Langsung ke konten utama

Day 6: Adaptasi Alula



Memasuki hari keenam, saya sudah lebih mudah dalam mempersiapkan dongeng untuk Alula. Saya tetap membuatkan dongeng pendek, mengingat konsentrasi Alula yang hanya sebentar. Bagi saya yang terpenting dalam dongeng saya untuk Alula adalah muatan nilai di dalamnya. Setiap saya membuat dongeng untuk Alula, pasti ada minimal satu nilai, nasehat, atau teladan yang dapat ia contoh. Berikut adalah dongeng selanjutnya untuk Alula.
***

Teman Cerita Lula: Menjenguk Pempem
Pagi ini cuaca masih sedikit mendung, namun matahari sudah mulai tampak. Cici, Twiti, Tiko, dan anak-anak lain berangkat sekolah bersama. Mereka berangkat ke sekolah dengan riang gembira. Hujan kemarin sore membuat mereka tidak bisa bermain bersama. Pagi ini mereka jadikan sebagai waktu bercanda untuk menggantikan waktu bermain kemarin sore.
“Oyaa.,kemarin sore kalian ngapain ketika hujan?” tanya Cici Kelinci kepada Twiti Bebek dan Tiko Tupai.
“Aku main puzzle sama kakak di rumah,” jawab Twiti.
“Kalau aku... tidur. Hahaha..,” jawab Tiko sambil tergelak.
“Aku juga di rumah, ngobrol sama Mama. Kata Mama sekarang sedang musim pancaroba. Kita harus menjaga tubuh supaya tidak mudah sakit,” terang Cici pada kedua temannya.
“Oh gitu.. makanya ibuku melarangku hujan-hujanan,”. Twiti menambah penjelasan Cici.
“Apa enaknya hujan-hujanan. Lebih enak tidur kan?” balas Tiko sambil memeragakan muka tidur.
“Hahaha.. benar juga kau. Hujan-hujanan basah, kalau tidur hangat,” komentar Cici.
Tak berapa lama mereka tiba di sekolah. Teng..teng..teng.. Lonceng tanda masuk kelas berbunyi. Anak-anak berhamburan masuk ke kelas masing-masing. Di kelas Cici ternyata ada seorang anak yang tidak masuk kelas. Bangku Pempem kosong, menandakan ia tidak masuk sekolah. Kata Bu Guru Pindy, Pempem demam sehingga ia tidak masuk sekolah. Cici dan teman-temannya berencana menjenguk Pempem sepulang sekolah.
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Cici, Twiti, Tiko, dan teman lain berjalan menuju rumah Pempem. Mereka ingin menjenguk dan menghibur Pempem. Sampai di rumah Pempem, mereka langsung disambut baik oleh Mama Pempem. Pempem terlihat masih pucat. Ia duduk menemui teman-temannya, masih dalam balutan syal tebal.
“Kamu abis ngapain, Pem?. Kemarin kan masih sehat,” tanya Tiko heran.
“Aku demam sejak tadi malam, Tiko. Kemarin sore aku bermain bola sambil hujan-hujanan. Ketika bermain asyik sekali. Begitu malam, aku merasa pusing dan badanku menggigil,”. Pempem memberikan penjelasan.
“Ooo.. begitu,”. Teman-temannya ber”O” bersamaan.
“Berarti benar ya kata Mama, gak boleh hujan-hujanan,”. Cici memberi penekanan, diikuti anggukan teman-temannya yang lain. Hujan-hujanan di musim pancaroba ternyata memang membuat tubuh lebih mudah sakit. Alangkah baiknya jika berusaha menghindari penyakit.
***

Bagaimana reaksi Alula dengan dongeng keenam saya?
Sebelum mendongeng saya selalu mengatakan pada Alula bahwa saya memiliki dongeng baru untuknya. Mungkin lama kelamaan dia terbiasa sehingga dirinya mulai beradaptasi ketika saya hendak mendongeng. Seperti malam ini, begitu saya mendongeng, Alula mendengarkan dengan tenang. Tentu saja sambil sesekali menyusu..
Menurut saya, hal ini lumayan sekali. Teringat ketika hari pertama saya mendongeng, Alula justru ikut ceriwit. Lama kelamaan ketika saya mendongeng, Alula tak lagi ceriwit. Ia mulai mau diajak mendengarkan. J


#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...