Langsung ke konten utama

Eksekusi Tantangan dari Suami


Rutinitas setiap pagi selalu sama. Setiap bangun pagi berarti umur adek bertambah satu hari. Dan saya harus selalu memperbaiki pola hidup supaya adek tetap sehat. Sebagai ibu baru menanti kehadiran bayi hari demi hari memang terasa lama. Kadang rasa khawatir masih muncul, tapi saya kembali ingat tentang kekuatan pikiran positif. Jadi ketika khawatir muncul, langsung saya ganti dengan pernyataan positif. Saya meyakinkan diri bahwa ketika satu hari saya lewati dengan gembira dan aktif, adek di dalam pun sejahtera.. J. Hal itu menjadi salah satu faktor yang mendorong pembiasaan jalan pagi menjadi terasa ringan untuk dijalankan. Bahkan kalau tidak dijalankan atau telat beberapa menit saja ada rasa kecewa dalam hati.

Saya masih jelan pagi di rute dan jarak yang sama. Tempat yang wajib dilewati adalah lokasi persawahan di depan penggilingan beras. Pemandangan di sana seger dan bikin hati ayem. Setelah melewati tempat tersebut, baru putar balik kembali pulang. Ketika hari efektif begini, saya gak berani jalan-jalan lama karena harus menyiapkan sarapan. Jika sarapan telat, suami pun bisa telat berangkat. Sampai di rumah... taraaaaa,.. sudah ada nasi megono dan mendoan. Saya bahagia, artinya saya tidak harus menyiapkan sarapan pagi-pagi karena sudah ada megono.

Setelah beberapa menit istirahat selonjoran kaki, saya dan suami sarapan megono bersama. Semoga tidak percuma ya, setelah jalan-jalan malah sarapan. Hehehe..  . usai sarapan dimulailah aktivitas dapur. Saya selalu memasak di pagi hari, karena semakin siang rasa malas semakin melanda. Awalnya masih males-malesan masak, kata suami itu akibat dari perasaan saya yang udah drop gara-gara merasa masakannya paling gak enak dibanding tetangga sekitar. Hari ini suami memberi tantangan supaya saya masak ikan, persis dengan bumbu yang dibuat bareng ibu mertua kemarin. Suami masih mau bantu-bantu, tapi karena waktu semakin siang saya meyakinkan dia bahwa saya bisa sendiri, asal nanti yang nyicip masakannya suami.. :D (saya paling gak bisa nyicip masakan).

Saya meracik bumbu persis dengan apa yang saya lihat kemarin ketika masak bareng ibu mertua. Bismillah.. srang..sreeng.. srangg... sreeng,.. akhirnya jadilah “Nila Bumbu Pedas”. Saya sempat nyicip tapi kemudian otak kacau mengartikan rasa ini masuk kategori enak atau enggak,.. :D. Pas ketika masakan matang, suami selesai mandi, Saya minta tolonglah pada suami supaya mencoba masakan saya. Sebelum nyicip sempat komentar, “Dilihat dari penampakannya sih lumayan,”. Daaan.. ketika sudah nyicip katanya masakan saya enak. Akhirnya.. akhirnyaaa.. setelah mood memasak sempat hilang, datangnya pujian itu bikin percaya diri sedikit terbangun kembali.
Tantangan masak ikan dari suami, selesai dengan manis. Sepertinya latihan kemandirian perlu ditambah lagi yaitu memasak tanpa bantuan suami. Semoga besok bisa tereksekusi. Semangat.. ^^b

#HariKedelapan
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunsayIIP

#MelatihKemandirian 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Mendidik dengan Cinta

Mendidik tak bisa serta merta. Mendidik adalah proses panjang yang melibatkan banyak komponen kompleks. Dalam mendidik diperlukan ilmu dan ilmu tersebut akan lebih bermakna jika disertai dengan cinta. Ya.. Mendidik perlu cinta, perlu keikhlasan dan kesabaran. Wujud cinta ini yang beragam, tergantung bagaimana orang tua mendefinisikan cinta bagi buah hati yang mereka didik. Tak ada satu pun orang tua di dunia ini yang tak mencintai anak-anaknya. Mereka mencintai anak-anak mereka dengan caranya. Terdapat beberapa pola asuh orang tua yang berhasil membawa anak-anak mereka menuju sukses. Ada pola asuh yang membawa anak-anak mereka untuk mampu berdikari. Bahkan ada pula orang tua yang sukar melepaskan genggaman perlindungannya pada sang anak. Mereka semua punya dasar yang sama, yaitu kecintaan terhadap anak-anak mereka. Lalu kecintaan seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak-anak kita? Dalam mendidik generasi alfa, tantangan yang dihadapi demikian kompleks. Orang tua harus ma...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...