Langsung ke konten utama

Jejak 7: Galak Tapi Suka Bergurau


Berhadapan dengan orang seperti suami tidak selamanya mudah. Ia memiliki beberapa hal yang kadang bertolak belakang dan bikin bingung orang sekitar. Suatu ketika ia bisa terlihat sangat menyenangkan, di waktu yang lain ketika ada hal yang mengganggu pikirannya bisa terlihat menyeramkan. Awalnya saya sempat kaget, sempat pula berpikir apakah saya bisa menghadapi orang seperti ini (*walaupun pada dasarnya saya pun tidak jauh berbeda dari suami.. hehe). Tapi, semakin dijalani ternyata saya enjoy-enjoy saja dengan sifat suami yang demikian.

Di lingkungan sekolah maupun rumah, suami termasuk orang yang “disegani” anak-anak. Bahkan kadang anak-anak cenderung takut. Hanya beberapa anak saja yang bisa dekat dengan suami, itupun karena suami sudah terlebih dahulu simpati pada anak tertentu sehingga mereka bisa dekat. Ketika saya tanyakan kenapa anak-anak sekitar rumah segan bahkan enggan dengan suami, ia menjawab bahwa dulu sering memarahi mereka. Dulu ketika istirahat siang, kemudian di halaman ada anak-anak yang bermain maka suami akan marah-marah sampai mereka kabur. Atau kadang ada anak yang malas mengaji di sore hari, ia akan mengingatkan si anak supaya berangkat mengaji dengan nada mengancam. Pantes anak-anak malas berhubungan dengan suami. Mereka merasa “diintimidasi”. Hehe.. Suami memang orang yang agak mudah terganggu dengan keributan. Makanya ia dulu hobi marah-marah ketika jam istirahatnya terganggu oleh ributnya anak-anak yang sedang bermain. Kalau sekarang sih, suami sudah lebih bijaksana, sudah gak seperti itu lagi. Tapi anak-anak, tetaplah masih agak “takut”, sehingga mereka cenderung menghindar.

Di balik galaknya suami, sebenarnya ia pribadi yang menyenangkan. Dia sangat jarang marah kepada saya. Dia bahkan mau meladeni gurauan saya yang tidak bermutu. Sifat anak kecil saya memang kadang masih muncul, saya bahkan masih menggunakan bahasa-bahasa planet seperti ketika dulu masih sekolah. Dan ia meladeninya dengan gurauan dan bahasa planet yang sama. Akibatnya suasana rumah riuh dengan bercandaan ala anak sekolah. Suami ternyata suka dengan gurauan lisan. Ketika saya tanya suka gurauan lisan atau membaca komik, ia menjawab tidak suka komik apalagi membacanya.


Dari kebiasaan suami tersebut, saya cukup mendapat petunjuk untuk mengetahui kecenderungan gaya belajar suami. Petunjuk kali ini: suami mudah terganggu keributan dan ia lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik. Kedua indikator ini masuk dalam ciri-ciri gaya belajar auditori. Sekarang sudah mulai terlihat kecenderungan gaya belajar suami. Semoga hasil besok bisa lebih memantapkan, bukan membingungkan.. :D

#harike8
#Tantangan10hari
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...