Saya sering mendengar dan membaca bahwa pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap pribadi anak di masa depan. Perlakuan orang tua mereka di masa lalu akan membentuk pribadi seseorang di masa sekarang. Awalnya aku tak begitu memperhatikan kedahsyatan masa lalu tersebut terhadap pribadi seseorang. Ternyata, pengaruh itu sungguh nyata dan benar.
Anak diibaratkan sebuah kaset yang siap merekam setiap hal sejak berada dalam kandungan. Bahkan janin di dalam kandungan menyerap emosi ibu. Anak yang bahagia terlahir dari ibu yang bahagia pun demikian sebaliknya. Hal tak kasat mata macam emosi saja bisa diserap janin, apalagi lisan? Maka berkatalah yang baik. Lakukan semua hal baik ketika hamil.
Terkadang memang sulit menjaga emosi. Dalam hidup ini kadang ada beberapa hal yang memang memantik emosi. Bersabarlah. Hindarilah berkata kasar, berperilaku kasar, atau bertengkar dengan suami. Ketika ingin marah, luapkanlah dengan aktivitas yang bijak. Menulis bisa menjadi salah satu alternatif.
Menjaga kesabaran ini terus berlanjut hingga anak-anak lahir dan dewasa. Mereka melihat kita. Mereka meniru kita. Kenangan indah atau kenangan buruk, keduanya tetap terekam. Tinggal mana yang lebih kuat, maka hal itulah yang akan mendominasi kepribadian seseorang.
Seorang anak dengan masa lalu yang baik akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih positif. Mereka mudah menerima nasehat, lebih logis dalam mempertimbangkan sesuatu. Mereka juga bisa lebih mudah memandang orang lain dari sisi baiknya bukan sisi buruknya. Lebih mudah menetapkan aturan mereka.
Sebaliknya, anak dengan masa lalu yang buruk akan tumbuh menjadi pribadi yang cenderung susah diatur. Mereka susah menerima nasehat, walau nasehat tersebut demi kebaikan mereka. Mereka cenderung lebih keras hati dan susah memandang orang lain dari sisi positif.
Anak-anak dengan masa lalu yang buruk berjuang dengan banyak rintangan dalam hidupnya. Mereka tidak hanya berjuang untuk kebahagiaan mereka sendiri. Di sisi lain mereka berusaha mengenyahkan setiap trauma buruk yang mengganggu mereka. Menghilangkan bahkan mengenyahkan trauma buruk ini yang menyakitkan.
Bayangkan apa yang terjadi pada jiwa anak broken home ketika melihat keutuhan keluarga teman lainnya? Mereka merasakan sakit. Bercampur antara keinginan dan kepahitan. Tak dipungkiri mereka ingin memiliki keluarga utuh. Namun, mereka seperti menelan pahit mengingat keharmonisan orang tua tak bisa mereka rasakan. Jika mereka bisa mengeluarkan uneg-uneg terdalam mereka, mungkin mereka ingin berkata
"Jika aku boleh memilih, aku ingin dilahirkan di keluarga itu bukan di keluarga ini. Atau lebih baik tak usah dilahirkan".Itu baru contoh yang dirasakan anak-anak. Bagaimana jika anak-anak tersebut tumbuh dewasa? Sakit itu tentu masih dirasa. Ada dua kemungkinan atas kesakitan yang menumpuk tersebut. Mengulang rekaman masa lalu orang tua mereka atau berontak menghindarinya. Orang-orang seperti ini perlu didampingi supaya tetap kuat. Mengapa? Karena dalam pribadi mereka ada dua hal yang bertolak belakang. Traumatis dan sebaliknya. Agak susah menyembuhkan jiwa seseorang dengan masa lalu pola asuh yang buruk.
Sebelum anak kita merekam hal buruk dari kita, hindarkanlah dia dari apapun yang buruk. Perdengarkan segala sesuatu yang baik. Perlakukan ia dengan baik. Hindarkan anak-anak dari bentakan dan pertengkaran. Sungguh.. mereka akan mengingat itu seumur hidup. Ingatan itu akan meninggalkan cacat yang akan menganga kembali manakala bertemu dengan pemicunya.
-Temanggung, 8 Februari 2019-
Artikelnya bermanfaat banget ini, ijin share ya mbak..
BalasHapusBoleh mbak
HapusMemang benar mbak polah asuh anak-anak yang baik perlu dilakukan sejak dini.
BalasHapusIya mbak.. efeknya ngeri ketika udah dewasa, kecuali Allah memberi perlindungan
Hapus