[...]
Sekali-kali
Bapak mengajakku ke sekolah, aku selalu menenteng tas sendiri. Tas punggung
yang selalu aku bawa ketika berkunjung kemana pun. Isi tas itu, tentu saja buku
dan alat tulis, walaupun aku belum bisa menulis dan membaca. Gayaku sudah
pantas sekali menjadi anak sekolahan, sayangnya belum cukup umur untuk sekolah.
Sesaat setelah Bapak meninggalkanku di perpustakaan, aku langsung sibuk sendiri.
Mengeluarkan isi tas, kemudian mondar-mandir mencari buku cerita. Kalau ada
yang menarik, langsung aku masukkan tas untuk dibawa pulang. Baru izin ke
Bapak, kalau semua sudah tersimpan rapi di tas. Menjadi pelanggan setia
perpustakaan sekolah Bapak bertahan cukup lama, bahkan sampai aku benar-benar
lancar membaca.
Sampai
ketika aku berumur 3 tahun, aku sudah benar-benar ingin sekolah. Aku selalu iri
melihat anak-anak lain memakai seragam, tas, dan sepatu kemudian berangkat
sekolah. Aku terus merengek pada Bapak supaya dibolehkan masuk sekolah tahun
ini. Waktu itu belum ada PAUD, usia 3 tahun masih terlalu dini untuk masuk TK.
Tapi akhirnya, aku diperbolehkan masuk TK. Aku sangat bersemangat sekali di
hari pertama masuk sekolah. Aku terlihat keren dengan seragam biru muda putih,
sepatu hitam, dan tas punggung kesayangan. Tak lupa Ibu mengikat rambut ikalku
supaya terlihat rapi. Aku berangkat sekolah sendirian. Karena kedua orang tuaku
bekerja, mereka tak mungkin menungguiku di sekolah. Nenekku juga memiliki
banyak pekerjaan di rumah. Aku sudah dibiasakan mandiri sejak saat itu.
Ketika
sudah duduk di TK B, Bu Guru sudah mulai mengajari membaca kata-kata. Aku
sangat suka diajari membaca. Di rumah aku selalu minta kepada Ibu atau Bapak
untuk mengajariku membaca. Pertama kali bisa membaca menjadi pengalaman yang
sangat menyenangkan bagiku. Masih dengan terpatah-patah, aku ambil buku-buku
cerita yang dulu ku bawa pulang dari perpustakaan sekolah Bapak. Aku mengambil
buku favoritku, “Cerita di Rimba Dandaka”. Aku mencoba membaca kata per kata
yang aku bisa, kemudian mencocokkannya dengan gambar yang berada di samping
bacaan. Bukan main menyenangkannya bisa membaca. Aku tidak lagi hanya melihat
gambar, tapi juga mengetahui apa yang dilakukan hewan-hewan di gambar tersebut.
Semangatku untuk belajar membaca semakin hari semakin meninggi. Aku selalu
ingin bisa membaca apapun tulisan yang aku temukan. Setiap kali berhasil
membacanya dengan keras, dan mendapat apresiasi dari Bapak atau Ibuku maka aku
akan tersenyum puas dan merasa bahagia sekali. Setelah mulai bisa membaca,
latihanku naik tingkat menjadi belajar menulis huruf dan angka. Pertama, ibu
mengajariku cara memegang pensil yang benar. Kemudian mulai memberi contoh
menuliskan angka 0 sampai 9. Baru sampai angka dua, aku mulai kesulitan. Butuh
pembiasaan agak lama supaya tanganku lentur membuat lengkungan angka dua yang
mirip bebek berenang itu. Awal aku bisa menulis, tulisanku semakin “naik
gunung” dan besar-besar. Ibu memberiku contoh barisan angka lagi. Demikian
terus, sampai aku bisa menulis dengan stabil. [...]
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting... 😁😁