Langsung ke konten utama

Aliran Rasa Game Level 1 Bunda Sayang “Komunikasi Produktif”


Alhamdulillah., game level 1 bisa terlampaui dengan baik dan tepat waktu. Level ini gampang-gampang susah untuk diterapkan. Mulai dari hari pertama sampai hari ini masih terus mencoba bagaimana menjalin komunikasi produktif dengan suami. Saya berusaha menghilangkan “bahasa perempuan” saya dalam berkomunikasi dengannya, terutama ketika saya memerlukan bantuan. Hasilnya, suami bisa lebih mengerti dan jarang terjadi “miskom” lagi. Urusan bahasa tubuh dan mimik muka juga mulai saya benahi. Saya berusaha menunjukkan bahasa tubuh dan mimik muka sesuai perasaan saya. Misalnya, ketika suami bercerita tentang kesehariannya, dan ada hal yang saya kurang setuju, maka mimik muka saya akan menunjukkan ketidaksetujuan tersebut. Cara itu membuat suami lebih mengerti maksud hati saya.

Setelah mendapat refleksi dari tim IIP Bunda Sayang tentang komunikasi produktif, saya kemudian mencocokkan masuk dalam pola bagaimana komunikasi antara saya dan suami??. Pola komunikasi saya dan suami didominasi oleh faktor eksteropsikis (ego sebagai orang tua). Pola ini gantian, kadang suami yang berperan sebagai orang tua, tetapi lebih seringnya saya yang cerewet ini itu.. hehe. Kebiasaan masa lalu yang sangat berbeda, membuat saya lebih cerewet dengan detail kecil yang dilakukan suami, seperti kebiasaan menaruh cucian kotor, kebiasaan tidak rapi, dan sebagainya. Dan itu, suami sadari betul bahwa kekurangannya memang di masalah kerapian dan kebersihan.
Selain komunikasi dengan suami, komunikasi produktif juga saya lakukan bersama bayi yang masih di dalam rahim. Awalnya saya sama sekali gak kepikiran. Ketika pikiran sudah bingung mau nulis apa, akhirnya ada teman yang memberi ide untuk komunikasi dengan janin. Sebenarnya komunikasi dengan si adek sudah lama saya lakukan, tapi setelah ditulis rasanya jadi amazing.. hehe. Semakin hari komunikasi dengan adek semakin menyenangkan, ia sudah mulai bisa merespon perkataan ibunya. Entah dia memahaminya atau tidak, saya positif thinking saja dia mengerti apa yang saya katakan.

Komunikasi menjadi hal yang paling penting dalam keluarga, baik bersama suami maupun anak. Alangkah baiknya, jika komunikasi kita setiap harinya mencapai derajat “produktif”. Tentu saja dengan terus mencoba, komunikasi produktif ini bisa tercapai. Tetap semangat... ^,^

Salam Ibu Profesional!

#AliranRasa
#Level1
#KuliahBunsayIIP
#KomunikasiProduktif

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...