Langsung ke konten utama

Lorong Waktu Kanak-kanak [4]

 [...]


Ketika aku sudah selesai membaca semua majalah, maka yang selanjutnya aku lakukan adalah membawa majalah-majalah tersebut ke sekolah. Aku dengan bangga membawa banyak majalah anak-anak ke sekolah. Terasa menyenangkan ketika membawa buku bacaan ke sekolah. Entah darimana asal muasalnya, di kelasku ada semacam persaingan antara aku dan seorang teman perempuanku. Kami rajin sekali membawa majalah “Bobo” ke sekolah dan meminjamkannya kepada teman-teman yang lain. Kami akan merasa puas ketika teman-teman berebutan meminjam majalah kami. Semakin banyak majalah yang dipinjam, kami semakin merasa puas. Bedanya, majalah yang dia punya selalu majalah baru sedangkan aku lebih banyak majalah lama. Tapi tidak masalah bagiku, toh.. teman-teman sama antusiasnya. Kami sebenarnya berteman dekat, namun persaingan akademik dan sosial masih bertahan sampai kami lulus SD. Kami sering bersaing terselubung untuk mendapat perhatian teman-teman melalui saingan buku-buku bacaan, buku pelajaran, kemampuan menggunakan komputer, membuat pernak-pernik, bahkan menulis cerita. Hal itu membuat aku selalu berpikir untuk membuat hal baru yang bisa dipamerkan kepada teman-teman sekolah. Persaingan tersebut selesai menjelang kami masuk SMP, karena kami berpisah sekolah. Persaingan semacam itu juga sudah tidak berlaku lagi ketika aku masuk SMP dan SMA. Mungkin karena sifat anak SD masih egosentris sehingga persaingan menjadi ketat.
Bertahun-tahun setelah masa kecil itu terlampaui, aku tersadar bahwa kejadian di masa kecil itu berimbas begitu besar di kehidupanku sekarang. Kegiatan-kegiatan di masa kecil tersebut menjadi kegiatan belajar yang penuh makna. Gerakan literasi yang sekarang digembar-gemborkan kementerian, ternyata sudah aku lakukan bahkan sejak aku belum sekolah. Di sinilah perlunya garis bawah, bahwa literasi perlu dikenalkan sedini mungkin. Literasi tidak harus mahal, yang terpenting adalah sarat makna dan mengakar.
Kebiasaan-kebiasaan di masa kecil ini rencananya hendak aku turunkan untuk anak-anakku kelak. Mengenalkan mereka pada buku-buku semenjak mereka masih dalam buaian. Harapannya mereka bisa menjadi generasi literasi yang unggul, bisa menjadi anak-anak yang cinta buku seperti masa kecil ibunya.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Mendidik dengan Cinta

Mendidik tak bisa serta merta. Mendidik adalah proses panjang yang melibatkan banyak komponen kompleks. Dalam mendidik diperlukan ilmu dan ilmu tersebut akan lebih bermakna jika disertai dengan cinta. Ya.. Mendidik perlu cinta, perlu keikhlasan dan kesabaran. Wujud cinta ini yang beragam, tergantung bagaimana orang tua mendefinisikan cinta bagi buah hati yang mereka didik. Tak ada satu pun orang tua di dunia ini yang tak mencintai anak-anaknya. Mereka mencintai anak-anak mereka dengan caranya. Terdapat beberapa pola asuh orang tua yang berhasil membawa anak-anak mereka menuju sukses. Ada pola asuh yang membawa anak-anak mereka untuk mampu berdikari. Bahkan ada pula orang tua yang sukar melepaskan genggaman perlindungannya pada sang anak. Mereka semua punya dasar yang sama, yaitu kecintaan terhadap anak-anak mereka. Lalu kecintaan seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak-anak kita? Dalam mendidik generasi alfa, tantangan yang dihadapi demikian kompleks. Orang tua harus ma...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...