Langsung ke konten utama

bumiku., bumi kita menangis...

Barusan baca artikel tentang bumi beberapa tahun ke depan. Selesai membaca justru jadi takut sendiri. Bagaimana tidak? Bumi beberapa puluh taun ke depan akan menjadi tempat yang mengerikan. Tempat mengerikan tentu berbahaya bagi kelangsungan hidup tumbuhan, hewan dan tentu saja manusia. Manusia semakin banyak, sementara ekosistem semakin tidak seimbang. Bumi kita mau seperti apa? Kita dapat menganalogikan bumi kita seperti tubuh kita sendiri. Hewan dan tumbuhan dapat diibaratkan sebagai kaki dan tangan yang membantu kita untuk mempertahankan hidup. Bayangkan jika tangan atau kaki kita sakit bahkan tidak ada. Tentu tubuh kita sangat kasihan. Dia tidak bisa mempertahankan hidup lebih lama dibandingkan ketika tangan dan kakinya masih utuh dan sehat.
Demikian pula dengan bumi. Bumi akan menangis dan tidak akan bertahan lebih lama jika pohon dan hewan tidak lagi seimbang. Habibat mereka yang semakin sedikit memperbanyak peluang mereka untuk punah bahkan hilang sama sekali.
Kita masing-masing udah tau, dewasa ini sering sekali digembar-gemborkan istilah yang mendadak nge-trend di beberapa kalangan yaitu “GLOBAL WARMING”……
Global warming atau pemanasan global memang bukan hal asing yang sering kita dengar, apalagi bagi kaum-kaum pelajar seperti mahasiswa. Kata tersebut sangat sering didengar. Sayangnya., hanya didengar saja tanpa tahu bagaimana tindak lanjutnya. Hanya lewat saja di telinga tanpa diolah di otak, memikirkan solusi yang dapat dilakukan walau hanya tindakan kecil.
Masih banyak yang belum peduli kepada bumi kita. Beberapa orang masih menganggap segala perubahan bumi ini adalah hal yang biasa. Beberapa orang memang mengeluhkan bumi yang kadang tak bersahabat karena suhunya yang mendadak sangat panas, iklim yang semakin tidak menentu, hama yang sering muncul tiba-tiba, kekeringan dan masih banyak lagi peristiwa yang dikeluhkan. Mengeluh., dan mengeluh tak akan pernah menyelesaikan masalah. Mengeluh tidak akan bisa mengembalikan bumi menjadi seperti sedia kala atau setidaknya seperti bumi 50 tahun yang lalu. Harusnya kita ada sedikit tindakan untuk bumi ini, tidak hanya mengeluhkan keadaan yang semakin tak bersahabat. Sedikit pertemanan kita dengan lingkungan akan sangat membantu bumi kita untuk tersenyum. Kita hanya perlu lebih ramah dan lebih menjaga terhadap lingkungan. Tidak semena-mena merusak lingkungan karena hal tersebut akan merusak bumi dan akan membuatnya menangis. Rasa sayang kepada bumi harus kita harusnya dipupuk mulai sekarang. Bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali??? J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Review Rumah Main Anak

Judul Buku : Rumah Main Anak Penulis : Julia Sarah Rangkuti Penyunting :  Rizka Azharini, S. Kep. Penyelaras Akhir : Tyas Choirunnissa, S. Hum. Tata Letak : Jogja Layouter Tim Desain Sampul : Dyna Fitria, S. Si. Diterbitkan oleh : Sahabat Sejati Publishing Jumlah Halaman Buku : 334 halaman Cetakan, Tahun Terbit : 5, September 2017 Apa itu Rumah Main Anak? Saya mengetahui buku ini sejak awal masuk di kelas Bunda Sayang, Ibu Profesional. Waktu itu ada seorang teman yang merekomendasikan buku RMA untuk teman bermain anak-anak. Saya langsung tertarik dan membeli buku RMA ini lengkap dengan RMA edisi kedua. RMA yang akan saya review adalah RMA 1. Pertama kali saya melihat buku ini, saya tertarik pada desain sampulnya. Desain sampul sederhana tapi elegan. Sampul kuning di buku RMA 1 ini membuat kesan ceria sesuai dengan isi buku. Bayi saya yang sudah jatuh cinta pafa pandangan pertama, begitu tertarik pada sampul maka saya pun langsung tertarik ingin seger...