Langsung ke konten utama

Belajar Blogging


Sebenarnya blog ini sudah ada sejak tahun 2011, zaman ketika saya masih awal kuliah. Waktu itu blog saya jadikan sebagai sarana curhat, mengungkapkan perasaan yang hanya bertahan selama kurang lebih satu tahun. Cukup banyak yang saya post kala itu, karena saya mentarget 100 posting yang isinya curhatan saya semua. Kalau ingat itu semua ya lucu dan memalukan... hehehe...
Saya berhenti nge-blog, semenjak rutinitas kegiatan nyata saya meningkat. Kegiatan kuliah dan luar kuliah semakin menyita waktu, sehingga saya tidak sempat lagi menyambangi blog saya. Rutinitas menulis saya beralih pada tulisan ilmiah seperti penelitian dan pengabdian, sebagai sarana dapat pengalaman dan recehan. Tulisan-tulisan ilmiah yang butuh pertanggungjawaban semakin mengurangi waktu saya untuk blogging. Selama kuliah mungkin hanya beberapa post saja yang berhasil dipublikasikan.

Semenjak mengikuti kelas matrikulasi IIP, hati saya mulai tergerak untuk mengaktifkan kembali blog yang sempat terbengkalai selama bertahun-tahun (untung masih ingat password.. hihi). Mulanya saya rombak template-nya. Semula blog saya ini alay banget, background-nya rame, profil tentang saya pun masih berlebihan, banyak widget yang bikin lola. Setelah rombak template, isi juga mulai saya rombak. Curhatan dan ungkapan rasa yang jumlahnya puluhan itu saya hapus semua. Apalagi semua curhatan tidak ada yang tentang suami, ya tanpa pikir panjang langsung babat habis. Post-post yang masih tersisa hanya post pengalaman bersama teman, post yang masih layak baca, dan anti-baper saja. :D

Nah.. dari sini, hobi menulis “suka-suka” saya seperti kembali lagi walaupun masih terbatas pada blogging NHW saja sih. Setidaknya ini sinyal baik untuk menggenapkan semangat saya menulis “suka-suka” (bosen menulis ilmiah melulu.... :D). Maka, ketika ada tawaran belajar blog oleh Mbak Marita (teman satu matrikulasi IIP) saya semangat ikut. Ilmu saya soal dunia blog masih dangkal banget, baru bisa gonta-ganti template sama tata letak doank (Itupun, desain template saya masih termasuk alay di kalangan ahli blog, kemudian tadi sempat saya ganti yang lebih elegan). Selebihnya masih nol, karena ternyata masih banyak yang saya tidak paham misalnya komunitas blog, SEO, domain, dan banyak lagi.


Selama ini saya blogging ya sebatas mengungkapkan isi pikiran atau perasaan, masalah kebermanfaatan pikir belakangan atau bahkan tidak terpikirkan. Tapi saat ini, bagi saya justru sebaliknya kebermanfaatan yang terpenting dibandingkan ungkapan perasaan yang menjurus ke arah baper. Alangkah bahagianya ketika tulisan kita bisa bermanfaat bagi orang lain atau minimal menjadi inspirasi bagi orang yang membaca. Dalam hal ini saya perlu banget bimbingan Mbak Marita, terkait dengan upaya-upaya supaya pengunjung blog saya nambah.
Saya sudah menyiapkan gelas kosong untuk menerima ilmu sebanyak-banyaknya dari diskusi belajar blogging bersama Mbak Marita dan kawan-kawan. Harapannya tulisan saya bisa dibaca banyak orang dan bermanfaat bagi setiap orang yang membaca.

Semangaaaatt.... ^.^

Komentar

  1. Sudah cantik nih blognya, tulisannya juga udah asyik. Tinggal... Konsistensi. Happy blogging :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh.. Komentarnya menyemangati sekali Mbak Marita. Masih butuh bimbingan banyak lo, Mb. :)
      Semoga bisa konsisten. Bismillah..

      Hapus
    2. Wahh.. Komentarnya menyemangati sekali Mbak Marita. Masih butuh bimbingan banyak lo, Mb. :)
      Semoga bisa konsisten. Bismillah..

      Hapus

Posting Komentar

Thank you for visiting... 😁😁

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...

Pojok Bermain Lula

Bermain menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari masa kanak-kanak termasuk usia bayi. Bermain dibutuhkan anak-anak sebagai sarana eksplorasi sekaligus sebagai sarana bermain peran. Melalui bermain, anak-anak bisa mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Ia bisa mengenal berbagai bentuk benda, warna, halus kasar, besar kecil, dan sebagainya. Ketika ia memainkan sesuatu, ia berarti melihat dan memegang lebih dekat apa yang anak tersebut mainkan. Demikian pula dengan bermain peran. Dalam kegiatan bermain, kadang anak berperan seolah-olah menjadi penjual, ibu, dokter, pembeli, guru, atau pekerjaan lainnya. Peran yang dimainkan anak-anak bisa membantu memperkaya kosa kata yang dimilikinya. Apakah terdapat hubungan antara bermain dan mendidik? Menurutku bermain erat kaitannya dengan mendidik terutama bagi anak-anak di usia balita. Ketika bermain, ia sekaligus dapat belajar banyak hal. Misalnya, dalam permainan kubus meraba untuk bayi usia 6 bulan. Ketika bermain kubus meraba, bayi dapa...