Langsung ke konten utama

NHW #2 CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONALISME PEREMPUAN

Minggu ini NHW dari MIIP Batch 4 Semarang cukup menantang untuk saya. Bagaimana tidak, untuk menyelesaikan NHW ini harus wawancara dulu sama suami dan anak (karena belum ada anak yang bisa diajak wawancara, jadi cukup suami saja yang diwawancarai). Awalnya saya pikir suami mau diajak kerjasama, mau memberikan jawaban ilmiah atas pertanyaan saya. Ternyata yang muncul jawaban aneh-aneh. Agaknya kalau saya tetap berkeras wawancara, jawaban suami saya akan lebih aneh-aneh. Maka saya mencoba menggunakan kemampuan otak saya untuk mengingat-ingat apa yang pernah dikatakan, apa yang disukai dan tidak, apa yang menjadi harapannya secara tersirat. Nah.. kalau dilanjutkan nanti jadi panjang, sepertinya pengantarnya cukup ya, bunda... 😃
Perempuan merupakan makhluk luar biasa yang diciptakan Allah di muka bumi ini, baik sebagai anak, istri, maupun ibu. Perempuan diciptakan istimewa dengan semua kelebihan yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Keistimewaan yang sudah Allah berikan tentu harus kita manfaatkan seoptimal mungkin. Jangan sampai keistimewaan tersebut tidak digunakan kemudian melapuk. Perempuan yang pada dasarnya sudah istimewa harus diasah keistimewaannya dengan belajar sehingga kelak menjadi perempuan profesional seutuhnya.
Apa sih indikator profesionalisme perempuan?
Indikator profesionalisme perempuan ditinjau dari tiga segi yaitu perempuan sebagai individu, sebagai istri, dan sebagai ibu. Apa saja indikator profesionalisme perempuan sebagai individu?
  •            Taqwa 

Ini adalah indikator yang paling utama, karena nantinya perempuan adalah madrasah pertama bagi anaknya. Madrasah ini bisa dalam berbagai hal terutama agamanya. Seorang perempuan nantinya bisa mendidik anak tentunya harus menjadi pribadi yang bisa dijadikan sebagai figur atau teladan. Hal mendasar dan termudah yang bisa dilakukan meliputi: a) shalat tepat waktu; b) memperbaiki shalat sunah; c) membaca Al-Qur’an minimal 1 lembar/hari; dan d) infaq subuh.

  •            Cerdas

Seorang perempuan harus cerdas dalam beberapa ranah baik kognitif, skill, maupun afektif. Kognitif adalah kemampuan seorang dalam berpikir mulai dari ranah kognitif terendah (misalnya mengingat) hingga ranah kognitif tertinggi (misalnya berkreasi). Kecerdasan kognitif ini kemudian digunakan untuk meninggikan skill (misalnya keterampilan manajemen, melayani, mendidik, dan sebagainya) sekaligus afektif (misalnya sikap percaya diri, kritis, dan sebagainya)
Indikator ini tidak dibatasi waktu karena kecerdasan berproses dari kecil hingga sepanjang hayat. Untuk mengukurnya dapat dibuat list selama seminggu tentang pencapaian kognitif, skill maupun afektif sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dalam seminggu tersebut.
  •            Berpenampilan menarik

Berpenampilan menarik menjadi indikator yang relatif karena masing-masing orang memiliki cara pandang yang berbeda. Menurut saya enak dipandang cukup dengan berpakaian rapi, terlihat berseri, tepat dalam mix and match baju. Mengukur indikator ini cukup mudah dan bisa dilakukan setiap hari. Sesekali minta pendapat teman satu kerja tentang penampilan kita atau minta pendapat suami untuk memastikan ketepatan penampilan kita.
  •            Mudah beradaptasi

Kunci utama supaya cepat adaptasi adalah nyambung diajak cerita oleh semua kalangan dan murah senyum. Tidak membedakan lawan bicara, entah tua muda, orang kota atau desa, pokoknya situasional dalam menggunakan bahasa.
  •             Rajin membaca

Membaca ini bisa membaca apa saja sesuai kebutuhan atau memang sedang hobi. Perempuan harus rajin membaca untuk memperkaya isi otaknya. Membaca ilmu-ilmu pendidikan, ilmu fiqh, parenting, keharmonisan rumah tangga, tips sehari-hari, sastra, ilmu terapan, dan bacaan ringan lainnya, harus dimasukkan dalam jadwal sehari-hari. Luangkan waktu minimal satu jam untuk membaca.

Indikator perempuan sebagai individu insya Allah beberapa sudah bisa diceklist, tinggal istiqomahnya saja ditingkatkan. Nah.. karena saya menjalani status istri baru dalam hitungan hari, maka indikator perempuan sebagai istri yang saya buat masih cukup dangkal. Apa saja indikator perempuan sebagai istri?
  •            Sayang orang tua maupun mertua

Hal ini yang selalu suami tekankan pada saya. Memberi hadiah, kejutan, intensif komunikasi, atau membelikan makanan yang disukai adalah contoh kecil yang sudah suami lakukan pada saya. Saya yang dulu jarang pulang ke rumah orang tua, diharuskan pulang minimal seminggu sekali untuk menjenguk mereka.

  •            Menyenangkan ketika dipandang

Pada dasarnya setiap laki-laki menyukai keindahan. Sangat perlu menyenangkan pandangannya, maka istri harus selalu terlihat menyenangkan di depan suami. Rajin berdandan walau di dalam rumah (gak harus menor asal keliatan fresh), berpakaian rapi, murah senyum, menyembunyikan muka lelah, pokoknya di depan suami yang asik-asik aja.
  •       Penurut

Suami saya adalah tipe laki-laki dominan yang ingin selalu menang dalam berbagai hal. Maka sebagai penyeimbang saya harus banyak mengalah, senantiasa meminta pertimbangan, minta izin sebelum melakukan sesuatu. Yang paling penting jangan sekali-kali membantah supaya perjalanan hidup lancar. ^^v
  •               Pintar menyusun menu harian

Selama ini sih belum diterapkan maksimal, setidaknya tau makanan yang disukai dan tidak disukai untuk saat ini cukup sambil belajar masak dikit-dikit. Sebenarnya yang menjadi cita-cita saya sejak dulu adalah bisa menyusun sendiri menu untuk suami mulai sarapan sampai makan malam, bahkan membawakan bekal juga. Semoga dengan dimasukkannya cita-cita ke dalam indikator ini, suatu saat bisa tercapai.  
  •               Pandai mengatur keuangan

Seorang istri tidak seharusnya memberatkan suaminya, apalagi kaitannya dengan keuangan. Pengaturan keuangan bisa dilakukan dengan menghemat uang belanja, membuat skala prioritas, atau istri ikut bekerja. Walaupun bekerja, seorang istri tetap harus terampil dan punya waktu khusus bersama keluarganya. Istri bekerja ini semata-mata supaya istri mandiri dalam mencukupi kebutuhan pribadinya, tanpa memotong penghasilan suami.
Di dunia, seorang suami sudah bertanggung jawab dengan nafkah, di akhirat bertanggung jawab dengan amalan istri dan anak-anak. Maka alangkah bijaksananya sebagai istri bisa menjaga harta suaminya yang dicari dengan susah payah. Setidaknya sedikit meringankan beban mereka di dunia.
  •                Cekatan dalam melakukan berbagai pekerjaan

Perempuan punya kemampuan multitalenta yang tidak ditemukan pada laki-laki. Seorang perempuan dapat melakukan berbagai kegiatan dalam satu waktu. Karena pekerjaan istri itu super banyaaak, maka cekatan dalam berbagai pekerjaan menjadi salah satu indikator yang harus dicapai untuk menjadi istri profesional.
  •                 Tidak membawa pekerjaan ke rumah

Ketika di rumah, seluruh waktu hendaknya fokus pada isi rumah. Entah suami, pekerjaan rumah, atau anak-anak. Hilangkan penatnya pekerjaan, atau seabrek deadline karena keluarga butuh kehangatan kita di rumah.
  •               Mandiri

Indikator ini menjadi salah satu jawaban ketika saya bertanya pada suami, mengapa ia memilih saya menjadi pendamping hidupnya?. Ketika ada sesuatu hal yang bisa dilakukan sendiri, tidak perlu meminta atau menunggu bantuan orang lain. Saya terbiasa sendiri melakukan beberapa hal untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Walaupun sudah bersuami, ia tetap menginginkan saya mandiri.
  •                 Kuat

Kuat secara fisik dan mental sangat diperlukan, apalagi selama beberapa tahun kemungkinan LDM (long distance marriage). Kuat secara fisik harus saya wujudkan dengan berbagai cara misalnya olahraga teratur, memperhatikan asupan gizi, tidak terlalu lelah dalam bekerja. Kuat secara mental ini lebih penting lagi, karena pada dasarnya perempuan sangat perasa. Kekuatan mental dapat diwujudkan dengan mengikuti beberapa komunitas pengajian atau komunitas ibu-ibu lainnya, banyak membaca buku keagamaan, mengintensifkan komunikasi dengan keluarga.
  •                      Sabar

Indikator ini ada kaitannya dengan indikator sebelumnya. Setelah kuat, dilanjutkan dengan bersabar. Latihan kesabaran ini perlu tenggat waktu yang banyak. Untuk melatih kesabaran, yang harus saya lakukan adalah tidak buru-buru mengambil keputusan, dan positif thinking dengan ujian yang Allah berikan.
  •               Memberi “me time” untuk suami

Seabreg hobi suami sebelum menikah, tidak bisa dipangkas begitu saja. Ia tetap membutuhkan waktu tersendiri untuk merasakan nikmatnya hobi yang menjadi jarang dilakukan setelah menikah. Dan ketika menikmati hobi tersebut, sebaiknya istri tidak ikut campur. Biarlah ia melakukannya sendiri atau bersama teman-temannya, kita sebagai istri gak usah ikut-ikutan apalagi cross cek setiap jam. Percaya adalah modal utama.. 😃



Finally... selesai juga NHW #2 ini. Indikator-indikator ini perlu ditempelkan di dinding kamar atau buku pribadi, sebagai pengingat. Mungkin perlu juga suami diberi copy-an indikator, supaya ia bisa menilai pencapaian diri kita sebagai perempuan profesional. 😃😃😃😃😃😃

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Mendidik dengan Cinta

Mendidik tak bisa serta merta. Mendidik adalah proses panjang yang melibatkan banyak komponen kompleks. Dalam mendidik diperlukan ilmu dan ilmu tersebut akan lebih bermakna jika disertai dengan cinta. Ya.. Mendidik perlu cinta, perlu keikhlasan dan kesabaran. Wujud cinta ini yang beragam, tergantung bagaimana orang tua mendefinisikan cinta bagi buah hati yang mereka didik. Tak ada satu pun orang tua di dunia ini yang tak mencintai anak-anaknya. Mereka mencintai anak-anak mereka dengan caranya. Terdapat beberapa pola asuh orang tua yang berhasil membawa anak-anak mereka menuju sukses. Ada pola asuh yang membawa anak-anak mereka untuk mampu berdikari. Bahkan ada pula orang tua yang sukar melepaskan genggaman perlindungannya pada sang anak. Mereka semua punya dasar yang sama, yaitu kecintaan terhadap anak-anak mereka. Lalu kecintaan seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak-anak kita? Dalam mendidik generasi alfa, tantangan yang dihadapi demikian kompleks. Orang tua harus ma...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...