Langsung ke konten utama

Mendidik Anak Usia 7 -10 Tahun



Tak akan pernah usai ketika kita membicarakan hal-hal terkait pendidikan anak. Selalu ada insight menarik yang perlu digarisbawahi sehingga kita akan semakin bijak dalam mendidik anak. Mendidik anak merupakan “pekerjaan” yang unik. Kita tidak bisa menyamaratakan pendidikan pada anak-anak karena masing-masing anak berbeda. Terlihat sulit, tetapi Islam sudah menyajikan panduan mendidik anak dengan lengkap. 

Dalam mendidik anak usia 7 - 10 tahun, kita dapat menggunakan landasan Surat Luqman ayat 12 - 19. Dalam ayat tersebut disampaikan, hal apa saja yang perlu dilakukan dalam mendidik anak di usia 7 - 10 tahun. Berikut panduan mendidik anak usia 7 - 10 tahun berdasarkan QS. Luqman ayat 12 - 19. 

.


Syukur

Mengajarkan anak untuk senantiasa mensyukuri segala pemberian Allah merupakan pondasi dalam mendidik anak di usia 7 - 10 tahun. Sebelum kita mengajarkan hal lain, terlebih dahulu kita ajarkan konsep syukur. Syukur akan membuat diri kita merasa cukup atas pemberian Allah swt. Syukur juga dapat membersihkan jiwa, menghindarkan dari sifat iri dan dengki. Jiwa/hati yang bersih akan mempengaruhi kesehatan fisik maupun perilaku. An Nu’man bin Basyir ra., Rasulullah saw. bersabda: 

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari No 52 dan Muslim No. 1599). 


Konsep tauhid

Hati yang bersih dan baik akan dengan mudah menerima pendidikan yang kedua, yaitu konsep tauhid. Setelah mengajarkan konsep bersyukur, Luqman mengatakan pada anaknya supaya ia senantiasa menyembah Allah swt. dan tidak menyekutukannya. Ilmu tauhid merupakan ilmu tertinggi dan tidak ada ilmu lain yang menandinginya. Alangkah indahnya jika kita, anak-anak kita belajar segala sesuatu menggunakan konsep tauhid. Belajar matematika menggunakan tauhid, belajar sains menggunakan tauhid, belajar apapun menggunakan tauhid, karena sejatinya terdapat ikatan kuat antara tauhid dan semua ilmu yang ada di dunia. Selain itu, pada anak usia 7 - 10 tahun kita juga perlu mengenalkan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan Al Hadits sebagai penyempurna. 


Berbakti Kepada Orang Tua

Berbakti kepada orang tua menjadi hal penting berikutnya yang perlu diajarkan pada anak. Kita bisa memberikan kisah-kisah perjuangan para orang tua dalam membesarkan anak sebagai upaya memberikan inspirasi tambahan pada anak. Pada usia ini, anak perlu diajarkan untuk menyuarakan kebenaran. Jadi konsep berbakti ini tidak harus anak selalu mengikuti keinginan orang tua, namun anak sudah mampu menyuarakan kebenaran. Jika sesuatu yang diinginkan orang tua menyimpang dari ajaran Allah sw., maka anak diperbolehkan untuk menolak perintah tersebut.

Selain itu, orang tua juga perlu senatiasa mendampingi keseharian anak dengan memberikan peran yang terbaik. Perkembangan emosional pada anak usia ini cenderun kurang stabil. Kadang anak merasa insecure dengan dirinya sendiri, bahkan terkadang ia mengkritik dirinya sendiri yang tak sempurna. Kita bisa mendampingi anak dengan mengajaknya bercermin dan bercerita betapa berharganya dia. Pujian sangat dibutuhkan anak, asal diberikan pada batas kewajaran/tidak berlebihan.


Shalat 

Anak-anak belajar disiplin, mandiri, dan tanggung jawab melalui shalat. Islam merupakan agama yang sangat teratur. Kita diberikan 5 waktu eksklusif untuk berbicara dengan Pencipta kita. Shalat juga membentuk diri kita menjadi pribadi yang bertanggung jawab, karena shalat ini merupakan ibadah rutin yang tak bisa ditinggalkan (kecuali pada perempuan yang mengalami haid/nifas, pun demikian tetap dianjurkan untuk berdzikir di waktu shalat). 

Beberapa anak mungkin merasa bahwa shalat adalah ibadah rutin yang memberatkan. Hal ini bisa terjadi jika orang tua mengenalkan shalat sebagai suatu kewajiban. Hendaknya orang tua mengajarkan shalat dengan cara yang menyenangkan. Kisahkan kepada anak-anak bahwa shalat bukanlah kewajiban, tetapi hadiah dari Allah swt. untuk kita. Bayangkan, Rasulullah saw. melakukan Isra Mi’raj demi menjemput hadiah shalat ini. Kita juga bisa menyampaikan pada anak bahwa shalat merupakan jalan menuju kemenangan. Jika kita ingin sukses dunia akhirat maka tegakkan dan segerakan shalat begitu adzan berkumandang. 

Mengajarkan shalat tidak serta merta menyuruh anak untuk benar dalam menerapkan tata cara shalat. Hal lebih penting sebelum itu adalah memberikan kesan menyenangkan setiap waktu shalat tiba seperti mengajak anak shalat diiringi pelukan dan ciuman hangat, dan sebagainya. 


Akhlak 

Di usia 7 - 10 tahun adalah saat yang tepat untuk memperindah akhlak anak. Ajaran Luqman ini bersesuaian dengan teori tugas perkembangan Havighurst pada anak usia 6 - 12 tahun. Salah satu tugas perkembangan menurut Havighurst adalah anak pada usia 6 - 12 tahun berada dalam fase membentuk kata hati dan tata moral. Oleh karena itu, usia ini bisa digunakan sebagai momentum dalam mendidik akhlak anak. 

Secara spesifik, di dalam QS. Luqman ayat 18-19 dijelaskan bahwa kita tidak boleh membanggakan/menyombongkan diri serta harus melembutkan suara. Maka hal ini pun penting untuk dibiasakan dan diajarkan pada anak-anak kita. Tanamkan pada anak-anak bahwa tidak ada manusia yang patut menyombongkan diri, karena sombong hanyalah milik Allah swt. Seperti tercantum dalam hadits berikut.

“Kesombongan adalah jubah-Ku dan Kebesaran adalah pakaian-Ku. Barangsiapa yang bersaing dengan-Ku , dengan itu Aku akan melemparkan mereka ke api neraka” (HR. Abu Dawud)

Selain itu, anak-anak juga perlu dipahamkan dalam bertutur kata. Hendaklah mereka santun dalam berbicara dan tertawa, karena Allah tidak menyukai tertawa yang berlebihan dan senang dengan suara yang lembut.


Sumber: Hj. Ike Hikmawati dalam zoominar Pendampingan Bunda yang diadakan oleh Schole Fitrah pada tanggal 4 Februari 2021

Komentar

  1. Materi yang bagus banget ya Bunda Desty. Makasih banget sudah menuliskannya dengan rapi.

    Cuma hurufnya agak kekecilan untuk tampilan di Hp. Mungkin bisa pilih font yang lebih besar.

    Sama untuk subjudul bisa memanfaatkan penggunaan sub heading.

    BalasHapus

Posting Komentar

Thank you for visiting... 😁😁

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...