perjalanan mendidik Alula dimulai sejak Alula masih berada dalam kandungan. Aku mulai mengenalkannya pada buku, mengenalkannya pada lingkungan sekitar,dan aktif mengajaknya berbicara. Hasil dari pendidikan semenjak Alula dalam kandungan adalah di umurnya yang ketujuh bulan ini Alula menunjukkan tanda-tanda suka buku, suka belajar, dan ceriwis.

Rencana selanjutnya terkait dengan pendidikan Alula adalah mempersiapkannya menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia. Mulai berbenah tentang apa saja yang dibutuhkan untuk belajar Alula di umurnya sekarang. Aku sebagai ibu sekaligus madrasah pertama Alula sedang mulai persiapan untuk membersamai Alula belajar dan mendokumentasikannya selama sebulan ke depan.

Mendidik adalah perjalanan. Maka bersabarlah..


Komentar

  1. Ah betul sekali mba. Saya pun merasakan hal yang sama dalam mendidik kedua anak saya 😊.

    BalasHapus
  2. Mendidik adalah proses panjang. Seumur hidup malahan.

    BalasHapus
  3. Template blognya sama kayak punyaku 😍😍

    Oiya.. sepertinya sekarang ini sedang krisis adab. Dulu saat masih menjadi guru di SMP sering sedih melihat masih banyak anak-anak yang jauh dari adab...

    BalasHapus
  4. Semoga proses mendidiknya selalu dimudahkan ya mba...

    BalasHapus
  5. Suka sama tulisannya 😍😍😍

    BalasHapus
  6. Jasa para pendidik memang begitu luar biasaaaaa

    BalasHapus
  7. luar biasa.. kita tunggu tulisan berikutnya

    BalasHapus
  8. luar biasa.. kita tunggu tulisan berikutnya

    BalasHapus
  9. Assalamu'alaikum, salam kenal ya mba ^^
    Bener banget mba, Ibu adalah madrasah pertama untuk anak. Madrasah untuk belajar tentang hidup. Semoga Alula jadi anak sholehah ya mba ^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Thank you for visiting... 😁😁

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...