Langsung ke konten utama

Ibuk... Aku Lapar.....



Kemarin pulang kerja suami sudah menunjukkan muka lelah, tidak memungkinkan untuk mengajaknya diskusi serius. Maka hari ini sempat bingung mau nulis apa demi melengkapi tantangan 10 hari ini. Beruntung dapat ide dari teman-teman Bunsay 3 IIP bahwa komunikasi produktif bisa juga dilakukan bersama janin yang masih ada di dalam perut. Sebelumnya gak kepikiran bahwa komunikasi antara ibu dan janin dalam perut bisa masuk dalam komunikasi produktif. Nah., ide dari teman-teman itu yang membuat saya tergerak untuk menulis bentuk komunikasi bersama janin.

Sejak belum respon mendengar, si adek sudah sering saya ajak ngobrol. Drama di awal kehamilan membuat saya merasa harus selalu berbicara dengannya dan meyakinkannya bahwa ia selalu dalam keadaan baik dan sehat. Sampai sekarang yang sering saya katakan padanya adalah tentang kesehatan dan kesejahteraannya selama di dalam rahim. Kalau agak lama tidak ada gerakan kecil dari perut, saya tanyakan keadaannya “Hallo adek.. adek sehat-sehat kan? Ayo bergerak lagi., Ibuk kangen,” sambil elus-elus perut. Kadang beberapa saat kemudian muncul respon, kadang jeda beberapa menit dan saya mengulang-ulang lagi pertanyaan yang sama. Demikian seterusnya, kalau saya merasa si adek harusnya gerak-gerak, saya ajak ngomong terus tentang hal yang lain diawali dengan pertanyaan tentang kesehatannya.

Kadang stimulus supaya adek gerak-gerak adalah dengan minum manis atau makan, seolah-olah dia ikut menikmati apa yang dimakan ibunya. Dari awal hamil, adek sudah sering mengajak ibunya supaya makan banyak. Awalnya saya bingung karena gak pernah merasakan kenyang, padahal semasa gadis sehari hanya makan maksimal dua kali, itupun tanpa cemilan. Kalau terlambat makan atau makanannya gak sesuai selera maka si adek seperti protes, membuat perut ibunya mual dan mau muntah. Itu terjadi di awal kehamilan. Sekarang, setelah ia mulai bisa mendengar, saya sudah bisa sounding “Semua makanan itu enak, adek gak boleh pilih-pilih ya”. Saya kira itu cukup berhasil, karena sudah tidak begitu pilih-pilih makanan, walaupun si adek cepat bosan jika menunya sama selama 3 hari berturut-turut. :D

Ketika mulai lapar, saya elus perut sambil ngomong “Adek laper ya? Mau makan?”, tak jarang muncul respon seperti ketukan di perut. Tandanya ia setuju diajak makan. Begitu juga kalau menunya cocok, ia akan bergerak-gerak ketika ibunya makan. Tandanya adek suka diajak makan menu tersebut, akibatnya seharian akan sering lapar karena adek ngajak makan terus. Seperti orang-orang pada umumnya, si adek juga punya makanan kesukaan. Dia sangat suka segala sesuatu yang manis terutama coklat dan pisang, makanan yang kriuk kriuk juga suka. Kalau sudah diajak makan manis, dia akan merespon menunjukkan bahwa ia menyukainya. Kegiatan utama saya dan adek sehari-hari adalah makan dan ngemil, karena si adek gak bisa dibiarkan lapar apalagi menunda makan sampai berjam-jam. Aktivitas makan baru berhenti setelah bakda isya dan minum susu, baru si adek gak minta makan lagi. Kalau masih pagi begini, perjalanan makan masih panjang... :D.




Apapun itu, asalkan adek sehat-sehat Ibuk mau melakukan apapun. “Semoga Allah memberikanmu kesehatan selalu sampai lahir dan dewasa nanti ya, dek...”. Sampai jumpa di PR ibuk selanjutnya..... :*

#hari10
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Mendidik dengan Cinta

Mendidik tak bisa serta merta. Mendidik adalah proses panjang yang melibatkan banyak komponen kompleks. Dalam mendidik diperlukan ilmu dan ilmu tersebut akan lebih bermakna jika disertai dengan cinta. Ya.. Mendidik perlu cinta, perlu keikhlasan dan kesabaran. Wujud cinta ini yang beragam, tergantung bagaimana orang tua mendefinisikan cinta bagi buah hati yang mereka didik. Tak ada satu pun orang tua di dunia ini yang tak mencintai anak-anaknya. Mereka mencintai anak-anak mereka dengan caranya. Terdapat beberapa pola asuh orang tua yang berhasil membawa anak-anak mereka menuju sukses. Ada pola asuh yang membawa anak-anak mereka untuk mampu berdikari. Bahkan ada pula orang tua yang sukar melepaskan genggaman perlindungannya pada sang anak. Mereka semua punya dasar yang sama, yaitu kecintaan terhadap anak-anak mereka. Lalu kecintaan seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak-anak kita? Dalam mendidik generasi alfa, tantangan yang dihadapi demikian kompleks. Orang tua harus ma...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...