Langsung ke konten utama

Jurnal Bunda Cekatan: Bahagia Bersama Satu Keluarga


Sekilas Telur Merah

Memasuki jurnal ketiga kelas Bunda Cekatan Batch 1. Setelah menemukan telur hijau dan telur merah, sekarang kami mendapatkan tugas untuk mencari telur orange. Pencarian telur orange ini semakin mengerucut dibandingkan telur-telur sebelumnya. Pada jurnal sebelumnya, saya telah menemukan 5 telur merah. Berikut adalah telur merah yang berhasil saya temukan.
1. Meningkatkan jam terbang menulis cerita anak
2. Menerapkan marketing online
3. Mendaftarkan toko di GMB (Google My Business)
4. Optimalisasi google drive
5. Read aloud dengan intonasi yang sesuai

Mencari Telur Orange
Saya pikir, kelima telur merah itu benar-benar menjadi sesuatu yang membahagiakan bagi saya. Hingga suatu saat, pada sebuah momen pillow talk terjadi pembicaraan yang cukup serius antara saya dan suami. Dari pembicaraan tersebut, saya menemukan sesuatu yang harus saya perbaiki sebelum terlambat. Ternyata, apa yang menjadi indikator kebahagiaan saya, tidak serta merta menjadi kebahagiaan suami. Saya sedang semangat sekali menjalankan bisnis berjualan buku, mengikuti berbagai kelas bisnis. Hal tersebut membuat saya bahagia dan tertantang. Namun, suami merasakan sebaliknya. Ia bahkan terang-terangan mengatakan bahwa ia belum ridho jika saya fokus pada bisnis yang saya rintis sekarang.

Ada kekecewaan yang muncul. Namun, mau sekeras apapun saya berusaha melebarkan sayap, tanpa ridho suami, semuanya menjadi percuma. Tak akan ada dampak yang signifikan. Kemudian, saya pun bertanya pada suami tentang apa yang harus saya lakukan untuk mendapatkan ridhonya?
“Jadilah istri dan ibu,”
Saya kaget, mungkinkah selama ini saya belum menjadi istri dan ibu yang baik? Belum memberikan service excellent pada anak dan suami? Beberapa hari saya termenung memikirkan hal ini. memang benar, saya belum optimal sebagai istri dan ibu. Masih jarang masak, padahal suami ingin saya bisa masak enak. Masih sering emosional menghadapi anak, mudah tersulut emosi ketika anak banyak bertingkah, dan sebagainya.

Kemudian, saya memutusan untuk mengubah indikator kebahagiaan saya. Saya lebih bahagia ketika suami dan anak bahagia. Percuma diri ini bahagia, namun suami dan anak justru tersiksa. Mengembangkan bisnis dan menulis memang membahagiakan diri sendiri. Suami pun sebenarnya membolehkan hal tersebut, asal saya tidak mengesampingkan tugas sebagai istri dan ibu.

Akhirnya, saya mantap menemukan telur-telur orange ini.


Hal yang pertama dan utama adalah mengoptimalkan peran sebagai istri dan ibu. Dalam menjalankan kedua peran tersebut, saya butuh dua ilmu khusus yang harus segera dikuasai, yaitu ilmu tentang memasak dan pengelolaan emosi/amarah. Kedua ilmu itu urgent sekali untuk dikuasai. Rajin memasak adalah harapan suami, sementara emosi yang stabil adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh anak.

Ilmu berikutnya yang saya butuhkan adalah kiat menulis cerita anak dan teknologi dalam bisnis. Saya pikir, setelah menguasai ilmu tentang istri dan ibu, ilmu lainnya akan lebih mudah untuk didalami. Mengapa? Karena keberhasilan menguasai ilmu memasak dan pengelolaan emosi akan mendekatkan saya pada ridho suami. Ridho suami ini akan melancarkan tujuan-tujuan pribadi lainnya. Kiat menulis cerita anak, saya perlukan untuk mencapai tujuan sebagai penulis produktif. Sedangkan ilmu teknologi dalam bisnis,saya perlukan demi mencapai efektivitas dalam berbisnis jangka panjang.


Secara lebih spesifik, saya membutuhkan ilmu food preparation sebagai hal mendasar sebelum belajar masak memasak. Sebenarnya memasak menjadi hal yang “ingin dikuasai”, namun saya merasa tak bisa berlama-lama berada di dapur. Harapan saya, ilmu food preparation ini akan meminimalisir waktu di dapur. Selain itu, ilmu manajemen belanja, pengaturan menu, dan tips-tips memasak juga saya perlukan untuk meningkatkan skill memasak.

Ilmu anger management juga sangat saya perlukan. Saya masih sering berada dalam kondisi emosional yang tidak stabil. Dan hal ini kurang baik dalam pengasuhan. Beberapa buku sudah saya baca untuk mengatasi hal ini. Namun, sampai saat ini saya belum terampil mengelola emosi/marah.

Ilmu marketing online  dan seluk beluk GMB, saya perlukan sebagai lanjutan dari kelas bisnis yang sudah saya ikuti. Selama mengikuti kelas bisnis, saya baru mengetahui kulit-kulitnya saja, belum mengetahui dan menerapkan secara maksimal.

Ilmu sastra anak juga diperlukan. Dalam menulis cerita untuk anak, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Tanpa ilmu ini, menulis cerita anak bisa jadi tidak tepat sasaran baik dari segi bahasa maupun konten. Oleh karena itu, saya merasa perlu mendalami ilmu ini.

Ilmu-ilmu yang saya perlukan bisa diperoleh dari berbagai sumber baik online maupun offline. Secara online, saya bergabung di grup-grup kelas bisnis dan memasak. Secara offline, saya bisa memanfaatkan berbagai buku (karena kebetulan jualan buku) atau seminar maupun talkshow terkait.

Cara Belajar yang Gue Banget
Membaca, Praktik, Refleksi, Revisi.

Demikian cara belajar saya secara singkat. Saya cenderung memiliki gaya belajar visual, sehingga saya lebih nyaman membaca segala sumber ilmu dibandingkan mendengarkan. Dengan membaca saya bisa menandai hal apa saja yang penting. Dari hasil bacaan tersebut, saya praktikkan untuk hasil yang lebih nyata. Dalam praktik ini, saya membutuhkan seorang ahli untuk memberikan masukan maupun kritik saran. Hasil refleksi ini kemudian saya gunakan sebagai acuan untuk memperbaiki praktik-praktik yang sudah saya lakukan sebelumnya.

Nah.. kira-kira seperti itu hasil pencarian telur orange saya, Bagaimana dengan kalian?


#bundacekatan
#institutibuprofesional
#kelastelurtelur
#jurnalketiga
#telurketiga
#telurorange



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Mendidik dengan Cinta

Mendidik tak bisa serta merta. Mendidik adalah proses panjang yang melibatkan banyak komponen kompleks. Dalam mendidik diperlukan ilmu dan ilmu tersebut akan lebih bermakna jika disertai dengan cinta. Ya.. Mendidik perlu cinta, perlu keikhlasan dan kesabaran. Wujud cinta ini yang beragam, tergantung bagaimana orang tua mendefinisikan cinta bagi buah hati yang mereka didik. Tak ada satu pun orang tua di dunia ini yang tak mencintai anak-anaknya. Mereka mencintai anak-anak mereka dengan caranya. Terdapat beberapa pola asuh orang tua yang berhasil membawa anak-anak mereka menuju sukses. Ada pola asuh yang membawa anak-anak mereka untuk mampu berdikari. Bahkan ada pula orang tua yang sukar melepaskan genggaman perlindungannya pada sang anak. Mereka semua punya dasar yang sama, yaitu kecintaan terhadap anak-anak mereka. Lalu kecintaan seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak-anak kita? Dalam mendidik generasi alfa, tantangan yang dihadapi demikian kompleks. Orang tua harus ma...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...