[...]
Aku
terkaget-kaget ketika pertama kali memasuki kelas ini. Kelas ini terlalu amazing untukku yang baru seumur jagung
mengajar di sekolah. Aku mendapati berbagai karakteristik siswa yang aneh dan
ekstrim bagiku. Pertama kali aku menyapa mereka, sejenak mereka diam
memperhatikanku. Tak sampai 10 menit berlalu mereka sudah kembali pada
aktivitasnya. Mengacuhkanku begitu saja. Aku merutuk dalam hati. Sepanjang aku
mengajar, aku tak pernah diperlakukan seperti ini. Ku coba mengatur nafas
supaya tetap bersabar menghadapi mereka. Aku coba menenangkan mereka. Nihil.
Suaraku tak ditanggapi.
Berbagai
polah mereka benar-benar di luar dugaanku. Anak-anak berhamburan main
perang-perangan. Lima belas anak laki-laki menggunakan semua peralatan yang ada
sebagai senjata perang. Satu anak perempuan mendengungkan suara lebah secara
terus menerus. Satu anak perempuan bermain kapur, menghancurkannya dan sibuk
lari-lari mengotori teman-temannya yang sedang “berperang”. Untunglah, masih ada
dua anak perempuan yang ku anggap normal duduk manis di tempat duduknya. Aku
sedikit bersyukur. Masih ada yang bisa diandalkan.
Dengan
terpaksa ku gunakan senjata pamungkasku. Menenangkan mereka dengan teriakan
maut. Berhasil. Mereka sejenak terdiam. Aku suruh mereka duduk dan
mendengarkanku bicara. Berhasil lagi. Mereka mau mendengarkanku bicara. Entah
masuk atau tidak dalam telinga mereka, aku tak peduli. Aku hanya ingin segera
menyelesaikan jam mengajar hari ini, kemudian pulang ke asrama dan tidur. Mereka
telah berhasil menguras tenagaku di hari pertama.
Hari
kedua masih sama. Mereka masih susah untuk diatur dan diajak belajar
sebagaimana mestinya. Mereka masih sibuk dengan urusannya. Kali ini ditambah
beberapa anak yang sibuk bolak balik keluar kelas untuk pergi ke toilet atau
pergi mencari keran dan membasahi seluruh kepala mereka dengan air. Ketika aku
bertanya mengapa mereka membasahi penuh kepala mereka. Dengan enteng mereka
menjawab, karena kepanasan atau ngantuk. Duh... sepanjang aku duduk di bangku
SD, aku tak menemukan teman-temanku seekstrim itu. Demikian pun, aku tetap
mengajak mereka belajar. Belajar sekenanya. Belajar sedapatnya. Aku menggunakan
energi penuh untuk mentransfer ilmu pada mereka dengan metode tradisional,
ceramah dominan berteriak-teriak. Aku belum berani menggunakan model-model
inovatif yang dulu ku pelajari selama kuliah. Terlalu riskan. Alhasil, aku
selalu pulang dalam keadaan lemas dan dalam seminggu suaraku habis. Serak.[...]
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting... 😁😁