Langsung ke konten utama

Day 3: Menghadapi Konsentrasi Alula yang Hanya Sebentar



Sudah masuk hari ketiga tantangan “Mendongeng”. Saya sudah menyiapkan dongeng di hari sebelumnya, berharap dongeng yang saya sampaikan kepada Alula menjadi lebih tertata. Hari sebelumnya saya membuat sebuah dongeng dengan judul “Bu Guru Pindy yang Pintar”. Tidak terasa, dongeng yang saya buat menjadi cukup panjang. Cerita yang terlalu panjang biasanya kurang disukai Alula. Maklum lah., usianya masih 5 bulan. Konsentrasinya masih sangat sebentar. Maka saya membagi cerita yang kemarin saya buat menjadi dua bagian. Nah., begini ceritanya.

***
Teman Cerita Lula: Tugas dari Bu Guru Pindy
Pagi ini suasana kelas Cici ramai sekali. Semua anak bersemangat untuk mengikuti pelajaran. Mereka penasaran karena Bu Guru Pindy memberikan tugas yang berbeda untuk masing-masing anak. Ada yang mendapat tugas membawa kertas lipat berbagai warna, karton tebal berbentuk lingkaran, paku, bahkan selang.
“Halo Cici... Kelompokmu dapat tugas membawa apa dari Bu Guru Pindy?” tanya Twiti Bebek mendekati tempat duduk Cici.
“Kami sekelompok mendapat tugas membawa kertas lipat, Twiit. Bagaimana dengan kelompokmu?” jawab Cici.
“Kelompokku mendapat tugas membawa karton dan paku. Kira-kira Bu Guru Pindy mau mengajar apa ya?”. Twiti menunjukkan muka penasarannya.
“Aku juga tak tahu. Kita tunggu saja, Twit,” jawab Cici sama penasarannya dengan Twiti.
Lonceng tanda masuk kelas pun berbunyi. Terlihat anak-anak kasak-kusuk dengan teman sebangku masing-masing. Melihat raut muka anak-anak yang penasaran. Bu Guru Pindy tersenyum simpul penuh arti. Bu Guru Pindy berdiri di depan kelas, siap menyapa anak-anak.
“Selamat pagi anak-anak,” sapa Bu Guru Pindy riang.
“Selamat pagi Bu Guru Pindy,” jawab anak-anak serentak.
“Wah.. semangat sekali. Apakah kalian sudah membawa benda-benda yang Ibu tugaskan?” tanya Bu Guru Pindy.
“Sudaaaah, Bu...,” lagi-lagi anak-anak menjawab serentak.
Kemudian, Bu Guru Pindy mengajak anak-anak keluar kelas. Ia menyuruh anak-anak untuk menempelkan kertas lipat warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu di karton tebal berbentuk lingkaran. Di tengah karton tebal dibuat lubang yang muat untuk diberi paku. Anak-anak mengikuti perintah dari Bu Guru Pindy dengan patuh.
“Lihat, Bu. Kelompokku sudah selesai,” kata Cici sambil menunjukkan hasil tugas kelompoknya.
“Bagus. Kelompok Cici sudah selesai. Ayo.. yang lain ditunggu ya,” pinta Bu Guru Pindy dengan sabar.
Tak berapa lama, semua kelompok sudah selesai dengan tugasnya. [Bersambung...]
***

Bagaimana reaksi Alula dengan dongeng ketiga saya?
Saya mendongeng di tengah kegiatan Alula menyusu. Dia mendengarkan, kemudian sesekali melepaskan nenennya dan gantian dia yang bercerita. Alula memang tidak begitu antusias ketika saya mendongeng tanpa buku. Ketika saya membacakan cerita sambil membawa buku bergambar, Alula terlihat antusias sekali. Namun, ketika mendongeng tanpa gambar, Alula kurang tertarik. Penggunaan boneka jari juga masih belum membuatnya tertarik untuk sepenuhnya mendengarkan. Semoga seiring berjalannya waktu, Alula bisa lebih tertarik dengan dongeng saya. Saya masih perlu banyak belajar untuk membuatnya tertarik. Hehe


#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...