Langsung ke konten utama

Day 2:Mengenalkan Dongeng Lebih Dalam



Hari ini Alula diimunisasi. Saya sudah agak tenang sekarang, karena pengalaman bulan sebelumnya Alula tetap aktif walau disuntik. Alhamdulillah.. kali ini pun Alula hanya nangis sebentar ketika disuntik, pulang dari Bu Bidan ia sudah aktif kembali. Hanya menjelang sore ia mulai agak rewel. Mungkin pahanya mulai terasa pegal. Saya timang-timang Alula, kemudian saya posisikan duduk. Saya mulai mendongeng lanjutan cerita kemarin. Berikut lanjutan dongeng kemarin.


Teman Cerita Lula: Bahagia Berangkat Sekolah
Hari Minggu adalah saat yang paling tepat bagi Alula untuk glundang glundung di kasur bersama Ayah dan Ibuk. Dikarenakan Ayah tetap sibuk walaupun hari Minggu, Ibuk lah yang setia menemani Alula. Mulailah Ibuk mengambil posisi enak untuk bercerita.
“Assalamualaikum, Dek Lula. Ibuk punya cerita baru hari ini. Yuk.. disimak!”. Ibuk memberi pengantar sebelum bercerita. Setelah itu, mulailah Ibuk bercerita.

***
Suatu pagi yang cerah, sinar matahari yang hangat masuk melalui jendela kamar Cici. Di dalam kamar, Cici sedang mematut dirinya di cermin. Siap hendak pergi ke sekolah. Ia tersenyum puas melihat dirinya sudah berpakaian rapi. “Semangat Cici..!!”. ia menyemangati diri sendiri.
“Cici.. sarapan sudah siap, Nak. Ayo sarapan dulu sebelum berangkat sekolah,” ajak Mama Kelinci sambil menyiapkan sarapan di meja makan.
“Siap, Mam,”. Setengah berlari, Cici menuju ruang makan. DI ruang makan, Papa Kelinci sudah menunggu sambil menyeruput teh manis.
“Sudah siap menimba ilmu, Sayang?” tanya Papa Kelinci pada Cici yang sedang membenarkan posisi duduknya.
“Tentu, Pap. Aku selalu suka pergi ke sekolah. Sekolah selalu memberikan pengalaman baru untukku. Papa tahu nggak, Bu Guru Pindy, guru di kelas Cici sangat pintar dan baik hati,” terang Cici. Matanya berbinar-binar. Ia sungguh sangat sayang pada Bu Guru Pindy.
“Oh.. bagus. Cici harus belajar yang rajin ya supaya pintar seperti Bu Guru Pindy,”. Papa Kelinci memberi semangat sambil membelai telinga Cici.
“Iya, Papa. Aku selalu memperhatikan setiap penjelasan Bu Guru Pindy. Aku juga tak pernah malu bertanya. Kata Papa, setiap yang tak ku ketahui harus ditanyakan bukan?”. Cici membalas semangat Papa Kelinci dengan tak kalah semangat.
“Betul, Sayang. Ingat kan pepatah, ‘malu bertanya sesat di jalan’?. Bertanyalah apa saja yang hendak Cici ketahui,” terang Papa Kelinci.
Ketika sedang asyik mengobrol, Mama Kelinci menghampiri mereka sambil membawa semangkuk sup wortel. Harum sekali baunya.
“Wah.. kalian ngobrol asyik sekali. Bisa dilanjut nanti yaa.. Sekarang kita sarapan dulu,” ajak Mama Kelinci memutus obrolan Cici dan Papa Kelinci.
“Siaaap, Mama sayaaang,”. Cici dan Papa Kelinci bersamaan menjawab ajakan Mama Kelinci.
Kemudian, mereka bertiga mulai sarapan pagi. Tidak ada obrolan ketika sarapan. Berbicara ketika makan adalah hal yang tak baik bukan?
***

Setelah cerita usai, Ibuk tidak lupa menekankan hal-hal baik yang ada dalam cerita.
“Hal baik apa yang bisa kita contoh, Dek?” tanya Ibuk pada Alula. Alula diam sambil mulutnya mencecap-cecap. Entah apa maksudnya.
“Betul.. kita harus selalu semangat ketika berangkat sekolah, berani bertanya hal yang belum kamu ketahui, dan tidak bicara ketika makan,”. Ibuk menutup cerita dengan sebuah nasehat.
Bagaimana reaksi Alula dengan dongeng kedua saya?
Awalnya saya mengajak Alula untuk mendongeng dengan posisi duduk. Beberapa menit kemudian, ia sudah tak tenang. Mungkin efek imunisasi sehingga dia agak rewel sedikit. Jadilah saya mendongeng sambil menyusuinya. Hasilnya.. Alula mau mendengarkan dongeng saya tanpa ceriwit seperti kemarin. Yeeeeyyyy....


#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...