Saya sempat menyamakan pendidikan seksualitas dengan fitrah seksualitas. Namun, ternyata keduanya jauh berbeda. Pendidikan seksualitas berkaitan dengan pemberian info tentang hal yang berkaitan dengan pernikahan atau seksualitas. Sedangkan fitrah seksualitas adalah hal yang seharusnya ada atau dilakukan berdasarkan gendernya. Misal, anak laki-laki tidak boleh berpakaian.seperti perempuan, demikian sebaliknya.
Fitrah seksualitas membantu anak untuk memahami dirinya sendiri. Menjelaskan fitrah seksualitas.pada anak jelas perlu. Hal ini dilakukan agar anak tidak salah kaprah hidupnya, tidak salah bersikap dan bertindak, agar bersikap dan bertindak sesuai gender masing-masing. Seperti yabg telah kita ketahui bahwa saat ini banyak kasus ketika anak-anak atau seseorang berperilaku di luar gendernya.
Pada kenyataannya, mendidik anak dengan memperhatika fitrah seksualitas menemukan beberapa tantangan. Tantangan tersebut meliputi: derasnya arus teknologi, munculnya penyimpangan LGBT, pola pikir bebas serta upaya membangun benteng keluarga yang kuat. Tantangan ini yang harus dihadapi kita, semua orang tua. Pendidikan seksualitas sendiri dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu fase oral ketika anak berusia 0-2 tahun, fase anal anak berusia 2-4 tahun, fase phalic anak berusia 4-7 tahun, dan fase genitak anak berusia 8-12 tahun.
Terkait dengan fase dan pendidikan seksualitas ini. Di fase genital pendidikan yang disarankan adalah mendekatkan dengan lintas gender agar pada saat golden age pembangkitan fitrah seksualitas, anak sudah matang. Tantangannya saat ini banyak anak di fase Phalic yang dewasa sebelum waktunya. Bagaimana mengatasinya? Pada fase genital, disarankan anak didekatkan pada lintas gender. Karena pada masa 2-7 tahun mereka sudah dikenalkan dengan peran seksualitas dan peran gendernya. Sehingga masa usia 8-12 yang menjelang dan sudah akil baligh, anak semakin matang memahami peran nya masing-masing (sesuai gender).
Untuk anak usia dini pendidikan apa yang bisa kita berikan pada anak usia prasekolah: 1. Sebagai muslim, kenalkan batas aurat pada anak anak, sehingga sudah timbul rasa malu. Bila kelihatan auratnya. 2. Toilet training, agar anak nyaman di toilet bukan ditempat terbuka. 3. Mengenalkan pergaulan gender dalam islam , tentang batasan bergaul dengan anak laki-laki Dan perempuan.
Senantiasa menjaga komunikasi dengan anak. Membangun komunikasi terbuka dan jujur memang tidak mudah. Butuh komitmen dan konsisten dalam keluarga. Contohnya : biasakan menjawab jujur pada anak sejak kecil. Bukan jawaban asal. Apapun pertanyaannya. Contoh lagi: memang harus dibuat waktu yang semua keluarga sore ngobrol enak dan nyaman.
Mulai dari kita juga terbuka dengan anak, anak pun akan melakukan hal yang sama. Misal: sepulang sekolah sambil.jemput anak.saya bercerita masak apa hari ini. Lalu saya ajak anak bercerita dia di sekolah ngapain aja dan ada cerita apa?? Everyday...akhirnya dia terbiasa terbuka dengan kita.
-
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting... 😁😁