Langsung ke konten utama

Aktivitas Ammar: Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu [Bagian 1]



Sepulang mengaji Ammar berlari-lari mencari ibunya. Kebetulan hari ini kegiatan mengaji dipulangkan lebih awal dari biasanya. Sesampai di rumah Ammar tidak menemukan Ibuk di rumah. Semua tempat sudah diperiksa, di kamar, dapur, halaman, ruang keluarga, tetapi Ibuk tidak ada. Ayah yang sedang menonton berita di TV heran dengan perilaku Ammar.
“Kamu cari apa nak?”.
 “Ibuk di mana, Yah?” tanya Ammar.
“Ibuk belum pulang, hari ini jadwal mengajarnya sampai sore. Kenapa memangnya?” Ayah masih penasaran.
“Rahasia...!. Hehehehe..” jawab Ammar sambil berlari menuju kamarnya.
“Mencurigakan anak itu..” batin Ayah dalam hati.

Ibuk adalah seorang dosen kelas ekstensi di sebuah universitas swasta, sehingga ia hanya mengajar pada hari Jum’at dan Sabtu saja. Pada kedua hari tersebut Ibuk memang sering pulang sore hingga pukul 17.00, namun sore ini Ibuk pulang terlambat. Hingga menjelang magrib Ibuk belum juga pulang. Ammar mulai cemas karena ada yang ingin ia lakukan untuk ibunya.
Yah.. Ibuk kok tumben ya belum pulang?” tanya Ammar seusai shalat magrib.
“Mungkin masih ada yang perlu diselesaikan, Nak. Kita bikin nasi goreng yuk untuk makan malam,” ajak Ayah menenangkan hati Ammar. Mata Ammar sedikit berbinar, ia memang suka sekali dengan nasi goreng Ayah. Baginya nasi goreng Ayah adalah yang paling enak, Ibuk aja gak bisa bikin nasi goreng seenak Ayah.

Tepat setelah Ammar dan Ayah selesai makan, Ibuk pulang,
“Assalamualaikum,”.
“Walaikumsalam,”. Ammar  dengan gesit segera masuk ke kamarnya, kemudian ia mengambil baskom di dapur.
“Wah.. sudah pada makan. Ibuk gak kebagian nih?” Ibuk menghampiri Ayah di ruang makan, sementara Ammar masih sibuk dengan kegiatannya.
“Ibuk bikin sendiri aja ya?” Ayah tertawa. Melihat Ammar sibuk sendiri dan tidak menyambutnya, Ibuk bingung
“Ammar sedang apa, Yah?. Ibunya pulang kok malah sibuk sendiri” bisik Ibuk kepada Ayah.
“Entahlah, Buk. Dari tadi sore nanyain Ibuk di mana, dan gelisah ibunya gak pulang-pulang, katanya ada yang mau dia lakukan,” jawab Ayah setengah berbisik. [Bersambung..]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Pojok Bermain Lula

Bermain menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari masa kanak-kanak termasuk usia bayi. Bermain dibutuhkan anak-anak sebagai sarana eksplorasi sekaligus sebagai sarana bermain peran. Melalui bermain, anak-anak bisa mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Ia bisa mengenal berbagai bentuk benda, warna, halus kasar, besar kecil, dan sebagainya. Ketika ia memainkan sesuatu, ia berarti melihat dan memegang lebih dekat apa yang anak tersebut mainkan. Demikian pula dengan bermain peran. Dalam kegiatan bermain, kadang anak berperan seolah-olah menjadi penjual, ibu, dokter, pembeli, guru, atau pekerjaan lainnya. Peran yang dimainkan anak-anak bisa membantu memperkaya kosa kata yang dimilikinya. Apakah terdapat hubungan antara bermain dan mendidik? Menurutku bermain erat kaitannya dengan mendidik terutama bagi anak-anak di usia balita. Ketika bermain, ia sekaligus dapat belajar banyak hal. Misalnya, dalam permainan kubus meraba untuk bayi usia 6 bulan. Ketika bermain kubus meraba, bayi dapa...