Langsung ke konten utama

Day 7: Komentar Ayah



Memasuki hari ketujuh tantangan “Mendongeng”. Saya mulai asyik setiap mempersiapkan lanjutan dongeng untuk Alula. Seakan-akan dongeng yang saya buat menjadi saling sambung menyambung. Lagi-lagi saya mendongeng untuk Alula di waktu ia menjelang tidur malam. Pagi hari atau siang hari saya masih susah membagi waktu karena masih sibuk pula di ranah domestik. Namun, kali ini saya tak percaya diri mendongeng karena ayah Alula justru menunggui kami. Saya grogi donk, karena biasanya saya tidak ditunggui suami. Hanya saya dan Alula. Begitu mendengar saya mendongeng, baru satu atau dua kalimat, suami sudah senyam senyum mencurigakan. Katanya saya masih aneh dalam mendongeng. Kurang pas gitu menurutnya. Karena malu didengar suami, jadi saya melanjutkan mendongeng setelah suami keluar kamar. Nah.. berikut dongeng untuk Alula.

***
Teman Cerita Lula: Kado Hari Ibu
Teng.. teng.. teng.., terdengar lonceng tanda pulang sekolah. Anak-anak berhambur keluar kelas, segera pulang ke rumah masing-masing. Cici keluar dari kelas di urutan paling akhir, teman-teman lain sudah terlebih dahulu keluar kelas. Cici masih bimbang antara bersegera pulang atau menunda pulang. Pagi tadi Bu Guru Pindy bercerita tentang Hari Ibu. Cici teringat bahwa ia sama sekali tidak punya hadiah untuk mamanya. Ia benar-benar lupa.
“Gimana yaa?. Kalau aku pulang sekarang, artinya aku tak ada waktu mencari kado  untuk mama. Kalau aku pulang terlambat, mama bisa marah karena aku tak pamit sebelumnya,” gumam Cici.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Cici memutuskan untuk terlambat pulang. Ia teringat pada Bibi Kamila Kucing. Bibi Kamila sangat pandai membuat bros. Bros yang dibuat Bibi Kamila cantik-cantik. Cici bermaksud meminta Bibi Kamila supaya membuatkan bros untuk Mama Kelinci.
Sesampainya di depan rumah Bibi Kamila, Cici mengetuk pintu. Tok.. tok..tok.. tak berapa lama, daun pintu terbuka.
“Selamat siang, Bibi,” sapa Cici ketika pintu dibuka.
“Eh.. Cici. Ayo silahkan masuk dulu, Nak. Kamu pasti lelah sepulang dari sekolah,” ajak Bibi Kamila.
Setelah duduk di ruang tamu, Cici mengutarakan maksud tujuan kedatangannya pada Bibi Kamila. Bibi Kamila tersenyum. Ia senang sekali mengetahui bahwa Cici sangat sayang pada mamanya. Bibi Kamila menyanggupi membuatkan sebuah bros cantik untuk Mama Kelinci. Pembuatan bros ternyata membutuhkan waktu cukup lama. Pukul 4 sore, bros baru selesai dibuat oleh Bibi Kamila. Setelah bros jadi, Cici mengucapkan terima kasih dan bersegera pulang.
Hari sudah semakin sore, begitu Cici tiba di halaman rumah, ternyata Mama Kelinci sudah menunggu di teras rumah. Raut wajahnya terlihat gelisah.
“Se..laa..maat so..ree, Ma,” sapa Cici terbata-bata. Cici tahu kali ini ia bersalah.
“Selamat sore, Nak. Mengapa baru pulang?. Mama cemas sekali. Temanmu juga tak ada yang tahu kamu pergi ke mana?” balas Mama Kelinci langsung mengutarakan unek-uneknya.
“Hmm.. Cici dari rumah Bibi Kamila, Ma. Cici mau memberikan ini untuk Mama,”. Cici menunduk sambil menyerahkan sebuah kotak kecil.
Mama Kelinci membuka kotak pemberian Cici. Matanya berkaca-kaca. Ia terharu Cici memberikan hadiah untuknya. Mama Kelinci sampai tak bisa berkata apa-apa karena terharu.
“Selamat Hari Ibu, Ma.Maafkan Cici pulang terlambat ya, Ma,”. Cici memeluk Mama Kelinci erat. Ia hampir saja terisak.
“Terimakasih, Sayang. Lain kali akan lebih baik kalau kamu pamitan dulu jika kira-kira hendak mampir ke tempat lain sepulang sekolah. Mama sangat cemas, Nak,”. Mama Kelinci mengusap telinga panjang Cici.
“Iya, Ma,”. Cici tersenyum dan semakin mempererat pelukannya.
***

Bagaimana reaksi Alula dengan dongeng ketujuh saya?
Awalnya saya mendongeng ketika Alula sedang tummy time. Ia tengkurep dan saya mendongeng. Lumayanlah., dia bisa diam sambil sesekali memperhatikan saya. Baru setengah jalan, Alula sudah merengek-rengek minta nenen. Saya neneni Alula sambil melanjutkan dongeng. Beberapa menit di awal Alula tenang. Selanjutnya dia mulai lepas nen bergumam sendiri, nen lagi. Demikian berkali-kali tanpa memperhatikan dongeng saya. Duh.. mungkin kali ini saya kurang tepat waktu mendongeng untuk Alula.


#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Mendidik dengan Cinta

Mendidik tak bisa serta merta. Mendidik adalah proses panjang yang melibatkan banyak komponen kompleks. Dalam mendidik diperlukan ilmu dan ilmu tersebut akan lebih bermakna jika disertai dengan cinta. Ya.. Mendidik perlu cinta, perlu keikhlasan dan kesabaran. Wujud cinta ini yang beragam, tergantung bagaimana orang tua mendefinisikan cinta bagi buah hati yang mereka didik. Tak ada satu pun orang tua di dunia ini yang tak mencintai anak-anaknya. Mereka mencintai anak-anak mereka dengan caranya. Terdapat beberapa pola asuh orang tua yang berhasil membawa anak-anak mereka menuju sukses. Ada pola asuh yang membawa anak-anak mereka untuk mampu berdikari. Bahkan ada pula orang tua yang sukar melepaskan genggaman perlindungannya pada sang anak. Mereka semua punya dasar yang sama, yaitu kecintaan terhadap anak-anak mereka. Lalu kecintaan seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak-anak kita? Dalam mendidik generasi alfa, tantangan yang dihadapi demikian kompleks. Orang tua harus ma...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...