Langsung ke konten utama

Lorong Waktu Kanak-Kanak [2]









[...] 
Sekali-kali Bapak mengajakku ke sekolah, aku selalu menenteng tas sendiri. Tas punggung yang selalu aku bawa ketika berkunjung kemana pun. Isi tas itu, tentu saja buku dan alat tulis, walaupun aku belum bisa menulis dan membaca. Gayaku sudah pantas sekali menjadi anak sekolahan, sayangnya belum cukup umur untuk sekolah. Sesaat setelah Bapak meninggalkanku di perpustakaan, aku langsung sibuk sendiri. Mengeluarkan isi tas, kemudian mondar-mandir mencari buku cerita. Kalau ada yang menarik, langsung aku masukkan tas untuk dibawa pulang. Baru izin ke Bapak, kalau semua sudah tersimpan rapi di tas. Menjadi pelanggan setia perpustakaan sekolah Bapak bertahan cukup lama, bahkan sampai aku benar-benar lancar membaca.
Sampai ketika aku berumur 3 tahun, aku sudah benar-benar ingin sekolah. Aku selalu iri melihat anak-anak lain memakai seragam, tas, dan sepatu kemudian berangkat sekolah. Aku terus merengek pada Bapak supaya dibolehkan masuk sekolah tahun ini. Waktu itu belum ada PAUD, usia 3 tahun masih terlalu dini untuk masuk TK. Tapi akhirnya, aku diperbolehkan masuk TK. Aku sangat bersemangat sekali di hari pertama masuk sekolah. Aku terlihat keren dengan seragam biru muda putih, sepatu hitam, dan tas punggung kesayangan. Tak lupa Ibu mengikat rambut ikalku supaya terlihat rapi. Aku berangkat sekolah sendirian. Karena kedua orang tuaku bekerja, mereka tak mungkin menungguiku di sekolah. Nenekku juga memiliki banyak pekerjaan di rumah. Aku sudah dibiasakan mandiri sejak saat itu.
Ketika sudah duduk di TK B, Bu Guru sudah mulai mengajari membaca kata-kata. Aku sangat suka diajari membaca. Di rumah aku selalu minta kepada Ibu atau Bapak untuk mengajariku membaca. Pertama kali bisa membaca menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan bagiku. Masih dengan terpatah-patah, aku ambil buku-buku cerita yang dulu ku bawa pulang dari perpustakaan sekolah Bapak. Aku mengambil buku favoritku, “Cerita di Rimba Dandaka”. Aku mencoba membaca kata per kata yang aku bisa, kemudian mencocokkannya dengan gambar yang berada di samping bacaan. Bukan main menyenangkannya bisa membaca. Aku tidak lagi hanya melihat gambar, tapi juga mengetahui apa yang dilakukan hewan-hewan di gambar tersebut. Semangatku untuk belajar membaca semakin hari semakin meninggi. Aku selalu ingin bisa membaca apapun tulisan yang aku temukan. Setiap kali berhasil membacanya dengan keras, dan mendapat apresiasi dari Bapak atau Ibuku maka aku akan tersenyum puas dan merasa bahagia sekali. Setelah mulai bisa membaca, latihanku naik tingkat menjadi belajar menulis huruf dan angka. Pertama, ibu mengajariku cara memegang pensil yang benar. Kemudian mulai memberi contoh menuliskan angka 0 sampai 9. Baru sampai angka dua, aku mulai kesulitan. Butuh pembiasaan agak lama supaya tanganku lentur membuat lengkungan angka dua yang mirip bebek berenang itu. Awal aku bisa menulis, tulisanku semakin “naik gunung” dan besar-besar. Ibu memberiku contoh barisan angka lagi. Demikian terus, sampai aku bisa menulis dengan stabil. [...]

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Mendidik dengan Cinta

Mendidik tak bisa serta merta. Mendidik adalah proses panjang yang melibatkan banyak komponen kompleks. Dalam mendidik diperlukan ilmu dan ilmu tersebut akan lebih bermakna jika disertai dengan cinta. Ya.. Mendidik perlu cinta, perlu keikhlasan dan kesabaran. Wujud cinta ini yang beragam, tergantung bagaimana orang tua mendefinisikan cinta bagi buah hati yang mereka didik. Tak ada satu pun orang tua di dunia ini yang tak mencintai anak-anaknya. Mereka mencintai anak-anak mereka dengan caranya. Terdapat beberapa pola asuh orang tua yang berhasil membawa anak-anak mereka menuju sukses. Ada pola asuh yang membawa anak-anak mereka untuk mampu berdikari. Bahkan ada pula orang tua yang sukar melepaskan genggaman perlindungannya pada sang anak. Mereka semua punya dasar yang sama, yaitu kecintaan terhadap anak-anak mereka. Lalu kecintaan seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak-anak kita? Dalam mendidik generasi alfa, tantangan yang dihadapi demikian kompleks. Orang tua harus ma...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...