Langsung ke konten utama

Pengenalan Seksualitas pada Balita (Review Hari 5)


Fitrah seksualitas sangat perlu dikenalkan pada anak mulai usia bayi. Mulai usia 0 tahun, anak sudah dikenalkan tentang aurat. Pendidikan seksualitas berbasis fitrah ini terus dilakukan sampai anak berusia remaja, bahkan menjelang menikah. Hal ini penting supaya kelak anak laki-laki dan anak perempuan dapat tumbuh sesuai fitrah yang diajarkan dalam Al-Quran.

Terdapat beberapa solusi untuk mendidik anak-anak kita sesuai fitrah seksualitas. Pertama, membatasi dan menyeleksi tontonan anak baik TV, video, atau youtube. Pilihlah tontonan yang berisi konten yang baik. Dampingi anak ketika mereka menonton sesuatu, kita bisa sekaligus memberi penjelasan dan pelurusan jika ada sesuatu yang menyimpang. Bisa juga meminta anak untuuntuk menceritakan kembali apa saja yang ditonton, jika mereka nonton bersama teman atau di luar rumah.

Kedua, mengajarkan anak untuk tidak BAK di sembarang tempat. Terdapat beberapa cara yang dalat dilakukan jika kita bepergian, yaitu mempersiapkan pampers baru, tas kresek, air bersih, dan tissue basah. Jika tidak sedang bepergian, Ajarkan anak untuk selalu BAK di rumah atau di kamar mandi. Ajak mereka ke kamar mandi meskipun mereka sedang asyik bermain dengan kawan nya. Agar anak faham dimana tempat untuk BAK, juga tau adab membersihkannya agar sehat alat kelamin nya.

Ketiga, mengajarkan rasa malu dari dalam rumah. Orangtua menjelaskan tiga waktu privasi yang melarang anak untuk masuk ke kamar ortu, yaitu sebelum subuh, setelah dzuhur dan setelah isya (QS. An Nuur : 58). Orangtua memberikan contoh baik di dalam rumah, misalkan berganti pakaian di dalam kamar tanpa terlihat anak, tidak berciuman bibir di depan anak-anak, tidak memakai pakaian yang menunjukkan aurat terbuka di depan anak-anak (misalkan lingery, daster pendek, hot pants, u can see). Orang tua juga perlu mengajari anak bagian tubuh yang boleh terlihat dan yang tidak boleh terlihat teman nya, juga tidak boleh disentuh orang lain. (aurat anak dibawah usia 3 tahun belum ada, aurat anak usia 4 tahun meliputi kemaluan & pantat, juga yang tertutup pakaian)

Keempat, memisahkan kamar tidur anak laki-laki dan perempuan sejak masih balita. Jika terpaksa hanya ada satu kamar, pisahkan ranjangnya. Kelima, mandi tidak bersamaa. Anak perlu dibiasakan sejak kecil untuk mandi sendiri-sendiri, meskipun anak-anak memiliki gender yang sama. Ketika keluar kamar mandi harus mengenakan baju atau seminimal mungkin menggunakan handuk.

Tantangannya, di sekitar kita masih berlau mitos dan pendidikan seksualitas dianggap tabu. Solusinya yaitu, pertama, kita menggunakan istilah yang nyata (bukan kiasan). Misal hal sederhana

Menyebutkan nama alat kelamin anak dengan nama sesungguhnya. Hal ini menurut beberapa orangtua termasuk hal tabu, maka dari itu mereka mengganti dengan sebutan titit, burung, memek, ninok, dan sebagainya. Seharusnya kita memberikan pengertian nama alat kelamin sesuai nama sesungguhnya. Sebab saat mereka besar dan sekolah nanti, nama alat kelamin tersebut akan disebutkan dengan nama sesungguhnya.

Bisa juga membuat kebingungan anak kita, kenapa ya tempat pipis anak laki-laki di sebut dengan burung? Padahal kan burung itu adalah nama hewan yang memiliki sayap dan bisa terbang. Pengenalan nama asli alat kelamin ini perlu juga kita tanamkan sejak kecil untuk menghilangkan kerancuan dalam pikiran anak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...