Langsung ke konten utama

Jurnal Kupu-Kupu: Menengok ke Belakang Sebelum Terbang



Pekan keempat di kelas kupu-kupu. Saatnya check in, saling merefleksi hubungan bersama mentor atau mentee. Separuh perjalanan yang akan menentukan keberhasilan perjalanan kami di akhir kelas ini. Maka dimulailah acara saling refleksi di antara kami.

Hubungan Bersama Mentee
Pada awalnya, saya mempunyai 2 mentee. Namun, karena salah satu mentee mengalami kendala dalam mengatur waktu, makai a mundur dari mentorship bersama saya. Sampai pekan ini mentee saya tinggal satu saja, Mbak Tetik yang sedang berusaha menyelesesaikan doodle literanya. Dari awal mentorship, Mbak Tetik ini memang menunjukkan semangat dalam belajar cerita anak. Mungkin factor kepribadian yang membuat kami kadang sungkan untuk bicara blak-blakan. Dan kami pun sedang mencobanya supaya bisa mengurangi rasa sungkan tersebut.

Di pekan ini, Mbak Tetik sudah berhasil menyelesaikan deadline-nya yaitu membuat satu cerita anak. Isi ceritanya menarik. Masih ada beberapa hal yang bagi saya perlu revisi, hanya belum saya sampaikan karena masih mencari cara penyampaian yang tepat.

Di samping membicarakan cerita anak, kami juga berdiskusi seputar hubungan kami selama ini. Menurut Mbak Tetik, saya dapat membantunya untuk lebih disiplin. Padahal menurut saya pribadi, saya masih jauh dari itu. Banyak yang belum saya optimalkan dalam mentorship ini karena ada beberapa hal yang membuat saya kurang focus sepenuhnya.  Posisi mentor yang berbeda dengan posisi dosen/guru membuat saya perlu meraba-raba Teknik yang benar, supaya mentee saya benar-benar berkembang.

Awalnya kami janjian setiap hari Senin untuk diskusi, namun pasca liburan lebaran ini saya mendadak banyak pekerjaan sehingga perlu mengatur Kembali waktu dikusi yang tepat. Akhirnya kami memutuskan untuk diskusi di hari Jum’at sore supaya tidak tumbukan dengan diskusi bersama ibu.

Sejauh ini hubungan kita baik-baik saja, namun hanya terbatas pada pembicaraan seputar mentorship saja. Semoga di 4 pekan berikutnya ini hubungan kami bisa lebih erat lagi, tidak hanya sebatas pada pembicaraan mentorship saja.

Hubungan Bersama Mentor
Mentor saya adalah Mbak Eri dari Bekasi. Beberapa kesamaan pada diri kami membuat hubungan kita bisa ganda yaitu hubungan pertemanan dan mentorship. Sama-sama senang bergelut dengan literasi membuat pembicaraan kami lebih hangat dan luas. Hanya kesibukan kami, kadang-kadang membuat diskusi mentorship harus saling menunggu. Ini yang harus kami perbaiki.

Banyak inspirasi dan ilmu tambahan yang saya dapatkan dalam mentorship ini, sehingga pengetahuan kami semakin kaya. Perbaikan utama adalah saling prioritas untuk mentorship ini supaya tidak saling menunggu satu sama lain.

#jurnalke4
#tahapkupukupu
#buncek1
#institutibuprofesional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...