Langsung ke konten utama

Fitrah Seksualitas (Review Hari 4)


Fitrah seksualitas perlu dibangkitkan supaya fitrah seksualitas berkembang optimal sebagaimana mestinya. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa saat ini banyak sekali kasus penyimpangan seksual yang semakin marak. Kasus LGBT (lesbi, gay, biseksual dan transgender) saat ini semakin sering menjadi sorotan. Maraknya kasus LGBT layaknya gunung es. Di permukaan terlihat sedikit dan kecil. Namun, kenyataannya kasus ini berkali lipat lebih besar dibanding yang terlihat. Bahkan saat ini banyak sekali public figure yang justru terang-terangan menyampaikan identitasnya sebagai penyuka sesama jenis, biseksual maupun transgender. Menurut saya, hal ini sangat mengerikan. Pengakuan terang-terangan oleh public figure tentang identitas mereka sebagai kaum LGBT bisa jadi akan menginspirasi lebih banyak orang untuk melakukan hal yang sama. Kasus LGBT ini ibarat virus. Cepat sekali perkembangannya dan menular. Mengerikan bukan?
Berdasarkan hasil sharing dengan teman-teman Bunsay Jateng, saya berkesimpulan bahwa LGBT dapat menimpa siapa saja, bahkan korban tidak merasa bahwa dirinya tertular. Sinyo, dalam Talkshow LGBT di Surabaya dalam artikelnya menyatakan bahwa salah satu contoh kesalahan asuh orangtua pada fase balita di antaranya adalah salah mengambil role model, yaitu perilaku orangtua atau hubungan ayah-ibu yang tidak sepatutnya dilihat anak. Sedangkan pada fase 6-10 tahun, kesalahan yang biasa terjadi diantaranya seperti keluarga yang tak harmonis, ayah yang otoriter dan cenderung kasar, dominasi ibu, terlalu dibiarkan (liar) dan sebagainya.Kesalahan pola asuh menjadi faktor paling utama munculnya kasus-kasus LGBT.
Demi menghindari semakin meluasnya LGBT di sekitar kita, maka kita wajib mendidik sekaligus menjadi teladan yang baik bagi anak-anak kita. Beberapa pelaku LGBT berasal dari keluarga yang tidak harmonis, atau seseorang yang senantiasa tertekan. Mereka mencari pelampiasan dengan jalan yang mereka rasa paling nyaman. Kondisi ini sangat mudah dimanfaatkan pelaku LGBT lain untuk memperluas dan menularkan jaringannya. Pelaku LGBT semakin merasa percaya diri dalam mengaktualisasikan identitas dirinya. Benteng agama dan ketepatan pola asuh menjadi cara paling ampuh menghindarkan anak-anak kita dari LGBT.

#level11
#bunsay

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Permainan Tong Setan dalam Tinjauan Fisika

Faktor-faktor yang Menyebabkan Pengendara Sepeda Motor Tidak Jatuh pada Permainan Tong Setan Tong setan adalah permainan atraksi sepeda atau sepeda motor yang bergerak di dalam tong berukuran raksasa. Permainan tong setan dapat dijumpai di pasar malam yang biasanya sering berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Permainan tong setan menjadi menarik karena pengendara sepeda atau sepeda motor tidak terjatuh ketika mengendarai sepeda atau sepeda motor mengelilingi tong. Hal ini ternyata dapat pula dijelaskan secara ilmiah melalui bidang fisika. Fenomena yang terjadi pada tong setan adalah contoh gerak melingkar beraturan. Gerak melingkar beraturan ini menimbulkan gaya sentral yaitu gaya sentripetal. Gaya sentripetal adalah gaya yang menarik benda ke arah pusat lingkaran supaya tetap melingkar pada lintasannya (Sariyanti, 2011). Selain gaya sentripetal, pada gerak melingkar beraturan juga berlaku gerak sentrifugal. Gerak sentrifugal ini berlawanan arah dengan gerak sentripetal. Adanya

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding

Kajian Teoretis, Apa dan Bagaimanakah Allantoin Itu?

a.       Allantoin 1)       Karakteristik dan Sifat Allantoin Allantoin adalah senyawa kimia alami yang dihasilkan oleh banyak organisme, termasuk hewan, bakteri dan tanaman. Allantoin dapat disintesis dari hewan maupun tumbuhan serta dianggap   aman dan tidak beracun. Allantoin berasal dari gabungan purin membentuk heterosiklik organik yang berasal dari gabungan purin (Gambar 1). Allantoin disbeut juga asam glikosiklik diuriede atau 5-Ureidhyantoin. Gambar 1.  Struktur Kimia Allantoin Allantoin, dalam bentuk murni berwarna putih, tidak berbau, berbentuk bubuk kristal, dapat larut di dalam air dan alkohol dan tidak larut dalam di eter. Indeks Merck menjelaskan allantoin sebagai hasil dari metabolisme purin. Allantoin bersifat   non racun, non iritasi dan non alergi. Allantoin memiliki memiliki berat molekul 158,12 dan kelarutan dalam air adalah 0,5% dalam suhu 25 o C (Akema, 2008). Allantoin dapat larut dalam air