Fitrah seksualitas sangat perlu dikenalkan pada anak mulai usia bayi. Mulai usia 0 tahun, anak sudah dikenalkan tentang aurat. Pendidikan seksualitas berbasis fitrah ini terus dilakukan sampai anak berusia remaja, bahkan menjelang menikah. Hal ini penting supaya kelak anak laki-laki dan anak perempuan dapat tumbuh sesuai fitrah yang diajarkan dalam Al-Quran.
Terdapat beberapa solusi untuk mendidik anak-anak kita sesuai fitrah seksualitas. Pertama, membatasi dan menyeleksi tontonan anak baik TV, video, atau youtube. Pilihlah tontonan yang berisi konten yang baik. Dampingi anak ketika mereka menonton sesuatu, kita bisa sekaligus memberi penjelasan dan pelurusan jika ada sesuatu yang menyimpang. Bisa juga meminta anak untuuntuk menceritakan kembali apa saja yang ditonton, jika mereka nonton bersama teman atau di luar rumah.
Kedua, mengajarkan anak untuk tidak BAK di sembarang tempat. Terdapat beberapa cara yang dalat dilakukan jika kita bepergian, yaitu mempersiapkan pampers baru, tas kresek, air bersih, dan tissue basah. Jika tidak sedang bepergian, Ajarkan anak untuk selalu BAK di rumah atau di kamar mandi. Ajak mereka ke kamar mandi meskipun mereka sedang asyik bermain dengan kawan nya. Agar anak faham dimana tempat untuk BAK, juga tau adab membersihkannya agar sehat alat kelamin nya.
Ketiga, mengajarkan rasa malu dari dalam rumah. Orangtua menjelaskan tiga waktu privasi yang melarang anak untuk masuk ke kamar ortu, yaitu sebelum subuh, setelah dzuhur dan setelah isya (QS. An Nuur : 58). Orangtua memberikan contoh baik di dalam rumah, misalkan berganti pakaian di dalam kamar tanpa terlihat anak, tidak berciuman bibir di depan anak-anak, tidak memakai pakaian yang menunjukkan aurat terbuka di depan anak-anak (misalkan lingery, daster pendek, hot pants, u can see). Orang tua juga perlu mengajari anak bagian tubuh yang boleh terlihat dan yang tidak boleh terlihat teman nya, juga tidak boleh disentuh orang lain. (aurat anak dibawah usia 3 tahun belum ada, aurat anak usia 4 tahun meliputi kemaluan & pantat, juga yang tertutup pakaian)
Keempat, memisahkan kamar tidur anak laki-laki dan perempuan sejak masih balita. Jika terpaksa hanya ada satu kamar, pisahkan ranjangnya. Kelima, mandi tidak bersamaa. Anak perlu dibiasakan sejak kecil untuk mandi sendiri-sendiri, meskipun anak-anak memiliki gender yang sama. Ketika keluar kamar mandi harus mengenakan baju atau seminimal mungkin menggunakan handuk.
Tantangannya, di sekitar kita masih berlau mitos dan pendidikan seksualitas dianggap tabu. Solusinya yaitu, pertama, kita menggunakan istilah yang nyata (bukan kiasan). Misal hal sederhana
Menyebutkan nama alat kelamin anak dengan nama sesungguhnya. Hal ini menurut beberapa orangtua termasuk hal tabu, maka dari itu mereka mengganti dengan sebutan titit, burung, memek, ninok, dan sebagainya. Seharusnya kita memberikan pengertian nama alat kelamin sesuai nama sesungguhnya. Sebab saat mereka besar dan sekolah nanti, nama alat kelamin tersebut akan disebutkan dengan nama sesungguhnya.
Bisa juga membuat kebingungan anak kita, kenapa ya tempat pipis anak laki-laki di sebut dengan burung? Padahal kan burung itu adalah nama hewan yang memiliki sayap dan bisa terbang. Pengenalan nama asli alat kelamin ini perlu juga kita tanamkan sejak kecil untuk menghilangkan kerancuan dalam pikiran anak.
Komentar
Posting Komentar
Thank you for visiting... 😁😁