Proyek keluarga kali ini secara tidak sengaja mendapat
bantuan inspirasi dari pengalaman Bapak dan Ibu. Ceritanya, Bapak dan Ibu
sedang kurang sependapat dengan satu hal. Bapak menginginkan sesuatu yang sudah
sangat lama beliau impikan. Namun, Ibu belum sepenuhnya ikhlas karena biaya
yang dibutuhkan cukup besar. Kata Ibu, beda pendapat tersebut mengakibatkan
suasana rumah menjadi berbeda dari biasanya. Hal ini dulu beberapa kali pernah
terjadi. Bapak memang tipe lelaki yang keras, dan kalau punya keinginan kuat
bagaimanapun harus terlaksana. Untungnya keinginan Bapak lebih banyak keinginan
positif, dibanding negatif. Setelah sekian tahun tidak beda pendapat dalam
urusan besar, kali ini terulang kembali. Kami sebagai anak yang sudah dewasa
dan paham kemudian menjadi penengah supaya masalah tersebut tidak
berlarut-larut.
Apa Hikmah yang Dapat Saya Ambil?
Mungkin ini yang dinamakan jodoh. Dulu ketika menikah saya
bercita-cita memiliki suami seperti Bapak. Dan benar saja, beberapa sifat dalam
diri suami saya sama dengan Bapak terutama sifat kerasnya ketika mempunyai
keinginan kuat. Ketika suatu saat dihadapkan pada situasi yang sama, berarti
saya harus mengelola emosi supaya tidak terjadi pertengkaran hebat. Inilah
pentingnya meningkatkan kecerdasan emosional.
Akhir-akhir ini suami sudah mulai mengutarakan
keinginan-keinginan besarnya. Memang masih sebatas obrolan, belum berlanjut
pada eksekusi awal. Namun, hampir di setiap obrolan, suami selalu menyisipkan
keinginannya itu. Kalau hanya satu sih saya masih bisa 100% mendukung, tapi ini
ada banyak sekali keinginannya dan suami menghendaki semuanya berjalan
bersamaan. Tentu saja saya mikir keras, karena butuh biaya besar untuk
masing-masing keinginan suami. Bagi saya menghabiskan tabungan bukan jalan yang
paling baik, karena kelak kami tetap butuh tabungan jikalau ada sesuatu hal
yang mendesak.
Terkait dengan proyek keluarga kami untuk meningkatkan
kecerdasan emosional, saya berusaha memenuhi indikator yang sudah dibuat dan
terus latihan. Dalam kasus ini saya belajar untuk membuat keputusan,
menunjukkan empati, sekaligus mampu memberi motivasi. Suami membutuhkan
keputusan saya untuk melanjutkan cita-citanya. Keputusan saja belum cukup bagi
suami. Ia membutuhkan dukungan, empati, dan motivasi dalam perjalanan
mewujudkan keinginannya. Di tengah perjalanan nanti, mungkin akan ada banyak
ujian. Mungkin ujian finansial, emosional, atau kondisi fisik. Di sini kami
sangat perlu bahu membahu saling menguatkan.
Setiap suami mengutarakan keinginannya, saya berusaha memberikan
dukungan dan motivasi. Kadang saya juga menyampaikan konsekuensi jika begini
begitu, sebagai bahan pertimbangan suami. Walaupun, dari sifatnya saya cukup
yakin suami akan tetap nekat dengan keinginan-keinginannya.
Belajar dari pengalaman Bapak dan Ibu kemarin, saya harus
bisa lebih bijaksana menanggapi keinginan suami yang sulit diganggu gugat. Salah
satu sikap yang saya tunjukkan adalah tidak menurunkan semangatnya serta
memberinya keyakinan bahwa semua akan terlewati dengan baik.
#tantangan_hari_ke_4
#kelasbunsayiip3
#game_level_3
#kami_bisa
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting... 😁😁