Qodarullah, Alula
hari ini berkunjung ke RS setelah kemarin sore terdeteksi ada ruam di kakinya.
Saya dan suami memutuskan untuk segera konsul di dokter anak, sebagai langkah
antisipasi jika ada sesuatu yang tak beres. Begitu bertemu dr. Masruri – dokter
anak PKU Muhammadiyah Kalisat, Alula disarankan untuk cek darah rutin. Duh.,
saya tak bisa membayangkan bayi 5 bulan ini harus diambil darahnya. Begitu
diambil darahnya, Alula menangis keras. Rasanya saya ingin menggantikannya. Tapi
apa daya. Begitu selesai, Alula sudah bisa tenang kembali setelah saya
menimangnya. Ia kemudian tertidur. Beruntung hasil lab menunjukkan tak ada sesuatu
hal yang perlu dikhawatirkan. Alula tidur di gendongan saya sampai siang.
Mengingat ia yang baru saja ditusuk jarum, saya jadi lebih
sering skin to skin dengannya. Tidak saya
sambi-sambi dengan hal lain. Fokus memeluk dan mengusap-usap badannya. Kebiasaan
mendongeng juga tidak berjalan lancar, hanya separuh dongeng yang berhasil saya
ceritakan. Padahal dongeng ini sudah saya siapkan di hari sebelumnya. Berikut dongeng
yang dipersiapkan untuk Alula.
***
Teman Cerita Lula: Yupi Marmut, Tetangga Baru Cici
Pagi ini jalanan di dekat rumah Cici terlihat ramai.
Beberapa mobil terlihat lalu lalang kemudian menurunkan beberapa barang. Rumah
di seberang jalan juga terlihat ramai. Barang-barang yang diturunkan dari mobil
dimasukkan ke rumah itu. Cici penasaran. Ia berjalan menghampiri Mama Kelinci
yang sedang membuat puding.
“Ma., rumah di seberang kok tumben rame ya?” tanya Cici
sambil menarik celemek bagian belakang Mama Kelinci.
“Oh itu.. Iya, Sayang. Kita akan mempunyai tetangga baru,”
jawab Mama Kelinci sambil mengaduk puding.
“Wah., asyik sekali ya, Ma. Apakah tetangga baru kita
memiliki anak seusiaku, Ma?” tanya Cici lagi. Ia berharap ada anak di rumah itu
yang seusianya.
“Sepertinya ada, tadi Mama lihat ada anak seusia Cici
berlarian. Tapi kurang tahu juga, Mama kan belum kenalan,” jawab Mama. Cici
mengangguk-angguk, Mama Kelinci sama tidak tahunya dengan Cici.
Proses bongkar muat barang baru selesai di tengah hari.
Sudah tidak ada lagi mobil yang mengangkut barang-barang. Rumah di seberang
jalan terlihat sepi. Mungkin penghuninya sedang beristirahat di dalam. Ah..
ingin sekali Cici berkunjung. Tetapi, kata Mama, Cici belum boleh berkunjung.
Kemungkinan mereka masih lelah dan butuh istirahat.
Sore harinya. Tok..tok.. tpk
Terdengar suara pintu rumah Cici diketuk. Mama Kelinci
membukakan pintu. Cici mengikuti Mama yang sedang membuka pintu. Ternyata yang
datang adalah tetangga baru Cici, Mama Marmut dan anaknya. Mama Kelinci
mempersilahkan mereka masuk. Beberapa menit Mama Kelinci dan Mama Marmut saling
berkenalan dan mengobrol. Cici daritadi masih diam. Duduk di samping Mama
Kelinci. Melihat anaknya diam saja, Mama Kelinci kemudian memperkenalkan Cici.
“Oya.. Bibi lupa. Perkenalkan., ini Cici. Putri semata
wayang Bibi. Silahkan kalian berkenalan sendiri. Boleh kok main-main di sekitar
sini,” kata Mama Kelinci memperkenalkan Cici. Cici berdiri dengan semangat.
“Hay.. namaku Cici. Siapa namamu?” tanya Cici pada tetangga
barunya.
“Namaku Yupi. Senang berkenalan denganmu,” jawab tetangga
baru Cici yang ternyata bernama Yupi.
“Hai Yupi, aku juga senang berkenalan denganmu. Bagaimana
kalau kita bermain bersama di sana,” aja Cici sambil menunjuk ke arena
bermainnya di dalam rumah.
“Tidak asyik menunggu obrolan mama-mama,” bisik Cici pada
Yupi. Yupi mengangguk, tersenyum. Ia kemudian mengikuti Cici dan bermain
bersama.
***
Bagaimana reaksi Alula dengan dongeng kedelapan saya?
Saya memulai mendongeng ketika Alula sudah terlalu
mengantuk, sehingga ia tak tenang mendengarkan saya. Daripada Alula rewel
karena ingin tidur tapi belum juga bisa tidur, maka saya menyudahi dongeng saya
yang baru sebentar dan menenangkannya supaya tidur. Satu setengah jam kemudian,
Alula baru bisa tertidur pulas.
#Tantangan10Hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting... 😁😁