Langsung ke konten utama

Jejak 9: Pendengar yang Baik



Ceritanya hari ini sudah capek sekali, belum sempat mengerjakan tantangan, bahkan belum sempat wawancara dengan suami. Kalau gak ngerjain tantangan, saya sekali jika harus loncat karena ini udah masuk hari ke-10.  Dan akhirnya saya memanfaatkan moment-moment tak terduga untuk kembali mencari jejak gaya belajar suami.

Hari ini kebetulan jadwal kontrol ke dokter. Setiap jadwal kontrol pasti sedari pagi udah hectic dan rempong. Nunggu di rumah sakit juga pasti lama. Jadilah setiap pulang periksa pasti capek. Kali ini saya pulang ke rumah orang tua.  Saya dan suami sempat makan bersama sebelum suami pulang ke rumah (*karena ada urusan di rumah). Nah., dari situ jadilah cerita banyak. Tentang apa saja. Orang tua dan suami memang klop ngobrol tentang apa saja. Seperti tidak ada habisnya. Tak jarang bapak atau ibu meluapkan isi hati atau masalahnya kepada suami. Kalau dulu saya yang sering jadi tempat cerita, sekarang justru suami yang lebih dipercaya orang tua sebagai tempat cerita.

Selain orang tua yang senang ngobrol dengan suami, beberapa orang tua murid, kerabat, atau tetangga juga sering curhat dengan suami. Entahlah mengapa mereka sering mengajak suami diskusi masalah atau curhat. Ketika saya tanyakan, apakah curhatan orang-orang membebani pikirannya?. Ia menjawab tidak ada masalah, karena suami pun tidak terlalu memikirkan curhatan orang-orang. Saya mencoba mencari alasan kenapa suami begitu digemari orang-orang untuk curhat masalah mereka.

Kemudian, tadi saya menemukan jawaban kenapa suami disukai golongan tua untuk urusan “percurhatan” ini. Ketika tadi ngobrol dengan orang tua saya, mereka bercerita banyak bahkan bercerita masalah-masalah keluarga. Suami senantiasa mendengarkan, tanpa komentar sebelum orang tua saya selesai bicara. Tidak menyanggah, tidak menyalahkan, tidak membenarkan. Pokoknya mendengarkan, sampai ia merasa dibutuhkan untuk berbicara. Kata Bapak, suami paling pinter membawa perasaan orang tua. Jadi ketika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan pandangannya, suami akan menunggu saat yang tepat untuk berbicara dengan orang tua. Bukan serta merta menyanggah. Suami senantiasa membiarkan lawan bicaranya untuk menghabiskan cerita, baru kemudian ia menanggapi.

Saya baru menyadari, kalau suami memang pendengar yang baik. Beberapa kali saya cerita juga suami tidak pernah menyanggah cerita saya. Ia lebih memilih mendengarkan sampai saya selesai, baru berpendapat jika memang saya membutuhkan pendapatnya (*soalnya saya lebih sering cerita gak penting.,hehe).

Saya kurang paham, apakah pendengar yang baik bisa masuk dalam salah satu gaya belajar. Saya yang cenderung visual, agak kurang bisa menjadi pendengar yang baik. Jadi kemungkinan, tipe pendengar yang baik tidak masuk dalam gaya belajar viisual. Jika disangkutpautkan dengan gaya belajar, kemungkinan menjadi pendengar yang baik bisa masuk dalam gaya belajar auditori. Sepertinya semakin terlihat, jika gaya belajar suami cenderung ke arah auditori. J


#harike10
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak

#KuliahBunsayIIP

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Permainan Tong Setan dalam Tinjauan Fisika

Faktor-faktor yang Menyebabkan Pengendara Sepeda Motor Tidak Jatuh pada Permainan Tong Setan Tong setan adalah permainan atraksi sepeda atau sepeda motor yang bergerak di dalam tong berukuran raksasa. Permainan tong setan dapat dijumpai di pasar malam yang biasanya sering berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Permainan tong setan menjadi menarik karena pengendara sepeda atau sepeda motor tidak terjatuh ketika mengendarai sepeda atau sepeda motor mengelilingi tong. Hal ini ternyata dapat pula dijelaskan secara ilmiah melalui bidang fisika. Fenomena yang terjadi pada tong setan adalah contoh gerak melingkar beraturan. Gerak melingkar beraturan ini menimbulkan gaya sentral yaitu gaya sentripetal. Gaya sentripetal adalah gaya yang menarik benda ke arah pusat lingkaran supaya tetap melingkar pada lintasannya (Sariyanti, 2011). Selain gaya sentripetal, pada gerak melingkar beraturan juga berlaku gerak sentrifugal. Gerak sentrifugal ini berlawanan arah dengan gerak sentripetal. Adanya

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding

Kajian Teoretis, Apa dan Bagaimanakah Allantoin Itu?

a.       Allantoin 1)       Karakteristik dan Sifat Allantoin Allantoin adalah senyawa kimia alami yang dihasilkan oleh banyak organisme, termasuk hewan, bakteri dan tanaman. Allantoin dapat disintesis dari hewan maupun tumbuhan serta dianggap   aman dan tidak beracun. Allantoin berasal dari gabungan purin membentuk heterosiklik organik yang berasal dari gabungan purin (Gambar 1). Allantoin disbeut juga asam glikosiklik diuriede atau 5-Ureidhyantoin. Gambar 1.  Struktur Kimia Allantoin Allantoin, dalam bentuk murni berwarna putih, tidak berbau, berbentuk bubuk kristal, dapat larut di dalam air dan alkohol dan tidak larut dalam di eter. Indeks Merck menjelaskan allantoin sebagai hasil dari metabolisme purin. Allantoin bersifat   non racun, non iritasi dan non alergi. Allantoin memiliki memiliki berat molekul 158,12 dan kelarutan dalam air adalah 0,5% dalam suhu 25 o C (Akema, 2008). Allantoin dapat larut dalam air