Langsung ke konten utama

Kekejaman Salah Asuh di Masa Lalu


Saya sering mendengar dan membaca bahwa pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap pribadi anak di masa depan. Perlakuan orang tua mereka di masa lalu akan membentuk pribadi seseorang di masa sekarang. Awalnya aku tak begitu memperhatikan kedahsyatan masa lalu tersebut terhadap pribadi seseorang. Ternyata, pengaruh itu sungguh nyata dan benar.

Anak diibaratkan sebuah kaset yang siap merekam setiap hal sejak berada dalam kandungan. Bahkan janin di dalam kandungan menyerap emosi ibu. Anak yang bahagia terlahir dari ibu yang bahagia pun demikian sebaliknya. Hal tak kasat mata macam emosi saja bisa diserap janin, apalagi lisan? Maka berkatalah yang baik. Lakukan semua hal baik ketika hamil.

Terkadang memang sulit menjaga emosi. Dalam hidup ini kadang ada beberapa hal yang memang memantik emosi. Bersabarlah. Hindarilah berkata kasar, berperilaku kasar, atau bertengkar dengan suami. Ketika ingin marah, luapkanlah dengan aktivitas yang bijak. Menulis bisa menjadi salah satu alternatif.

Menjaga kesabaran ini terus berlanjut hingga anak-anak lahir dan dewasa. Mereka melihat kita. Mereka meniru kita. Kenangan indah atau kenangan buruk, keduanya tetap terekam. Tinggal mana yang lebih kuat, maka hal itulah yang akan mendominasi kepribadian seseorang.

Seorang anak dengan masa lalu yang baik akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih positif. Mereka mudah menerima nasehat, lebih logis dalam mempertimbangkan sesuatu. Mereka juga bisa lebih mudah memandang orang lain dari sisi baiknya bukan sisi buruknya. Lebih mudah menetapkan aturan mereka.

Sebaliknya, anak dengan masa lalu yang buruk akan tumbuh menjadi pribadi yang cenderung susah diatur. Mereka susah menerima nasehat, walau nasehat tersebut demi kebaikan mereka. Mereka cenderung lebih keras hati dan susah memandang orang lain dari sisi positif.

Anak-anak dengan masa lalu yang buruk berjuang dengan banyak rintangan dalam hidupnya. Mereka tidak hanya berjuang untuk kebahagiaan mereka sendiri. Di sisi lain mereka berusaha mengenyahkan setiap trauma buruk yang mengganggu mereka. Menghilangkan bahkan mengenyahkan trauma buruk ini yang menyakitkan.

Bayangkan apa yang terjadi pada jiwa anak broken home ketika melihat keutuhan keluarga teman lainnya? Mereka merasakan sakit. Bercampur antara keinginan dan kepahitan. Tak dipungkiri mereka ingin memiliki keluarga utuh. Namun, mereka seperti menelan pahit mengingat keharmonisan orang tua tak bisa mereka rasakan. Jika mereka bisa mengeluarkan uneg-uneg terdalam mereka, mungkin mereka ingin berkata
 "Jika aku boleh memilih, aku ingin dilahirkan di keluarga itu bukan di keluarga ini. Atau lebih baik tak usah dilahirkan". 
Itu baru contoh yang dirasakan anak-anak. Bagaimana jika anak-anak tersebut tumbuh dewasa? Sakit itu tentu masih dirasa. Ada dua kemungkinan atas kesakitan yang menumpuk tersebut. Mengulang rekaman masa lalu orang tua mereka atau berontak menghindarinya. Orang-orang seperti ini perlu didampingi supaya tetap kuat. Mengapa? Karena dalam pribadi mereka ada dua hal yang bertolak belakang. Traumatis dan sebaliknya. Agak susah menyembuhkan jiwa seseorang dengan masa lalu pola asuh yang buruk.

Sebelum anak kita merekam hal buruk dari kita, hindarkanlah dia dari apapun yang buruk. Perdengarkan segala sesuatu yang baik. Perlakukan ia dengan baik. Hindarkan anak-anak dari bentakan dan pertengkaran. Sungguh.. mereka akan mengingat itu seumur hidup. Ingatan itu akan meninggalkan cacat yang akan menganga kembali manakala bertemu dengan pemicunya.


-Temanggung, 8 Februari 2019-

Komentar

  1. Artikelnya bermanfaat banget ini, ijin share ya mbak..

    BalasHapus
  2. Memang benar mbak polah asuh anak-anak yang baik perlu dilakukan sejak dini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak.. efeknya ngeri ketika udah dewasa, kecuali Allah memberi perlindungan

      Hapus

Posting Komentar

Thank you for visiting... 😁😁

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...