Langsung ke konten utama

Amplop dari Sahabat Lama



Aku menikmati sepoinya angin di bantaran sungai Banjir Kanal Barat, Semarang. Tempat ini lumayan adem ketika sore hari. Banyak pula anak-anak yang bermain di sekitar sini. Beberapa menit aku duduk di salah satu bangku yang memang disediakan di sini. Orang yang aku tunggu belum juga terlihat batang hidungnya. Aku periksa gawai yang daritadi ku pegang. Tak ada pesan. Tak ada panggilan. Aku menunggu dengan resah. Waktu seperti berjalan begitu lambat.

Sore ini aku hendak bertemu dengan sahabat lamaku, Aria. Kita pernah berada dalam komunitas yang sama ketika masih duduk di bangku kuliah. Kami sama-sama suka menulis. Tak jarang kami mengikuti berbagai lomba kepenulisan. Beberapa kali kami berhasil memperoleh kejuaraan dan uang tunai sebagai hadiah. Pundi-pundi tabungan kami semakin menggembung.

Setelah lulus kuliah, Aria mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S2 di Turki. Begitu cepat semua proses tersebut, sampai-sampai Aria lupa berpamitan secara langsung padaku. Aku merasa dikhianati. Bagaimana bisa ia tiba-tiba menghilang tanpa mengucapkan apapun secara langsung?. Hanya satu pesan yang masuk ke chat Whatsapp-ku.

Kay, aku hari ini berangkat ke Turki. Semangat kuliah lagi ya. Nanti kita duet seminar kalau sudah jadi orang hebat. –Aria-
Demikian isi pesan terakhir Aria sebelum berangkat ke Turki. Selanjutnya tidak ada kabar lagi dari Aria. Nomor HP-nya sudah tidak bisa dihubungi. Email pun tak pernah dibalas. Aku benar-benar kehilangan Aria.

Dua tahun lebih, perlahan-lahan aku mulai lupa pernah punya sahabat bernama Aria. Sampai ada sebuah email yang masuk. Email dari Aria, yang intinya mengajakku bertemu setelah ia selesai S2 dari Turki. Aku kegirangan dalam hati. Akhirnya bisa bertemu lagi dengannya. Ah., mungkin ini namanya rindu. Tak sabar aku menunggu hari ini untuk bertemu Aria.

Lama-lama aku bosan menunggu Aria. Ku amati lingkungan di sekitar tempat dudukku. Aku mainkan daun-daun dari tanaman yang merambat di sekitar tempat duduk. Aih.. bahkan aku sempat memperhatikan seekor ulat bulu yang sedang asyik memakan daun. Betapa bosannya aku. Tersentak, tiba-tiba ada yang menepuk punggungku. Dadaku berdegup kencang. Mungkinkah itu Aria?.

Aku membalikkan badan. Bersiap marah-marah pada Aria. Ternyata bukan, ternyata yang datang adalah Aidan, adik Aria. Ada apa gerangan, mengapa Aidan yang datang? Kemana Aria?. Aku sibuk menebak. Aidan tersenyum menanggapi keherananku. Ia menyerahkan sebuah amplop. Katanya amplop ini dari Aria. Aidan juga mengatakan bahwa Aria sudah meninggal karena kecelakaan beberapa hari menjelang kepulangannya ke Indonesia. Aku menatap nanar amplop yang diberikan Aidan. Segera ku buka dan ku lihat isinya. Ternyata foto-foto Aria ketika di Turki. Ia mengunjungi banyak tampat di sana. Aku tersenyum. Betapa Aria terlihat gagah sekali di foto itu. Aku semakin rindu. Di antara foto-foto tersebut terselip sebuah kertas. Ternyata sebuah pesan.

Surprise,, Maafkan aku yang tak berkabar ya, Kayla. Maukah kamu menjadi pendamping jalan-jalanku keliling dunia?. Supaya aku tak sendirian seperti di foto ini. Tentu saja dalam ikatan yang halal. –Aria-.
Aku sesenggukan. Aria mengajakku menikah. Dia tahu semua kabarku dari Aidan sehingga ia bisa dengan percaya diri melamarku. Sungguh tak tergambar bagaimana perasaanku saat ini. Rinduku semakin membuncah. Aria, andaikan kamu tahu. Aku mau menjadi istrimu.


#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Mendidik dengan Cinta

Mendidik tak bisa serta merta. Mendidik adalah proses panjang yang melibatkan banyak komponen kompleks. Dalam mendidik diperlukan ilmu dan ilmu tersebut akan lebih bermakna jika disertai dengan cinta. Ya.. Mendidik perlu cinta, perlu keikhlasan dan kesabaran. Wujud cinta ini yang beragam, tergantung bagaimana orang tua mendefinisikan cinta bagi buah hati yang mereka didik. Tak ada satu pun orang tua di dunia ini yang tak mencintai anak-anaknya. Mereka mencintai anak-anak mereka dengan caranya. Terdapat beberapa pola asuh orang tua yang berhasil membawa anak-anak mereka menuju sukses. Ada pola asuh yang membawa anak-anak mereka untuk mampu berdikari. Bahkan ada pula orang tua yang sukar melepaskan genggaman perlindungannya pada sang anak. Mereka semua punya dasar yang sama, yaitu kecintaan terhadap anak-anak mereka. Lalu kecintaan seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak-anak kita? Dalam mendidik generasi alfa, tantangan yang dihadapi demikian kompleks. Orang tua harus ma...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...