Langsung ke konten utama

Lullaby’s House



Belum lama saya menjelajahi dunia dagang atau bisnis. Masih seumur jagung, karena saya selalu kurang percaya diri dalam berjualan, pun itu berdagang online. Mindset saya sejak dulu, passion saya adalah mengajar dan penghasilan terbesar yang bisa saya dapatkan adalah menjual jasa. Semasa kuliah, saya pernah mencoba jualan produk kecantikan Oriflame. Namun, belum sempat saya mengetahui respon pasar, saya sudah malu untuk ngiklan. Alhasil, saya mundur karena belum pernah closing.

Sejak saat itu, saya malas untuk berjualan. Merasa bahwa gaji saya cukup dan penghasilan tambahan pun lancar melalui jual jasa. Sampai kemudian saya harus resign karena awal kehamilan yang bermasalah. Saya hanya di rumah melakukan rutinitas pekerjaan rumah. Lama kelamaan saya bosan, kemudian saya meminta izin suami untuk ikut berjualan produk edukatif TIRA, seperti Hafiz Doll, Smart Hafiz, Little Abid, dan sebagainya. Suami saya menyetujui dan dimulailah perjalanan jualan saya.

Saya mulai memberanikan diri untuk ngiklan. Respon awal, cukup banyak teman-teman yang menanggapi. Namun belum closing juga. Sembari menunggu ada yang closing, saya mencoba berjualan sepatu anak Cumose dan sepatu wanita Selove. Tidak banyak respon, jadi saya urung menjual produk tesebut. Saya memutuskan untuk fokus dulu mengiklankan Smart Hafiz. Alhamdulillah.. closing menjelang saya lahiran.

Jualan sempat terhenti hingga Alula berumur 6 bulan. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan bermain Alula membuat saya merasa harus punya penghasilan tambahan. Maka saya memutuskan untuk menjual produk-produk yang dibutuhkan anak sekaligus meluncurkan brand toko saya yaitu LULLABY’S HOUSE. Mengapa house bukan store atau shop? Karena di barang yang saya jual banyak dan bermacam-macam. Kata house menurut saya lebih pas.

Dalam perjalanan berjualan bersama Lullaby’s House ini banyak ceritanya. Mulai dari keuntungan limit karena tersandung biaya ongkir, sering di PHP, transfer ngadat, minta diskon banyak, bahkan salah kasih harga ke reseller. Di balik nano-nano tersebut, saya merasa enjoy saja dengan perjalanan jualan saya. Memang belum besar sih, seringnya masih “POK” antara penghasilan dan pengeluaran. Setidaknya jualan saya lebih baik dibanding awal memulai dulu. Lullaby’s house juga sudah punya beberapa reseller. Alhamdulillah...



#superteam
#lvbtrainingcentre
#lullabyshouse

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...