Waktu cepat sekali berlalu, seperti baru kemarin ikut kelas
matrikulasi, sekarang sudah hendak berakhir. Di NHW 9 ini penugasannya lebih
detail dan rinci. Bunda sebagai agen perubahan, saya artikan sebagai peran
bunda yang sangat berpengaruh terhadap kondisi masyarakat sekitar. Sebenarnya
saya masih agak bingung mengkaitkan minat, potensi dengan isu sosial karena
tempat tinggal saya masih nomaden. Maka saya mengambil isu sosial yang lebih
umum bukan spesifik di tempat saya tinggal sekarang.
Untuk mencapai “Agen Perubahan” ini, Bu Septi memberi
panduan berupa rumus yaitu:
PASSION + EMPHATY = SOCIAL VENTURE
Social venture diartikan
sebagai suatu usaha yang didirikan seorang social
enterpreneur (orang yang menyelesaikan masalah dengan kemampuan enterpreneur) baik secara individu
maupun organisasi yang bertujuan untuk memberikan solusi sistemik untuk
mencapai tujuan sosial yang berkelanjutan.
Untuk mencapai social
venture maka saya harus menggali lebih dalam lagi passion saya dengan dibantu bagan berikut.
Nah., dari bagan tersebut saya sudah mulai memahami apa yang
hendak saya lakukan beberapa tahun ke depan sebagai agen perubahan. Mengapa
beberapa tahun ke depan? Menunggu saya memiliki tempat mapan untuk berkarya,
sembari saya mempraktekkan beberapa teori di dalam keluarga kecil saya sehingga
ketika berbicara pada orang lain kelak tidak omdo alias omong doank., hehe....
Saya mulai berminat dalam bidang pendidikan semenjak kuliah
menjelang semester akhir dan semakin menemukan jati diri mengajar ketika saya
melanjutkan S2. Bagi saya pendidikan itu menyenangkan, karena kita bisa melihat
dan merasakan perubahan dalam diri seseorang. Walaupun hasilnya baru terlihat
setelah beberapa lama, tapi proses pendidikan pun selalu menyenangkan. Minat
saya ini ternyata erat kaitannya dengan hobi saya membaca dan menulis. Ketika kecil
dulu setiap kemana pun bapak pergi, yang saya pesan sebagai oleh-oleh adalah
buku. Saya begitu lahap membaca sampai-sampai majalah bobo bekas pun dibeli, atau tak jarang ”pinjam” buku perpustakaan
miliki sekolah bapak. Dari membaca membuat saya tertarik untuk membuat tulisan
sendiri. Ketika komputer mulai eksis di
rumah, saya senang sekali menulis fabel karena usia saya masih 11 tahun. Menjelang
puber mulai menulis cerpen remaja, kemudian dibaca dan dikomentari oleh teman
sekelas saya sendiri. Waktu itu rasanya bahagia kalau bisa menyelesaikan satu
cerita. Ketika kuliah sudah mulai paham nulis proposal, mencari ide-ide untuk
penelitian dan pengabdian masyarakat supaya didanai. Dan alhamdulillah...
sering berhasil, membuat semangat menulis tak padam. Hal-hal yang saya baca dan
tulis lebih condong pada hal-hal yang menarik buat saya. Hal tentang cerita
anak, kisah rasul dan keteladanan, alam semesta, dan hal-hal yang unik di
dunia.
Ternyata., pada kenyataannya anak-anak di masyarakat tidak
banyak yang seperti saya kecil dulu. Ketertarikan terhadap membaca dan menulis
sangat kurang, apalagi zaman sekarang sudah bertebaran smartphone. Hal ini juga menjadi kekhawatiran Kemendikbud, sehingga
di sekolah-sekolah mulai digerakkan gerakan literasi dan sudut baca. Menurut
saya, suplay membaca di sekolah bisa jadi kurang karena waktu istirahat mereka
hanya sebentar. Maka saya ingin sekali bisa mengambil peran dalam masyarakat yaitu
mendukung gerakan literasi.
Apa saja yang ingin saya lakukan untuk mendukung gerakan
literasi?
Pelan tapi pasti. Sayapun masih meraba-raba langkah awal apa
yang bisa saya lakukan untuk merealisasikan ide-ide ini. Semoga Allah memberi
kemampuan dan rejeki untuk mewujudkannya.
- Taman baca anak
Ini semacam perpustakaan untuk anak-anak. Isinya buku anak-anak dengan
cerita-cerita yang didominasi gambar. Taman baca ini lebih mirip perpustakaan
bagi siswa TK dan SD. Mereka bebas membaca buku bacaan sesuai kesukaan mereka.
Bagaimana kalau ingin pinjam? Mengingat anak TK dan SD belum bisa menjaga buku
dengan baik, saya bermaksud membatasi buku tertentu saja yang boleh dipinjam
seperti majalah anak atau buku-buku cerita yang tipis.
- Penyewaan komik atau novel
Kalau ini sudah ke arah enterpreneur
dan sasarannya anak usia SMP, SMA atau umum. Saya
ingat dulu ketika SMA
suka sekali pergi ke penyewaan buku untuk meminjam novel, bahkan harus rela
kecewa pula ketika buku yang hendak dipinjam sudah dipinjam orang lain. Sampai
rumah, ngebut baca biar gak kena denda., hihi.. Harapannya dengan banyaknya
penyewaan komik atau novel, anak-anak remaja tidak sibuk berkeliaran di jalan,
atau main HP tetapi membaca novel, mencari inspirasi.
- Pelatihan pembuatan buku kain untuk ibu-ibu
Saya baru mendapat inspirasi ketika membaca bukunya Retnohening “Happy
Little Soul”. Di situ diceritakan bahwa Kirana bayi (umur 0-7 bulan) sudah
mulai dikenalkan buku dalam bentuk buku kain. Saya sempat mikir, buku kain yang
seperti apa ya? Karena sejauh ini saya belum pernah melihat buku kain dijual di
toko-toko buku. Saya juga berpikir, kalaupun ada pasti harganya mahal dan tidak
semua lapisan masyarakat bisa menjangkau. Maka saya berinisiatif membuat buku
kain sendiri menggunakan kain flanel. Pelatihan pembuatan buku kain menjadi goal saya beberapa tahun ke depan. Dalam
waktu dekat saya berniat membuat sendiri dulu buku kain ini. Harapannya nanti
ketika baby lahir sudah punya stok
buku kain yang banyak, gak perlu beli.
- Kelas mendongeng seminggu sekali
Kelas mendongeng hanya saya gunakan sebagai pemanis saja, karena saya
kurang ahli mendongeng. Rencananya, kegiatan mendongeng ini biar diisi suami
saya saja biar anak-anak tertarik ke taman baca. Siapa tahu jadi bisa nemu
bibit-bibit baru dari anak-anak
- Kelas mengarang cerita
Kalau
ini kelas saya. Saya pengen anak-anak merasakan asyiknya menjadi penentu sebuah
cerita. Saya ingin mereka memiliki karya bagi diri mereka sendiri. Cerita di
sini bisa bermacam-macam sesuai kesukaan dan umur mereka. Kasus-kasus yang
terjadi di SD, biasanya mereka bingung memulai dari mana dan kosa kata mereka
minim sehingga macet di tengah jalan. Maka langkah saya adalah membuat mereka
cinta buku dulu. Dengan senang membaca kosakata mereka akan terus bertambah. Hal
tersebut tentu berdampak positif bagi tulisan mereka.
Demikianlah beberapa impian saya sebagai “agen perubahan”.
Hal besar dimulai dari hal kecil, dan tentu apa yang ingin saya wujudkan itu
harus saya mulai dari sekarang. Yang terpenting adalah niat dan tekad kuat
dalam diri kita.
Karena
EVERYONE IS A CHANGEMAKER
(Setiap orang adalah agen perubahan)
Semangaat...
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting... 😁😁