Setelah kemarin mengalami rencana yang tertunda, saya
bertekad untuk merealisasikannya hari ini. Kebetulan suami pulang lebih cepat
daripada biasanya. Ini pertanda baik. Dapat diartikan suami sedang dalam
kondisi lumayan fit. Kondisi ini
memungkinkan kami ngobrol lebih lama dan bermutu. Demi pillow talk yang efektif, saya memberikan ruang sebebas-bebasnya
pada suami untuk beristirahat sepulang kerja.
Dalam pembicaraan kami hari ini, terdapat beberapa point penting yang kami putuskan. Setelah
beberapa hari sebelumnya masih menimbang-nimbang dalam membuat keputusan,
akhirnya hari ini kami membuat keputusan yang cukup besar dalam kacamata
keluarga kami.
Allah Sang Maha Pengatur Rezeki
Sejak memutuskan untuk resign
dari pekerjaan usai menikah, saya sangat berusaha tetap positif thinking bahwa Allah sudah
mengatur rezeki untuk kami. Alhamdulillah, semua terasa cukup walaupun hanya
suami yang bekerja. Dalam hati, saya masih berkeinginan untuk kembali bekerja
demi membantu suami. Kebutuhan ke depan akan semakin banyak serta orang tua
saya sudah mengharap saya kembali bekerja setelah adek lahir. Hal tersebut
menjadi pertimbangan bahwa memang saya harus kembali bekerja, dengan jadwal
yang tidak terlalu padat. Suami bersedia membantu menanyakan lowongan pekerjaan
di sebuah universitas. Saya sedikit tenang, membayangkan kembali bekerja di
universitas, syukur-syukur bisa masuk di kelas khusus sehingga saya tetap bisa
mengurus bayi.
Dan kemarin, suami memberitahukan pada saya bahwa jika
mendaftar dan lolos seleksi, harus segera bekerja di bulan Januari. Mengingat
kondisi saya yang sedang hamil tua, suami membuat keputusan sepihak untuk tidak
mendaftarkan saya terlebih dahulu. Ia meyakinkan saya bahwa kalau masih rezeki
pasti akan ada jalan. Dalam hati memang sedikit kecewa. Namun, saya yakin
dengan mematuhi suami, jalan ke depan akan lancar-lancar saja. Berusaha untuk
tetap tersenyum supaya suami tidak merasa terbebani. Alhamdulillah.. hati saya
bisa legowo.
Semoga Allah Mencukupkan
Setelah berbulan-bulan hanya masuk dalam daftar rencana,
akhirnya suami memutuskan untuk mulai melanjutkan pembangunan rumah bulan
depan. Ia mulai memikirkan akan dibuat seperti apa, material dan tukang yang
dibutuhkan, serta kemungkinan-kemungkinan pembengkakan dana. Saya sempat maju
mundur, takut tabungan kami tidak cukup. Suami bilang kepada saya untuk tidak
ikut memikirkan urusan rumah, lebih baik memikirkan kesejahteraan anak kami
kelak. Ah., saya merasa begitu beratnya beban yang ditanggung suami. Dalam keadaan
bekerja sendiri, semoga Allah mencukupkan semua kebutuhan kami.
Di situasi ini, kecerdasan emosional kami sedang diasah. Suami
dituntut untuk membuat keputusan yang dirasa akan baik bagi kami sekeluarga.
Saya dituntut untuk terus memberikan motivasi dan dukungan pada suami. Saya juga
harus pandai-pandai memposisikan diri, gerak-gerik, dan mimik wajah untuk tetap
menyenangkan supaya tidak menambah beban suami. Ini baru awal perjalanan kami,
ke depan tentu akan semakin banyak tantangannya.
#tantangan_hari_ke_9
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting... 😁😁