Dalam mengerjakan tantangan Bunsay IIP saya masih fokus pada
peningkatan kecerdasan emosional antara saya dan suami. Kalau kemarin-kemarin
saya lebih fokus pada pencapaian diri, sekarang gantian saya yang memberikan
tantangan pada suami untuk meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Tantangan ini
memang jangka menengah, tapi saya kira suami butuh disounding terus supaya kelak ia benar-benar sukses menjalankan tantangan
ini.
Apa Bentuk Tantangan Saya untuk Suami?
Malam Minggu kemarin, kami berkomunikasi via telepon dengan
Ibu dan Bapak sampai larut malam. Pembicaraannya banyak, sampai akhirnya
membahas rencana lahiran saya. Eh., tiba-tiba saja suami nyeletuk pada Ibu, katanya ia gak tega jika nanti harus menemani
persalinan. Takut trauma, takut sedih liat saya kesakitan, takut pingsan, dan
banyak alasan lainnya yang ia sampaikan pada Ibu. Ya karena ngomong begitu sama
Ibu saya, jelas saja Ibu saya lebih membela suami daripada saya. Kata Ibu, “Biar
suami di luar aja terima jadi. Dulu Bapak juga gak pernah nungguin persalinan
dari anak pertama sampai anak ketiga”. Saya hendak protes percuma aja, Ibu
lebih mendukung pendapat suami dibanding saya. Saya cubit-cubit deh suami,
karena memanfaatkan pembelaan dari Ibu saya untuk lari dari masalah. L
Padahal, dulu suami sudah mau menemani saya ketika
persalinan tiba. Eh.. akhir-akhir ini malah berubah pikiran. Kan gondok.. L. Saya sih tidak
mengerti apa yang dirasakan para suami ketika melihat istrinya melahirkan, tapi
saya tetep pengen banget ditemeni.
Nah.. kebetulan kemarin ada teman yang mengantarkan buku
pesanan saya, judulnya “Persalinan ketika
melahirkan bagaimanapun rasanya jadikan setiap detiknya sebagai sarana ibadah,
berdoa, dan berzikir. Bukan berteriak-teriak atau tindakan anarkhis lainnya
seperti memukul, menendang, dan mencakar. Buku itu juga menjelaskan bahwa
ketika bersalin seorang ibu butuh pendamping untuk membuatnya tetap tenang
dalam menjalani detik demi detik pembukaan jalan lahir. Karena ketenangan akan
memicu hormon oksitosin yang sangat
membantu kelancaran persalinan. Ini yang harus saya sampaikan pada suami.
Maryam”. Buku ini pas banget dengan kondisi saat ini, di mana saya butuh ilmu supaya kelak bisa lebih tenang menghadapi persalinan. Salah satu yang saya garis bawahi dari buku tersebut adalah
Maryam”. Buku ini pas banget dengan kondisi saat ini, di mana saya butuh ilmu supaya kelak bisa lebih tenang menghadapi persalinan. Salah satu yang saya garis bawahi dari buku tersebut adalah
Salah satu moment untuk
saling diskusi dan memahami adalah ketika pillow
talk. Pada saat itu saya sampaikan pada suami bahwa kelak ketika
persalinan, saya membutuhkan kehadirannya sebagai pendamping. Saya butuh didampingi
supaya bisa terus berzikir mengingat Allah, dan yang bisa sabar melakukannya
tentu hanya suami. Suami hanya manggut-manggut, tapi belum berjanji 100% hendak
menemani. Hanya bilang, “Ya.. nanti aku coba ya,”. Harapan saya sih, suami
bersedia. Di waktu-waktu ini, saya harus bisa meyakinkan suami supaya ia bisa
membuat keputusan serta memberikan motivasi secara psikis maupun fisik untuk
saya menjelang persalinan. Hal tersebut sekaligus menjadi PR bagi suami, supaya
kecerdasan emosionalnya meningkat.
#tantangan_hari_ke_5
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting... 😁😁