Langsung ke konten utama

Mengenal Bunyi dan Angka


Hari ini siklus tidur Alula tidak seperti biasanya. Sejak pagi Alula sudah bangun dan tidak mau tidur lagi. Alhasil pekerjaan saya terbengkalai, termasuk proyek sensory board yang tinggal tahap finishing. Karena sensory board-nya belum selesai sepenuhnya, maka hari ini belum saya gunakan untuk stimulasi sensory Alula.

Selama saya tinggal mandi, Alula ini agak rewel. Dia nangis gak tahu kenapa padahal sebelumnya dia sudah nen puas. Padahal biasanya Alula ini jarang rewel. Di tengah-tengah kerewelannya, saya timang dan peluk Alula. Walau demikian, dia masih saja menangis. Saya memang belum memberinya nenen karena saya kira belum ada satu jam yang lalu dia nenen. Saya alihkan perhatian Alula supaya menghentikan tangisnya. Saya ganti posisi Alula menjadi posisi duduk. Posisi ini agak membantu, 
Alula mulai diam.

Kemudian saya ingat kalau masih punya theether book yang belum sempat dipakai Alula. Saya hadapkan theether book di depan Alula. Theether book ini berbunyi “kresek-kresek” ketika dipegang. Bunyinya cukup keras sehingga perhatian Alula sejenak tertahan ketika ia mulai meremas buku. Oya.. selain berbunyi “kresek-kresek”, theether book ini juga bisa mengeluarkan suara “ciit-ciit” di bagian tengah buku. Begitu dibunyikan, Alula suka sekali. Ia terlihat heran dengan suara “kemresek” dan “cii-ciit” tersebut.

Sambil mengenal bunyi, saya juga mengenalkan angka dengan bantuan theether book. Pengenalan angka adalah hal yang baru bagi Alula. Melalui buku ini Alula mengenal angka 1 sampai dengan 5. Saya juga menambahkan beberapa penggal cerita sesuai gambar yang ada di buku namun tidak tertulis. Selain cerita, saya juga mengenalkan warna pada Alula. Sehingga melalui theeter book ini, Alula bisa belajar banyak hal terutama bunyi dan angka.

Lagi-lagi karena umur Alula masih kecil, konsentrasinya pun tidak lama. Beberapa menit kemudian, Alula sudah bosan dan nangis lagi. Nangisnya kali ini sudah tidak bisa teralihkan, dan akhirnya saya yang ngalah nenenin Alula.



#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayIIP

#thinkcreative

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Pojok Bermain Lula

Bermain menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari masa kanak-kanak termasuk usia bayi. Bermain dibutuhkan anak-anak sebagai sarana eksplorasi sekaligus sebagai sarana bermain peran. Melalui bermain, anak-anak bisa mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Ia bisa mengenal berbagai bentuk benda, warna, halus kasar, besar kecil, dan sebagainya. Ketika ia memainkan sesuatu, ia berarti melihat dan memegang lebih dekat apa yang anak tersebut mainkan. Demikian pula dengan bermain peran. Dalam kegiatan bermain, kadang anak berperan seolah-olah menjadi penjual, ibu, dokter, pembeli, guru, atau pekerjaan lainnya. Peran yang dimainkan anak-anak bisa membantu memperkaya kosa kata yang dimilikinya. Apakah terdapat hubungan antara bermain dan mendidik? Menurutku bermain erat kaitannya dengan mendidik terutama bagi anak-anak di usia balita. Ketika bermain, ia sekaligus dapat belajar banyak hal. Misalnya, dalam permainan kubus meraba untuk bayi usia 6 bulan. Ketika bermain kubus meraba, bayi dapa...