Produser: Aamir
Khan
Penulis: Amole
Gupte
Pemeran: Aamir
Khan, Darsheel Safary, Tisca Chopra, Vipin Sharma, Sachet Engineer, Tanay
Chheda
Musik :
Shankar-Ehsaan-Loy
Penyunting: Deepa
Bhatia
Distributor: Aamirr
Khan Productions
Menonton
film mungkin menjadi hobi bagi beberapa orang. Menonton film bisa menjadi hal
yang menyenangkan sekaligus bisa digunakan sebagai sarana pembelajaran. Terdapat
banyak genre film yang bisa kita
tonton, misalnya film genre drama, action, keluarga, atau science fiction. Bagi saya genre film berbanding lurus dengan usia
dan kebutuhan. Sebagai contoh, ketika saya masih mahasiswa saya menyukai film genre science fiction, sekarang begitu
saya menjadi Ibu, saya lebih suka menonton film tentang keluarga terutama film
yang berkaitan dengan anak-anak dan parenting.
Ada satu film keluarga sekaligus memuat nilai parenting yang sampai sekarang masih membekas di hati saya.
Ishaan
berasal dari keluarga yang utuh. Orang tua Ishaan memberikan perhatian yang
sama pada Ishaan dan kakaknya. Pada dasarnya keluarga ini saling menyayangi. Ishaan
sangat menyayangi kakaknya, demikian pula sebaliknya. Suatu saat, Ishaan
meminta pada kakaknya untuk membuatkan surat keterangan sakit, supaya ia dapat
membolos sekolah. Ishaan memohon-mohon pada kakaknya, hingga si kakak tidak
bisa menolak permintaan adiknya. Ia pun membuatkan surat keterangan sakit untuk
Ishaan
Ishaan
menggunakan surat izin tersebut sebagai alasan untuk tidak mengikuti
pembelajaran di sekolah. Ia justru berkeliling kota untuk mengusir
kejenuhannya. Sampai di rumah dan berganti pakaian ia segera mengeluarkan
sekotak cat air dan menggambar hasil inspirasinya setelah berkeliling kota. Satu
hal yang tidak diketahui orang tua Ishaan bahwa ia sangat suka menggambar dan
hasil gambarnya bagus.
Hari
berganti hari, Ishaan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan pada hasil
belajarnya. Ia masih saja kesulitan mengikuti pembelajaran, bahkan ia sudah
mulai terlibat perkelahian. Akhirnya sang ayah memutuskan supaya Ishaan bersekolah
di boarding school atau sekolah
berasrama. Tentu saja hal ini membuat Ishaan sangat sedih. Ia tidak ingin
berpisah dengan keluarga yang sangat dicintainya. Namun, keputusan sang ayah
sudah bulat. Sepanjang perjalanan, Bu Maya – ibu Ishaan menangis. Ia sangat
sedih melepas Ishaan di boarding school. Sampai
di asrama, Ishaan hanya diam. Ia benar-benar merasa terbuang, ia berminat
dengan apapun termasuk cat air pemberian kakaknya.
Hari
pertama di boarding school, tak
banyak hal yang berbeda. Ishaan tetap saja gagal. Guru-guru tetap saja
menilainya sebagai seseorang yang gagal. Ishaan semakin merasa terpuruk. Ia semakin
merasa tak berharga dan raut wajahnya murung. Teman sebangku Ishaan yang
memiliki kaki pincang selalu berusaha memberi semangat, namun percuma. Ishaan masih
tetap merasa gagal dan gagal.
Pada
suatu hari ada hal yang berbeda di sekolah. Ternyata ada guru seni yang baru. Guru
ini berbeda dengan guru-guru yang lain. Pembawaannya santai dan menyenangkan. Di
hari pertamanya mengajar, ia menyuruh semua siswa menggambar apa saja. Ishaan
hanya diam. Ia sama sekali tidak menyentuh kertas gambarnya. Nikumbh – sang
guru terheran-heran melihat Ishaan sama sekali tidak mau menggambar. Teman sebangkunya
menceritakan bahwa Ishaan memang tidak pernah mau menggambar. Merasa ada yang
aneh pada diri Ishaan, Nikumbh membuka-buka buku ulangan Ishaan. Ia kemudian
menemukan bahwa ada yang tak beres di diri Ishaan. Ternyata ia seorang
disleksia, yaitu suatu kondisi di mana seseorang kesulitan membedakan huruf
sehingga ia sulit membaca.
Sang
guru segera ke rumah Ishaan, ia segera memberitahukan pada orang tua Ishaan
bahwa Ishaan menderita disleksia. Hal itulah yang membuat ia selalu mendapat F,
Ishaan tidak bisa membaca. Ia tidak memahami simbol-simbol huruf maupun angka. Betapa
merasa bersalah orang tua...., mereka tidak tahu bahwa Ishaan mengalami
disleksia. Mereka hanya tahu bahwa Ishaan adalah seorang anak yang bodoh.
Sang
guru mulai memberikan penguatan pada Ishaan. Ia pelan-pelan mengajari Ishaan supaya
bisa fokus. Nikumb perlahan-lahan mengajari Ishaan membaca, sambil menggali
kemampuan menggambarnya. Ishaan sangat menyayangi Nikumb, ia merasa dihargai
dan percaya dirinya perlahan meningkat. Kemampuan membacanya juga perlahan
meningkat.
Ishaan
semakin menunjukkan peningkatan pada hasil belajarnya. Di penghujung tahun
ajaran baru, Ishaan bahkan memenangkan lomba menggambar yang diadakan sekolah. Gambarnya
digunakan sebagai cover di buku
tahunan sekolah. Orang tua Ishaan sangat bangga pada Ishaan. Nikumbh sampai
menitikkan air mata karena terharu. Ishaan memeluk gurunya erat.
Nah.,
apa yang bisa dipetik dari cerita ini? Menurut saya, sebagai orang tua
hendaknya kita tidak lebih peka. Berusaha mendalami kelebihan yang anak miliki
karena semua anak adalah bintang. Dari film ini saya juga belajar cara-cara
mengajari anak disleksia. Film ini kental sekali dengan pendidikan.
#nonfiksi
#ODOPBatch6
Pernah nonton ini, ternyata lucu banget dan juga sarat makna 😍
BalasHapusSuka banget nonton film ini
BalasHapusWah terlalu detail nih mba, sampai nggak terasa ceritain endingnya 😂😂
BalasHapusWkwk, jadi kaya spoiler😂tpi btw mantap ini film
BalasHapusAku udah review film ini juga, tinggal post. 😂
BalasHapusPernah nonton film ini seru juga kok.
BalasHapusBelum nonton, tapi sepertinya seru... ada aamir khan dong :’) favorite ak tuuu
BalasHapusKeren film ini.. aku udah nonton juga.. 😁
BalasHapusPernah nonton film ini. Bagus. Recomended untk orangtua dan guru
BalasHapus