Membangun sebuah keluarga menjadi hal yang sangat saya tunggu sejak lulus kuliah. Sejak dua tahun yang lalu sudah menggebu ingin menikah. Namun baru beberapa bulan yang lalu dipertemukan dengan seseorang yang sekarang menjadi suamiku. Pernah ada sebuah quotes yang menggugah hati saya.
Alhamdulillah., ketika saya sudah sangat lelah mencari suami seperti apa yang saya butuhkan. Seorang laku-laki datang mengisi hati saya. Menjawab semua pertanyaan "mengapa" terhadap semua kejadian yang saya alami selama dua tahun. "Mengapa" itu terjawab., karena selama dua tahun ini saya disiapkan Allah menjadi perempuan seperti sekarang untuk mendampingi seorang laki-laki tersebut.
Kemudian, bagaimana saya bersama suami mulai membangun peradaban di rumah?
Ketika ada pertanyaan, mengapa saya memilih dia sebagai suami saya? Sebenarnya tidak ada jawaban yang mutlak. Saya bisa saja menjawab karena agamanya, parasnya, atau pekerjaannya. Tapi saya kira itu hanya alasan pemanis atau tambahan saja.
Sederhana saja sebenarnya, keyakinan saya muncul hanya sesaat setelah dia menyatakan hendak melamar saya pada sebuah tanggal tertentu. Itu saja sudah cukup meyakinkan diri saya untuk mengatakan kesediaan saya dilamar, walaupun belum mengenalnya lebih dalam.
Saya baru mulai mengenal suami setelah menikah. Subhanallah.. begitu banyak kelebihan dibandingkan kekurangan yang dia miliki. Saya dulu pernah berharap mendapatkan suami seperti ayah saya. Dan jawaban Allah sedemikian nyata, karakternya sangat mirip dengan ayah saya.Tutur bahasanya tegas, tapi ketika gaya bahasa halusnya keluar saya bisa meleleh karena senang. Dulu, ayah pernah berharap mendapat menantu yang ringan ke masjid dan bisa tausiah. Suami saya masuk dalam kriteria tersebut.
Yang tidak pernah saya kira sebelumnya, ternyata dia adalah lelaki dengan pengetahuan yang luas. Saya yang kadang merasa bisa dalam banyak hal, ternyata kalah jauh dibanding suami saya. Itu yang menjadi faktor utama, mengapa saya berubah menjadi penurut dan tak bisa membantah apapun perkataan suami.
Saya menyukai setiap detail dalam diri suami, mengesampingkan kekurangan yang kadang memang membuat emosi saya naik turun. Semakin hari., saya semakin bangga padanya. Kasih sayangnya pada orang tua saya, keluasan pengetahuannya, kharisma dan wibawanya. Semua hal itu membuat saya semakin mencintainya. Kadang ketika kesal karena miskomunikasi ketika jauh, menjadi hilang begitu saja setelah ketemu.
Semoga Allah memudahkan jalan untuk senantiasa dekat dalam satu rumah.
Keunikan positif apa yang saya miliki serta mengapa Allah menciptakan kita di bumi?.
Siapapun orang yang mengenal saya ketika kecil, pasti beranggapan bahwa saya adalah anak nakal. Mungkin karena saya sering ngambek dan gampang nangis. Di samping kenakalan saya, ayah ternyata masih ingat potensi positif dalam diri saya. Kata beliau rasa ingin tahu saya tinggi, semua hal ditanyakan.
Kebetulan saya satu-satunya anak yang ketika batita diasuh penuh oleh ibu, karena beliau belum bekerja. Dulu juga sering diajak ke sekolah ketika ayah mengajar. Dan., ketika beliau mengajar saya ditinggalkan sendirian di dalam perpustakaan. Rasa ingin tahu yang tinggi ditambah didikan orang tua yang cukup penuh, berhasil membuat saya mengetahui banyak hal di umur saya kala itu.
Sejak saat itu saya suka belajar dan sangat menyukai sekolah. Keinginan suka belajar itu masih melekat sampai sekarang. Posisi saya sebagai anak pertama, mengharuskan saya menjadi contoh bagi adik-adik saya. Mind set itu sudah terbangun sejak kecil, menjadikan saya selalu ingin menjadi yang terbaik. Kedua modal yang saya miliki sejak kecil membentuk pribadi saya untuk selalu menjadi seseorang yang pantang menyerah dalam hal apapun.
Sejauh ini saya belum menemukan secara gamblang perubahan akibat adanya diri saya di muka bumi. Mungkin kontribusi saya belum begitu banyak. Namun., saya berkeyakinan bahwa saya diciptakan kelak untuk menjadi ibu yang terbaik bagi anak-anak saya. Dengan kelebihan yang saya miliki, modal pendidikan yang saya punya. Saya ingin mendidik anak-anak saya, fokus dengan kelebihan yang dimiliki saya dan suami. Saya ingin menjadikan anak saya memiliki kemampuan kognitif seperti ayahnya dan hati kuat seperti ibunya. Aamiin
Karena Allah saat ini belum memberikan amanah, saya belum bisa menceritakan bagaimana anak-anak saya.. Semoga Allah segera memberikan amanah bagi saya dan suami.
Mengapa saya berada di lingkungan yang saya tinggali saat ini?
Alhamdulillah., saya selalu didekatkan dengan orang-orang yang baik dan tulus. Setiap saya di tempat baru dan mengenal orang baru, mereka selalu berdampak bagi kehidupan saya.
Sekarang saya ditempatkan di sebuah kota di kaki pegunungan Tidar, sebagai guru di SD swasta. Begitu banyak pengalaman yang saya dapatkan di sini. Mulai dari lingkungan tempat tinggal, kerja, dan masyarakat. Di sini saya belajar bagaimana bermasyarakat dengan anggota tentara dalam keberagaman latar belakang. Belajar mendidik anak-anak tentara yang agak berbeda dibanding anak kebanyakan. Hal tersebut menambah ilmu saya tentang bagaimana mendidik dan memperlakukan anak.
Allah sementara waktu ini menempatkan saya di sini, supaya saya belajar lebih dalam tentang berbagai cara orang tua mendidik dan dampaknya bagi anak-anak. Hal itu menjadi pelajaran berharga bagi diri saya, kelak ketika Allah mengamanahkan anak-anak dalam kehidupan saya dan suami. Kemudian, Allah menitipkan saya pada ayah dan ibu, supaya saya bisa meneladani mereka, melanjutkan hal-hal positif yang mereka tularkan pada saya. Dan kelak akan saya tularkan pula pada anak-anak saya. Melanjutkan perjuangan yang sudah mereka awali dengan lebih gigih. Melalui ayah, saya belajar kegigihan, tanggung jawab, dan berani. Melalui ibu, saya belajar kuat, perasa, dan multitalenta.
"Pendidikan seorang anak sesungguhnya tidak dimulai sejak dini, namun sejak kamu memilih seseorang yang akan menjadi suami/istrimu".Quotes itu membuat saya berpikir, kemudian membenarkannya. Memilih partner hidup memang perkara gampang-gampang susah. Kalau memang belum jodoh, mau diusahakan seperti apapun juga tidak sampai ke pelaminan.
Alhamdulillah., ketika saya sudah sangat lelah mencari suami seperti apa yang saya butuhkan. Seorang laku-laki datang mengisi hati saya. Menjawab semua pertanyaan "mengapa" terhadap semua kejadian yang saya alami selama dua tahun. "Mengapa" itu terjawab., karena selama dua tahun ini saya disiapkan Allah menjadi perempuan seperti sekarang untuk mendampingi seorang laki-laki tersebut.
Kemudian, bagaimana saya bersama suami mulai membangun peradaban di rumah?
Ketika ada pertanyaan, mengapa saya memilih dia sebagai suami saya? Sebenarnya tidak ada jawaban yang mutlak. Saya bisa saja menjawab karena agamanya, parasnya, atau pekerjaannya. Tapi saya kira itu hanya alasan pemanis atau tambahan saja.
Sederhana saja sebenarnya, keyakinan saya muncul hanya sesaat setelah dia menyatakan hendak melamar saya pada sebuah tanggal tertentu. Itu saja sudah cukup meyakinkan diri saya untuk mengatakan kesediaan saya dilamar, walaupun belum mengenalnya lebih dalam.
Saya baru mulai mengenal suami setelah menikah. Subhanallah.. begitu banyak kelebihan dibandingkan kekurangan yang dia miliki. Saya dulu pernah berharap mendapatkan suami seperti ayah saya. Dan jawaban Allah sedemikian nyata, karakternya sangat mirip dengan ayah saya.Tutur bahasanya tegas, tapi ketika gaya bahasa halusnya keluar saya bisa meleleh karena senang. Dulu, ayah pernah berharap mendapat menantu yang ringan ke masjid dan bisa tausiah. Suami saya masuk dalam kriteria tersebut.
Yang tidak pernah saya kira sebelumnya, ternyata dia adalah lelaki dengan pengetahuan yang luas. Saya yang kadang merasa bisa dalam banyak hal, ternyata kalah jauh dibanding suami saya. Itu yang menjadi faktor utama, mengapa saya berubah menjadi penurut dan tak bisa membantah apapun perkataan suami.
Saya menyukai setiap detail dalam diri suami, mengesampingkan kekurangan yang kadang memang membuat emosi saya naik turun. Semakin hari., saya semakin bangga padanya. Kasih sayangnya pada orang tua saya, keluasan pengetahuannya, kharisma dan wibawanya. Semua hal itu membuat saya semakin mencintainya. Kadang ketika kesal karena miskomunikasi ketika jauh, menjadi hilang begitu saja setelah ketemu.
Semoga Allah memudahkan jalan untuk senantiasa dekat dalam satu rumah.
Keunikan positif apa yang saya miliki serta mengapa Allah menciptakan kita di bumi?.
Siapapun orang yang mengenal saya ketika kecil, pasti beranggapan bahwa saya adalah anak nakal. Mungkin karena saya sering ngambek dan gampang nangis. Di samping kenakalan saya, ayah ternyata masih ingat potensi positif dalam diri saya. Kata beliau rasa ingin tahu saya tinggi, semua hal ditanyakan.
Kebetulan saya satu-satunya anak yang ketika batita diasuh penuh oleh ibu, karena beliau belum bekerja. Dulu juga sering diajak ke sekolah ketika ayah mengajar. Dan., ketika beliau mengajar saya ditinggalkan sendirian di dalam perpustakaan. Rasa ingin tahu yang tinggi ditambah didikan orang tua yang cukup penuh, berhasil membuat saya mengetahui banyak hal di umur saya kala itu.
Sejak saat itu saya suka belajar dan sangat menyukai sekolah. Keinginan suka belajar itu masih melekat sampai sekarang. Posisi saya sebagai anak pertama, mengharuskan saya menjadi contoh bagi adik-adik saya. Mind set itu sudah terbangun sejak kecil, menjadikan saya selalu ingin menjadi yang terbaik. Kedua modal yang saya miliki sejak kecil membentuk pribadi saya untuk selalu menjadi seseorang yang pantang menyerah dalam hal apapun.
Sejauh ini saya belum menemukan secara gamblang perubahan akibat adanya diri saya di muka bumi. Mungkin kontribusi saya belum begitu banyak. Namun., saya berkeyakinan bahwa saya diciptakan kelak untuk menjadi ibu yang terbaik bagi anak-anak saya. Dengan kelebihan yang saya miliki, modal pendidikan yang saya punya. Saya ingin mendidik anak-anak saya, fokus dengan kelebihan yang dimiliki saya dan suami. Saya ingin menjadikan anak saya memiliki kemampuan kognitif seperti ayahnya dan hati kuat seperti ibunya. Aamiin
Karena Allah saat ini belum memberikan amanah, saya belum bisa menceritakan bagaimana anak-anak saya.. Semoga Allah segera memberikan amanah bagi saya dan suami.
Mengapa saya berada di lingkungan yang saya tinggali saat ini?
Alhamdulillah., saya selalu didekatkan dengan orang-orang yang baik dan tulus. Setiap saya di tempat baru dan mengenal orang baru, mereka selalu berdampak bagi kehidupan saya.
Sekarang saya ditempatkan di sebuah kota di kaki pegunungan Tidar, sebagai guru di SD swasta. Begitu banyak pengalaman yang saya dapatkan di sini. Mulai dari lingkungan tempat tinggal, kerja, dan masyarakat. Di sini saya belajar bagaimana bermasyarakat dengan anggota tentara dalam keberagaman latar belakang. Belajar mendidik anak-anak tentara yang agak berbeda dibanding anak kebanyakan. Hal tersebut menambah ilmu saya tentang bagaimana mendidik dan memperlakukan anak.
Allah sementara waktu ini menempatkan saya di sini, supaya saya belajar lebih dalam tentang berbagai cara orang tua mendidik dan dampaknya bagi anak-anak. Hal itu menjadi pelajaran berharga bagi diri saya, kelak ketika Allah mengamanahkan anak-anak dalam kehidupan saya dan suami. Kemudian, Allah menitipkan saya pada ayah dan ibu, supaya saya bisa meneladani mereka, melanjutkan hal-hal positif yang mereka tularkan pada saya. Dan kelak akan saya tularkan pula pada anak-anak saya. Melanjutkan perjuangan yang sudah mereka awali dengan lebih gigih. Melalui ayah, saya belajar kegigihan, tanggung jawab, dan berani. Melalui ibu, saya belajar kuat, perasa, dan multitalenta.
Tiada satupun yang berlalu begitu saja dalam kehidupan saya.
Semuanya memberikan kesan dan pelajaran.
Ketika berada dalam titik renungan, bahwa sudah banyak orang yang berkontribusi positif dalam hidup kita.
Maka kemudian saya berpikir, bahwa sekarang saatnya saya memberikan kontribusi balik supaya bermanfaat bagi orang lain.
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting... 😁😁