Langsung ke konten utama

Jelajah 4: Pindah Rumah


Setelah sepekan berada di rumah manajemen marah, pada akhirnya saya memilih untuk pindah ke rumah lain. Ceritanya beberapa hari lalu mendengar Go Live dari Mbak Qurotul Ain tentang cerita anak. Kemarin-kemarin memang belum ngeh kalau ada yang punya interest cerita anak. Nah,, begitu mendengar sharing dari Mbak Qurotul ini, saya langsung berbinar-binar. Ingin sekali menjadi bagian dari keluarga Cinta Sastra. Setelah melalui berbagai pertimbangan, pada akhirnya saya memutuskan untuk pndahan.

Yey.. akhirnya saya pindah ke rumah baru. Di rumah baru ini saya merasa lebih utuh menjadi diri sendiri. Saya merasa bahagia dan nyaman karena jumlah anggota keluarga yang sedikit. Rumah terasa lebih lega, saya bisa bergerak dengan lebih leluasa. Sebagai penghuni baru, saya juga tidak merasa dibeda-bedakan dengan teman-teman lainnya.

Begitu senangnya saya berada di rumah baru. Pekan ini saya asyik makan dari rumah saya sendiri. Saya belajar tentang seluk beluk cerita anak, macam-macam cerita anak, bahkan membuat cerita anak sekaligus menganalisisnya. Seluk beluk cerita anak berkaitan dengan gaya bahasa cerita anak serta konten-konten cerita anak yang harus sarat akan makna dan hikmah. Untuk panjang cerita anak ini hendaknya sekitar 700 kata untuk menghindari kebosanan pada anak. Cerita anak juga macam-macam, terbagi menjadi fiksi dan non fiksi. Fiksi bisa berupa legenda, dongeng, sage, dan sebagainya. Sedangkan non fiksi bisa berupa cerita sejarah, ensiklopedi, dan lain-lain.

Salah satu kegiatan yang mengasyikkan di rumah ini adalah membuat cerita anak. Berikut adalah cerita anak yang saya buat untuk Keluarga Cinta Sastra.

Kejeniusan Sang Sultan

Adik-adik tersayang, kekalahan melawan angkatan laut Byzantium seolah bagaikan cambuk bagi Utsmani. Setelah memberhentikan Balata Oghli, Sultan mengangkat Hamzah Pasha sebagai komandan angkatan laut Utsmani. Sejenak Sang Sultan tercenung, teringat hadits Rasulullah tentang penaklukkan Konstatinopel. Hadits itu yang selalu menjadi bara semangat dalam diri Sultan. Kekalahan armada laut Utsmani melecut ketajaman berpikirnya. 

Malam semakin larut. Sesekali terdengar Sang Sultan merapalkan zikir. Di saat seperti ini, hatinya kian mendekat pada Allah. Pertolongan Allah adalah sebaik-baiknya pertolongan. Usai bermunajat pada Sang Khaliq, hati Sultan terasa lebih baik. Ia mengembuskan nafas panjang, kemudian berbisik pada dirinya sendiri.
“Kali ini Konstatinopel akan jatuh”.

Beberapa saat ia termenung. Dahinya berkernyit. Sesekali ia mengetukkan ujung jarinya. Ia kemudian membuka peta Konstatinopel, diikuti oleh komandan perang, penasihat perang, dan ahli taktik Utsmani.

"Kita tidak akan bisa berbuat banyak ketika Tanduk Emas belum dikuasai," kata Sultan sembari menunjuk gambar rantai di peta. Terlihat bahwa Konstatinopel dilindungi oleh benteng-benteng kuat dan kawasan menuju Tanduk Emas dihalangi rantai raksasa. 

Adik-adik tersayang, rantai raksasa itulah penghalang utama angkatan laut Utsmani. Diikat pada dua dinding kokoh, yaitu dinding Konstatinopel dan ujung lain di dinding Galata. Sangat sulit menghancurkan rantai tersebut. Sementara pasukan Utsmani sadar, meriam mereka tak punya pijakan kuat untuk menghancurkan rantai dan dinding. 

"Jika kita tidak dapat memutuskan rantai itu, kita akan melewatinya!". Ucapan Sultan terdengar mustahil. Namun, ia begitu mantap dengan rencana tersebut. Hening beberapa saat. Sultan segera menyampaikan rencananya kepada seluruh pasukan.

Di luar dugaan, rencana itu disambut dengan kobaran semangat pasukan Utsmani. Mereka merasa bahwa pertolongan Allah sudah di depan mata Segera saja, para pasukan meratakan tanah yang akan digunakan sebagai jalur pemindahan kapal dari Bhosporus menuju Tanduk Emas. Dalam beberapa jam, tanah berhasil diratakan. Di atas tanah diletakkan papan yang sudah dilumuri minyak dan lemak. Kapal-kapal tersebut ditarik oleh sapi-sapi jantan. Ratusan laki-laki membantu mengarahkan sekaligus menariknya dengan tali yang diikat pada tubuh mereka. Kapal berjalan sejauh kurang lebih 3 mil. Pasukan Utsmani dengan semangat baja mengarungi bukit Galata seolah sedang membelah laut.  Layar kapal berkibar-kibar diikuti teriakan kuat para pasukan. Pasukan lain mengambil posisi mendayung diiringi dengan pekikan semangat komandan kapal. Bukit Galata layaknya lautan lepas yang sedang mereka taklukkan. Pemandangan yang menakjubkan sekaligus mengerikan bagi pasukan Byzantium. Bagaimana tidak, panji perang Rasulullah dengan tonggak bendera Utsmani tepat berada di hadapan mereka. Puluhan kapal berjajar di Bukit Galata diiringi pekikan takbir semakin menciutkan pasukan Byzantium. 

Tak percaya, pasukan Byzantium mencubit dirinya sendiri. Berharap semua ini hanyalah mimpi. 
“Bagaimana mungkin hal sedahsyat ini dapat dilakukan dalam waktu semalam?”, demikian pertanyaan yang muncul di antara pasukan Byzantium. Sang Sultan berhasil memberikan efek psikologis yang dahsyat bagi Byzantium.  Dalam waktu semalam, kejutan menakjubkan benar-benar dihadirkan oleh Sultan. 

Pemindahan kapal ini dilakukan dini hari, ketika pasukan Byzantium masih terbuai dalam mimpi. Tak pernah terpikirkan oleh Byzantium, bahwa kekuatan iman yang menghadirkan kekuatan lebih pada Utsmani. Pekik takbir terus dikumandangkan, menjadi bara pembakar semangat pasukan Utsmani. Ketebalan iman semakin memperkuat mereka untuk melenggang di medan jihad. 

"Inilah akhir dari Konstatinopel," ucap pasukan Utsmani dengan lirih. Lantas bagaimana pasukan Byzantium menghadapi kejadian menakjubkan ini?
.
Alhamdulillah beberapa teman menyukai cerita saya. Ada juga yang menyatakan kalau cerita ini lebih cocok dijadikan novel atau cerita bersambung, sehingga anak bisa memahami runtutan cerita.
.
Nah,. Inilah makananku selama sepekan ini. Cukup kenyang makan di rumah sendiri, sambil ngemil di beberapa tempat, namun tidak dicantumkan di sini karena tidak sesuai mind map.





#janganlupabahagia
#jurnalminggu4
#materi4
#kelasulat
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Mendidik dengan Cinta

Mendidik tak bisa serta merta. Mendidik adalah proses panjang yang melibatkan banyak komponen kompleks. Dalam mendidik diperlukan ilmu dan ilmu tersebut akan lebih bermakna jika disertai dengan cinta. Ya.. Mendidik perlu cinta, perlu keikhlasan dan kesabaran. Wujud cinta ini yang beragam, tergantung bagaimana orang tua mendefinisikan cinta bagi buah hati yang mereka didik. Tak ada satu pun orang tua di dunia ini yang tak mencintai anak-anaknya. Mereka mencintai anak-anak mereka dengan caranya. Terdapat beberapa pola asuh orang tua yang berhasil membawa anak-anak mereka menuju sukses. Ada pola asuh yang membawa anak-anak mereka untuk mampu berdikari. Bahkan ada pula orang tua yang sukar melepaskan genggaman perlindungannya pada sang anak. Mereka semua punya dasar yang sama, yaitu kecintaan terhadap anak-anak mereka. Lalu kecintaan seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak-anak kita? Dalam mendidik generasi alfa, tantangan yang dihadapi demikian kompleks. Orang tua harus ma...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...