Kupu-Kupu Muda Belajar Terbang
Jurnal Pertama Kelas Kupu-Kupu
Alhamdulillah.. senang sekali bisa sampai di tahap ini. Setelah beberapa bulan melalui proses yang cukup panjang. Menjadi bagian kelas kupu-kupu merupakan prestasi tersendiri bagi saya, karena pada tahap-tahap sebelumnya saya harus memaksa diri untuk berkarya, menghasilkan sesuatu. Di kelas kupu-kupu, kami harus melakukan mentorship. Menjadi mentor dan mentee dalam satu waktu. Memberi dan menerima dalan satu waktu. Dan inilah cerita saya bersama Mentor tersayang Mbak Erie dan mentee terbaik Mbak Tetik.
Perjalanan Mencari Mentor
Awalnya saya sempat bingung ingin belajar apa. Meski sudah mempunyai peta, tetap saja bingung karena saya harus memilih salah satu. Maka saya pun memilih hal yang paling membahagiakan bagi saya yaitu tentang literasi. Saya memutuskan untuk mencari mentor yang berkaitan dengan berkisah dan rumah baca. Kelak saya akan membuat rumah baca di rumah, sehingga harapannya banyak anak yang akan cinta pada buku. Seperti saya cinta pada buku.
Maka saya pun mulai memilih dan memilah tentor. Pilihan pertama saya jatuh pada Mbak Atik. Mb Ariq expert dalam hal berkisah, sementara saya merasa perlu sekali meningkatkan skill saya dalam berkisah. Maka saya menghubungi mb Atik bahwa saya ingin menjadi mentee nya. Qodarullah.. Mb Atik hanya menerima satu mentee dan itu bukan saya.
Saya mulai melakukan pencarian lagi. Dan menemukan profile dua mentor yang sesuai dengan pencarian saya, yaitu Mbak Erie dan Mbak Laily. Keduanya sama-sama menggeluti bidang rumah baca. Merasa khawatir kejadian pertama terulang kembali, maka saya memutuskan umtuk menghubungi keduanya dalam satu waktu. Kebetulan Mbak Erie yang terlebih dahulu merespons saya. Kami pun mulai berkenalan.
Beberapa jam kemudian, Mbak Laily merespons permintaan saya. Saya pun bingung karena aturan satu mentee hanya boleh belajar dari satu mentor. Dan saya pun memutuskan untuk belajar bersama Mbak Erie saja, mengingat ia yang pertama kali merespons.
Perjalanan Mendapatkan Mentee
Setelah penantian dalam kegalauan, akhirnya saya berhasil mendapatkan mentee. Sejak awal memang saya semangat menjadi mentor, terbiasa ngajar sehingga semangat sekali mendaftar mentor. Saya pikir mendapatkan mentee bukan hal sulit, nyatanya dua hari berlalu saya belum juga mendapat mentee. Maka saya pun melamar 5 orang (bahkan mungkin lebih) meentee untuk saya bina. Sayangnya semua mentee yang saya lamar sudah mendapatkan mentor. Sedih sekali, bagaimana jika tidak mendapat mentee? Tentu proses belajar ini tak akan maksimal.
Saya kemudian menggonta ganti deskripsi profile. Awalnya tentang literasi membaca kemudian ganti menjadi lebih spesifik yaitu balita cinta buku. Setelah seharian tak ads respon, maka ewya pun mengganti menjadi menulis cerita anak. Hal ini terinspirasi dari chat seorang mahasiswa yang minta dibimbing menulis cerita anak. Kenapa saya gak menjadi mentor cerita anak saja? Begitu pikirku. Maka saya pun mengganti profile menjadi mentor cerita anak. Sempat melamar beberapa mentee dan saya pun mengalami hal yang sama yaitu ditolak mentee. 😆😆
Hingga suatu pagi datang pesan seorang mentee yang ingin belajar bersama saya. Masyaa Allah.. betapa senangnya saya. Dia bernama Mbak Tetik yang pinter membuat doodle. Mbak Tetik ingin bisa membuat cerita anak sekaligus dengan ilustrasi doodle nya. Dengan senang hati saya sambut kehadiran Mbak Tetik sebagai mentee.
Dua hari ini kami masih fokus pada perkenalan saja. Untuk teknis mentoring masih kami bicarakan. Semoga lancar-lancar proses belajar ini. Syukur-syukur kita bisa membuat proyek buku anak bersama. 😊
Demikianlah cerita saya di awal pekan ini. Kupu-kupu muda masih belajar terbang, berkenalan satu dengan yang lainnya supaya lebih dekat. Saya sangat bersyukur bisa mendapatkan mentee dan mentor dalam pekan pertama ini
#jurnalke1
#tahapkupukupu
#buncek1
#institutibuprofesional
Jurnal Pertama Kelas Kupu-Kupu
Alhamdulillah.. senang sekali bisa sampai di tahap ini. Setelah beberapa bulan melalui proses yang cukup panjang. Menjadi bagian kelas kupu-kupu merupakan prestasi tersendiri bagi saya, karena pada tahap-tahap sebelumnya saya harus memaksa diri untuk berkarya, menghasilkan sesuatu. Di kelas kupu-kupu, kami harus melakukan mentorship. Menjadi mentor dan mentee dalam satu waktu. Memberi dan menerima dalan satu waktu. Dan inilah cerita saya bersama Mentor tersayang Mbak Erie dan mentee terbaik Mbak Tetik.
Perjalanan Mencari Mentor
Awalnya saya sempat bingung ingin belajar apa. Meski sudah mempunyai peta, tetap saja bingung karena saya harus memilih salah satu. Maka saya pun memilih hal yang paling membahagiakan bagi saya yaitu tentang literasi. Saya memutuskan untuk mencari mentor yang berkaitan dengan berkisah dan rumah baca. Kelak saya akan membuat rumah baca di rumah, sehingga harapannya banyak anak yang akan cinta pada buku. Seperti saya cinta pada buku.
Maka saya pun mulai memilih dan memilah tentor. Pilihan pertama saya jatuh pada Mbak Atik. Mb Ariq expert dalam hal berkisah, sementara saya merasa perlu sekali meningkatkan skill saya dalam berkisah. Maka saya menghubungi mb Atik bahwa saya ingin menjadi mentee nya. Qodarullah.. Mb Atik hanya menerima satu mentee dan itu bukan saya.
Saya mulai melakukan pencarian lagi. Dan menemukan profile dua mentor yang sesuai dengan pencarian saya, yaitu Mbak Erie dan Mbak Laily. Keduanya sama-sama menggeluti bidang rumah baca. Merasa khawatir kejadian pertama terulang kembali, maka saya memutuskan umtuk menghubungi keduanya dalam satu waktu. Kebetulan Mbak Erie yang terlebih dahulu merespons saya. Kami pun mulai berkenalan.
Beberapa jam kemudian, Mbak Laily merespons permintaan saya. Saya pun bingung karena aturan satu mentee hanya boleh belajar dari satu mentor. Dan saya pun memutuskan untuk belajar bersama Mbak Erie saja, mengingat ia yang pertama kali merespons.
Perjalanan Mendapatkan Mentee
Setelah penantian dalam kegalauan, akhirnya saya berhasil mendapatkan mentee. Sejak awal memang saya semangat menjadi mentor, terbiasa ngajar sehingga semangat sekali mendaftar mentor. Saya pikir mendapatkan mentee bukan hal sulit, nyatanya dua hari berlalu saya belum juga mendapat mentee. Maka saya pun melamar 5 orang (bahkan mungkin lebih) meentee untuk saya bina. Sayangnya semua mentee yang saya lamar sudah mendapatkan mentor. Sedih sekali, bagaimana jika tidak mendapat mentee? Tentu proses belajar ini tak akan maksimal.
Saya kemudian menggonta ganti deskripsi profile. Awalnya tentang literasi membaca kemudian ganti menjadi lebih spesifik yaitu balita cinta buku. Setelah seharian tak ads respon, maka ewya pun mengganti menjadi menulis cerita anak. Hal ini terinspirasi dari chat seorang mahasiswa yang minta dibimbing menulis cerita anak. Kenapa saya gak menjadi mentor cerita anak saja? Begitu pikirku. Maka saya pun mengganti profile menjadi mentor cerita anak. Sempat melamar beberapa mentee dan saya pun mengalami hal yang sama yaitu ditolak mentee. 😆😆
Hingga suatu pagi datang pesan seorang mentee yang ingin belajar bersama saya. Masyaa Allah.. betapa senangnya saya. Dia bernama Mbak Tetik yang pinter membuat doodle. Mbak Tetik ingin bisa membuat cerita anak sekaligus dengan ilustrasi doodle nya. Dengan senang hati saya sambut kehadiran Mbak Tetik sebagai mentee.
Dua hari ini kami masih fokus pada perkenalan saja. Untuk teknis mentoring masih kami bicarakan. Semoga lancar-lancar proses belajar ini. Syukur-syukur kita bisa membuat proyek buku anak bersama. 😊
Demikianlah cerita saya di awal pekan ini. Kupu-kupu muda masih belajar terbang, berkenalan satu dengan yang lainnya supaya lebih dekat. Saya sangat bersyukur bisa mendapatkan mentee dan mentor dalam pekan pertama ini
#jurnalke1
#tahapkupukupu
#buncek1
#institutibuprofesional
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting... 😁😁