Setelah sepekan berada di rumah manajemen marah, pada akhirnya saya memilih untuk pindah ke rumah lain. Ceritanya beberapa hari lalu mendengar Go Live dari Mbak Qurotul Ain tentang cerita anak. Kemarin-kemarin memang belum ngeh kalau ada yang punya interest cerita anak. Nah,, begitu mendengar sharing dari Mbak Qurotul ini, saya langsung berbinar-binar. Ingin sekali menjadi bagian dari keluarga Cinta Sastra. Setelah melalui berbagai pertimbangan, pada akhirnya saya memutuskan untuk pndahan.
Yey.. akhirnya saya pindah ke rumah baru. Di rumah baru ini saya merasa lebih utuh menjadi diri sendiri. Saya merasa bahagia dan nyaman karena jumlah anggota keluarga yang sedikit. Rumah terasa lebih lega, saya bisa bergerak dengan lebih leluasa. Sebagai penghuni baru, saya juga tidak merasa dibeda-bedakan dengan teman-teman lainnya.
Begitu senangnya saya berada di rumah baru. Pekan ini saya asyik makan dari rumah saya sendiri. Saya belajar tentang seluk beluk cerita anak, macam-macam cerita anak, bahkan membuat cerita anak sekaligus menganalisisnya. Seluk beluk cerita anak berkaitan dengan gaya bahasa cerita anak serta konten-konten cerita anak yang harus sarat akan makna dan hikmah. Untuk panjang cerita anak ini hendaknya sekitar 700 kata untuk menghindari kebosanan pada anak. Cerita anak juga macam-macam, terbagi menjadi fiksi dan non fiksi. Fiksi bisa berupa legenda, dongeng, sage, dan sebagainya. Sedangkan non fiksi bisa berupa cerita sejarah, ensiklopedi, dan lain-lain.
Salah satu kegiatan yang mengasyikkan di rumah ini adalah membuat cerita anak. Berikut adalah cerita anak yang saya buat untuk Keluarga Cinta Sastra.
Kejeniusan Sang Sultan
Adik-adik tersayang, kekalahan melawan angkatan laut Byzantium seolah bagaikan cambuk bagi Utsmani. Setelah memberhentikan Balata Oghli, Sultan mengangkat Hamzah Pasha sebagai komandan angkatan laut Utsmani. Sejenak Sang Sultan tercenung, teringat hadits Rasulullah tentang penaklukkan Konstatinopel. Hadits itu yang selalu menjadi bara semangat dalam diri Sultan. Kekalahan armada laut Utsmani melecut ketajaman berpikirnya.
Malam semakin larut. Sesekali terdengar Sang Sultan merapalkan zikir. Di saat seperti ini, hatinya kian mendekat pada Allah. Pertolongan Allah adalah sebaik-baiknya pertolongan. Usai bermunajat pada Sang Khaliq, hati Sultan terasa lebih baik. Ia mengembuskan nafas panjang, kemudian berbisik pada dirinya sendiri.
“Kali ini Konstatinopel akan jatuh”.
Beberapa saat ia termenung. Dahinya berkernyit. Sesekali ia mengetukkan ujung jarinya. Ia kemudian membuka peta Konstatinopel, diikuti oleh komandan perang, penasihat perang, dan ahli taktik Utsmani.
"Kita tidak akan bisa berbuat banyak ketika Tanduk Emas belum dikuasai," kata Sultan sembari menunjuk gambar rantai di peta. Terlihat bahwa Konstatinopel dilindungi oleh benteng-benteng kuat dan kawasan menuju Tanduk Emas dihalangi rantai raksasa.
Adik-adik tersayang, rantai raksasa itulah penghalang utama angkatan laut Utsmani. Diikat pada dua dinding kokoh, yaitu dinding Konstatinopel dan ujung lain di dinding Galata. Sangat sulit menghancurkan rantai tersebut. Sementara pasukan Utsmani sadar, meriam mereka tak punya pijakan kuat untuk menghancurkan rantai dan dinding.
"Jika kita tidak dapat memutuskan rantai itu, kita akan melewatinya!". Ucapan Sultan terdengar mustahil. Namun, ia begitu mantap dengan rencana tersebut. Hening beberapa saat. Sultan segera menyampaikan rencananya kepada seluruh pasukan.
Di luar dugaan, rencana itu disambut dengan kobaran semangat pasukan Utsmani. Mereka merasa bahwa pertolongan Allah sudah di depan mata Segera saja, para pasukan meratakan tanah yang akan digunakan sebagai jalur pemindahan kapal dari Bhosporus menuju Tanduk Emas. Dalam beberapa jam, tanah berhasil diratakan. Di atas tanah diletakkan papan yang sudah dilumuri minyak dan lemak. Kapal-kapal tersebut ditarik oleh sapi-sapi jantan. Ratusan laki-laki membantu mengarahkan sekaligus menariknya dengan tali yang diikat pada tubuh mereka. Kapal berjalan sejauh kurang lebih 3 mil. Pasukan Utsmani dengan semangat baja mengarungi bukit Galata seolah sedang membelah laut. Layar kapal berkibar-kibar diikuti teriakan kuat para pasukan. Pasukan lain mengambil posisi mendayung diiringi dengan pekikan semangat komandan kapal. Bukit Galata layaknya lautan lepas yang sedang mereka taklukkan. Pemandangan yang menakjubkan sekaligus mengerikan bagi pasukan Byzantium. Bagaimana tidak, panji perang Rasulullah dengan tonggak bendera Utsmani tepat berada di hadapan mereka. Puluhan kapal berjajar di Bukit Galata diiringi pekikan takbir semakin menciutkan pasukan Byzantium.
Tak percaya, pasukan Byzantium mencubit dirinya sendiri. Berharap semua ini hanyalah mimpi.
“Bagaimana mungkin hal sedahsyat ini dapat dilakukan dalam waktu semalam?”, demikian pertanyaan yang muncul di antara pasukan Byzantium. Sang Sultan berhasil memberikan efek psikologis yang dahsyat bagi Byzantium. Dalam waktu semalam, kejutan menakjubkan benar-benar dihadirkan oleh Sultan.
Pemindahan kapal ini dilakukan dini hari, ketika pasukan Byzantium masih terbuai dalam mimpi. Tak pernah terpikirkan oleh Byzantium, bahwa kekuatan iman yang menghadirkan kekuatan lebih pada Utsmani. Pekik takbir terus dikumandangkan, menjadi bara pembakar semangat pasukan Utsmani. Ketebalan iman semakin memperkuat mereka untuk melenggang di medan jihad.
"Inilah akhir dari Konstatinopel," ucap pasukan Utsmani dengan lirih. Lantas bagaimana pasukan Byzantium menghadapi kejadian menakjubkan ini?
.Alhamdulillah beberapa teman menyukai cerita saya. Ada juga yang menyatakan kalau cerita ini lebih cocok dijadikan novel atau cerita bersambung, sehingga anak bisa memahami runtutan cerita.
.
Nah,. Inilah makananku selama sepekan ini. Cukup kenyang makan di rumah sendiri, sambil ngemil di beberapa tempat, namun tidak dicantumkan di sini karena tidak sesuai mind map.
#janganlupabahagia
#jurnalminggu4
#materi4
#kelasulat
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting... 😁😁