Langsung ke konten utama

Sekapur Sirih Fitrah Seksualitas (Review Hari 1)


Saya sempat menyamakan pendidikan seksualitas dengan fitrah seksualitas. Namun, ternyata keduanya jauh berbeda. Pendidikan seksualitas berkaitan dengan pemberian info tentang hal yang berkaitan dengan pernikahan atau seksualitas. Sedangkan fitrah seksualitas adalah hal yang seharusnya ada atau dilakukan berdasarkan gendernya. Misal, anak laki-laki tidak boleh berpakaian.seperti perempuan, demikian sebaliknya.

Fitrah seksualitas membantu anak untuk memahami dirinya sendiri. Menjelaskan fitrah seksualitas.pada anak jelas perlu. Hal ini dilakukan agar anak tidak salah kaprah hidupnya, tidak salah bersikap dan bertindak, agar bersikap dan bertindak sesuai gender masing-masing. Seperti yabg telah kita ketahui bahwa saat ini banyak kasus ketika anak-anak atau seseorang berperilaku di luar gendernya.

Pada kenyataannya, mendidik anak dengan memperhatika fitrah seksualitas menemukan beberapa tantangan. Tantangan tersebut meliputi: derasnya arus teknologi, munculnya penyimpangan LGBT, pola pikir bebas serta upaya membangun benteng keluarga yang kuat. Tantangan ini yang harus dihadapi kita, semua orang tua. Pendidikan seksualitas sendiri dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu fase oral ketika anak berusia 0-2 tahun, fase anal anak berusia 2-4 tahun, fase phalic anak berusia 4-7 tahun, dan fase genitak anak berusia 8-12 tahun.

Terkait dengan fase dan pendidikan seksualitas ini. Di fase genital pendidikan yang disarankan adalah mendekatkan dengan lintas gender agar pada saat golden age pembangkitan fitrah seksualitas, anak sudah matang. Tantangannya saat ini banyak anak di fase Phalic yang dewasa sebelum waktunya. Bagaimana mengatasinya? Pada fase genital, disarankan anak didekatkan pada lintas gender. Karena pada masa 2-7 tahun mereka sudah dikenalkan dengan peran seksualitas dan peran gendernya. Sehingga masa usia 8-12 yang menjelang dan sudah akil baligh, anak semakin matang memahami peran nya masing-masing (sesuai gender).

Untuk anak usia dini pendidikan apa yang bisa kita berikan pada anak usia prasekolah: 1. Sebagai muslim, kenalkan batas aurat pada anak anak, sehingga sudah timbul rasa malu. Bila kelihatan auratnya. 2. Toilet training, agar anak nyaman di toilet bukan ditempat terbuka.  3. Mengenalkan pergaulan gender dalam islam , tentang batasan bergaul dengan anak laki-laki Dan perempuan.

Senantiasa menjaga komunikasi dengan anak. Membangun komunikasi terbuka dan jujur memang tidak mudah. Butuh komitmen dan konsisten dalam keluarga. Contohnya : biasakan menjawab jujur pada anak sejak kecil. Bukan jawaban asal. Apapun pertanyaannya.      Contoh lagi: memang harus dibuat waktu yang semua keluarga sore ngobrol enak dan nyaman.
Mulai dari kita juga terbuka dengan anak, anak pun akan melakukan hal yang sama. Misal: sepulang sekolah sambil.jemput anak.saya bercerita masak apa hari ini. Lalu saya ajak anak bercerita dia di sekolah ngapain aja dan ada cerita apa?? Everyday...akhirnya dia terbiasa terbuka dengan kita.


-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Pojok Bermain Lula

Bermain menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari masa kanak-kanak termasuk usia bayi. Bermain dibutuhkan anak-anak sebagai sarana eksplorasi sekaligus sebagai sarana bermain peran. Melalui bermain, anak-anak bisa mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Ia bisa mengenal berbagai bentuk benda, warna, halus kasar, besar kecil, dan sebagainya. Ketika ia memainkan sesuatu, ia berarti melihat dan memegang lebih dekat apa yang anak tersebut mainkan. Demikian pula dengan bermain peran. Dalam kegiatan bermain, kadang anak berperan seolah-olah menjadi penjual, ibu, dokter, pembeli, guru, atau pekerjaan lainnya. Peran yang dimainkan anak-anak bisa membantu memperkaya kosa kata yang dimilikinya. Apakah terdapat hubungan antara bermain dan mendidik? Menurutku bermain erat kaitannya dengan mendidik terutama bagi anak-anak di usia balita. Ketika bermain, ia sekaligus dapat belajar banyak hal. Misalnya, dalam permainan kubus meraba untuk bayi usia 6 bulan. Ketika bermain kubus meraba, bayi dapa...