Tiba-tiba teringat setahun yang lalu. Ketika kita bukan siapa-siapa. Ketika kita belum saling mengenal. Belum ada canda dan tawa renyah, belum ada pancaran kebersamaan yang menanguni kita.
Aku dan kamu. Ya., dinding perbedaan itu masih begitu lekat. Belum ada kita. Hanya aku dan kamu. Keegoisan pada diri masing-masing masih begitu kental dan empati begitu tipis dan rapuh. Sapa yang hambar dan tawa yang sekejap. Setahun lalu kita masih seperti itu, kawan. Walau dalam payung yang sama namun kita masih canggung untuk saling berpegangan supaya badai tidak menghempaskan kita.
Detik demi detik tak pernah berhenti. Seiring laju jam yang terus berdetak tiada henti, kita selalu berusaha menembus dinding yang tebal di sekeliling kita supaya kita dapat dengan mudah berpegangan. Menciptakan empati dalam hati masing-masing dan memecah keegoisan yang membatu. Perlahan dinding itu semakin menipis dan runtuh. Menjadikan kita lebih mudah saling berpegangan dalam payung yang sama. Tak ada lagi aku dan kamu. Tapi KITA…
Setahun sudah kita berjalan beriringan menembus badai dalam satu naungan. Tak selamanya hal itu mudah. Selalu ada ujian yang terkadang membuat kita sedih dan putus asa. Mampukah kita melawan badai? Namun, karena kita adalah satu kesatuan. Badai itu dapat kita terjang dengan berani. Kita tak akan pernah takut terbang terbawa angin karena kita selalu bergandengan tangan. Kita tak perlu takut pada badai karena kita selalu bersama.
Sampai akhirnya badai mereda dan kita berada di tempat yang aman. Di tempat itulah hanya ada dua pilihan, melanjutkan perjalanan atau menetap dalam ruang yang aman. Beberapa memilih melanjutkan perjalanan karena mimpi masing-masing dan beberapa memilih menetap karena pertimbangan masing-masing. Sedih ketika kita tak lagi bersama dalam satu payung. Ketika kita memang harus berpisah antara melanjutkan perjalanan dan berhenti, kita saling melambaikan tangan. Berdo’a untuk kawan masing-masing. Saling mendo’akan dan saling berharap semoga semua yang diinginkan dapat kita capai melalui pilihan kita masing-masing.
Kita bukan teman. Tapi kita adalah saudara. Pilihan yang kita ambil masing-masing jangan membuat kita kembali menjauh. Sering-seringlah saling menyapa supaya tak lagi ada dinding aku dan kamu. Tapi kita adalah satu. Kita pernah berjuang menerjang badai dalam satu payung. Tetaplah kita menjadi satu keluarga, karena kita adalah saudara. J
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting... 😁😁