Langsung ke konten utama

Aliran Rasa Game Level 2 “Melatih Kemandirian Anak”


Judulnya memang “Melatih Kemandirian Anak”, tapi di game level 2 ini saya fokus pada kemandirian diri sendiri dulu. Objek belajar saya masih terbatas pada suami dan diri sendiri, karena anak masih di dalam perut. Semoga setelah lahir nanti bisa segera diajak belajar bersama ayah dan ibunya. Sudah gak sabar pengen segera belajar bersama. J

Tantangan terbesar dalam level ini adalah KONSISTEN. Tanpa kekonsistenan, pola kebiasaan tidak dapat terbentuk dengan sempurna. Akibatnya kemandirian belum bisa tercapai. Saya menggunakan moment game level 2 untuk membentuk kemandirian pribadi dari bantuan suami. Dimulai dari mandiri dalam pembiasaan jalan pagi, memasak, dan berbelanja. Tekad kuat juga diperlukan dalam melatih kemandirian, supaya grafiknya terus naik (tidak naik turun). Mulai dari hari pertama dimulainya game level 2 sampai saat ini, alhamdulillah mulai terbentuk kemandirian pribadi.
Jalan pagi masih terus dilakukan (walaupun belum menambah jarak tempuh). Karena sudah menjadi kebiasaan, jika tidak dilakukan rasanya ada yang mengganjal di hati. Pernah suatu ketika hujan di pagi hari dan saya tidak jalan pagi, efeknya seharian bad mood dan badan pegal semua. Efek jalan pagi ini ternyata bagus sekali untuk kesegaran tubuh dan pikiran.

Memasak dan berbelanja juga sudah mulai mandiri. Saya dan suami sedang punya kebiasaan beli megono untuk sarapan, jadi saya tidak buru-buru memasak seusai jalan pagi. Lumayan, saya jadi lebih santai memasak tanpa bantuan suami, karena suami sudah berangkat bekerja. Urusan masak memasak sudah 80% mandiri, hanya dibantu ketika goreng ikan atau daging aja.. hehe. Demikian pula urusan belanja, suami sudah mulai membiarkan saya belanja sendiri. Sepulang dari jalan pagi, saya mampir dulu ke warung untuk belanja. Suami bantu-bantu belanja lauknya saja, yang memang tidak ada di warung.

Kemandirian pribadi ini menjadi sangat penting bagi keluarga kami. Dulu ketika masih awal hamil, porsi suami dalam membantu saya masih cukup besar. Sekarang porsinya sudah mulai terkurangi, sehingga suami bisa fokus pada yang lain. Latihan kemandirian pribadi masih berlanjut sampai hari ini, dan saya menambahkan latihannya bukan hanya tentang jalan pagi, memasak, dan berbelanja. Semoga target “kemandirian pribadi” segera tercapai, insya Allah nanti akan ditularkan kepada anak-anak.


Salam Ibu Profesional...!! J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...