[,,,]
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
Bapak
dan Ibuku tidak pernah memaksaku untuk belajar. Bahkan jika dirunut melalui
teori perkembangan anak, umurku belum tepat untuk diajari membaca dan menulis.
Umur tersebut masih tahap belajar sambil bermain. Tapi keingintahuanku yang
begitu besar, membuatku menguasai membaca dan menulis lebih awal dari teori
perkembangan anak. Pun demikian, aku tak pernah merasa waktu bermainku
terbengkalai, aku juga tak pernah merasa kesulitan selama belajar. Aku tetap
bermain dengan puas, dan aku selalu bahagia setiap Ibu mengajariku membaca dan
menulis. Kemampuan itu membuatku sama sekali tidak mengalami kesulitan ketika
sudah memasuki SD. Ketika Bu Guru mulai mengajarkan membaca huruf demi huruf,
aku sudah sangat memahaminya sehingga aku dimasukkan dalam kelompok lancar
membaca. Zaman SD ku dulu, Bu Guru membagi kelas 1 menjadi dua kelompok:
kelompok A lancar membaca dan kelompok B kurang lancar membaca. Tempat duduk
kami dipisah, nyaris 50:50 antara anak yang lancar membaca dan kurang lancar
membaca. Jika masuk kelompok kurang lancar membaca, bersiaplah untuk mengulang
belajar di kelas 1 setahun lagi.
Walau
sudah masuk SD, aku masih menjadi pelanggan setia perpustakaan Bapak. Jika
bacaanku sudah habis, aku berpesan pada Bapak untuk membawakanku buku cerita
dari sekolahnya. Di sekolahku, perpustakaan tak pernah buka. Aku tidak bisa
meminjam buku di sekolahku sendiri. Bisa jadi buku-buku di perpustakaan
sekolahku sudah berdebu sampai setebal 1 meter. Kalau Bapak tidak kelupaan, aku
bisa mendapat 3-4 buku sekaligus. Menyenangkan sekali ketika sudah bisa
menyelesaikan membaca satu buku. Aku tidak hanya menyukai buku cerita, buku
pelajaran pun aku suka. Apalagi buku sains. Aku mulai tertarik pada sains sejak
duduk di kelas 3, ketika aku pertama kalinya mendapat pelajaran IPA.
Di
masa-masa SD ini, Bapak semakin gencar mengenalkanku pada buku. Aku mulai
dikenalkan dengan majalah anak-anak “Bobo” yang populer kala itu. Bukan main
senangnya aku dengan majalah itu. Setiap Bapak ke luar kota, titipanku adalah
majalah kesayangan ini bukan yang lain. Demi berhemat, Bapak membelikanku
majalah-majalah bekas. Antara majalah baru dan majalah bekas, cukup jauh
rentang harganya. Beli majalah baru satu, bisa membawa enam majalah bekas. Aku
tak pernah protes ketika Bapak membelikanku majalah bekas, bahkan ada majalah
bekas sejak tahun 1970-an. Bagiku yang terpenting adalah aku punya bacaan baru
setiap hari. Kalau sedang beruntung, Bapak bisa mendapat majalah bekas yang
tahunnya agak baru yaitu kisaran tahun 2000-an. Moment diajak Bapak membeli
majalah bekas, selalu menjadi hal yang paling menyenangkan. Setelah tumpukan
majalah bekas berhasil dibeli, maka sampai rumah aku akan diam menyendiri
menyelesaikan membaca lembar demi lembar.
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting... 😁😁