Moratorium selama 5 tahun membuat pembukaan tes CPNS ini lain daripada tahun sebelumnya. Penantian panjang para pemburu gelar aparatur sipil negara akhirnya terjawab di bulan Oktober 2019. Rakyat Indonesia sangat antusias dengan berita ini. Semua yang punya ijazah berniat untuk ikut melamar. Entah mereka benar-benar niat atau sekedar mencari untung-untungan. Dalam pikiran masyarakat, yang penting mencoba dulu, siapa tahu rezeki.
Tes CPNS seolah menjadi wabah yang menjangkiti sebagian besar masyarakat Indonesia, tak terkecuali Ifah (28). Tuntutan sang suami membuat Ifah mau tidak mau ikut dalam wabah CPNS ini. Ifah sendiri tidak begitu "panas" ketika teman-temannya mulai sibuk membicarakan CPNS. Ia sedang sangat menikmati perannya sebagai full time mom. Ia sangat ingin bosa optimal membersamai anaknya.
Di sisi lain, suami Ifah beserta orang tua Ifah sangat berharap Ifah mengikuti tes dan diterima. Setiap hari ibunya membujuk Ifah untuk semangat memperjuangkan tes CPNS. Tak kalah gigih, sang suami setiap hari menuntut Ifah untuk belajar. Ketika progress Ifah kurang signifikan, tak segan sang suami marah-marah akan kepayahan istrinya.
Ifah sendiri tak ingin disalahkan. Sejak bangun dini hari menjelang malam, tak pernah ada waktu beristirahat. Apalagi anaknya termasuk anak yang aktif, jarang sekali tidur. Kondisi tersebut membuat Ifah harus ekstra dalam membersamai anaknya. Baru dapat selembar materi, si anak sudah guling-guling. Baru mengerjakan 5 soal, si anak pup. Belum pekerjaab rumah yang setiap hari tiada habisnya. Ifah pusing tujuh keliling. Ia merasa waktu 24 jam tak pernah cukup.
Perhelatan CPNS di Temanggung untuk formasi guru cukup sengit. Dibuka 117 kuota untuk tenaga pendidik, 50 orang di antaranya guru SD. Hal yang menjadi pembeda dibanding tahun 2014 adalah persaingan skor bersama orang lain di lokasi sekolah yang sama. Padahal satu sekolah hanya menerima 1 orang peserta yang lolos. Sistem ini sangat memungkinkan memantik terjadinya perang dingin antar peserta tes. Ifah harus masuk satu besar supaya ia diterima. Tentu saja hal ini menjadi tantangan sekaligus beban bagi Ifah. Tantangan untuk membuktikab kemampuannya, sekaligus beban karena ia harus pintar membagi waktu belajarnya di samping menggunungnya pekerjaan domestik.
Hal yang dialami Ifah ini tentu juga dialami ibu-ibu lain di luar sana yang terjangkit wabah CPNS. Ia harus berpacu dengan waktu, sekaligus memberi pelayanan prima bagi suami dan anak-anak. Semoga lelah para ibu-ibu tersebut menjadi jalan kemudahan untuk segera menuntaskan wabah CPNS ini.
#TantanganODOP4
#Onedayonepost
#ODOPBatch6
#Nonfiksi
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting... 😁😁