Langsung ke konten utama

Aktivitas Ammar: Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu [Tamat]


Beberapa menit kemudian, Ammar menghampiri ibunya dengan wajah berseri-seri sambil membawa baskom berisi air. Ia menaruh baskom tersebut di dekat kaki ibunya dan mulai membasuh kaki ibunya dengan lembut. Bau airnya wangi sekali, entah pewangi siapa yang sudah ditumpahkan di dalam baskom Ammar. Ibuk dan Ayah berpandangan, heran dengan perilaku anaknya. 
“Kamu ngapain, nak. Ibuk bisa cuci kaki sendiri,” Ibuk menyuruh Ammar berdiri. Ammar tetap tidak bergeming dari kegiatannya. 
“Kata Pak Ustadz Affan tadi sore, surga ada di telapak kaki ibu. Ammar pengen surganya Ammar wangi dan bersih, makanya mulai sekarang Ammar harus rajin bersihin kakinya Ibuk,
” Ammar menjawab dengan polosnya. Ibuk dan Ayah berusaha menahan tawa demi menghargai pendapat anaknya yang polos. 
“Coba Ayah tanya dulu, tadi ketika Ustadz Affan ceramah Ammar mendengarkan dengan baik atau sambil mainan?” tanya Ayah. 
“Hmmm... mendengarkan, Yah. Tapi sempat bikin pesawat-pesawatan sama Gio,” Ammar menghentikan kegiatannya sejenak sambil mengingat-ingat. 
“Ohh... Pantas saja. Sudah cuci kaki Ibuknya, Ayah mau bicara sebentar sebelum azan Isya,” Ayah mengisyaratkan Ammar untuk duduk. Ammar menurut dengan perkataan ayahnya. 
“Anakku., memang benar surga ada di telapak kaki ibu. Namun, bukan berarti dengan kita membersihkan kaki ibu kemudian kita mendapatkan surga, pengertiannya tidak seperti itu, Nak. Surga di telapak kaki ibu berarti Ammar sebagai anak harus menghormati dan menyayangi Ibuk, menurut dengan kata-kata Ibuk, berkata sopan kepada Ibuk, selalu membuat Ibuk bahagia dan bangga. Jangan sampai Ibuk bersedih karena tingkah lakumu, Nak. Mengerti?” Ayah menatap mata Ammar. Ammar menganggukkan kepala. 
“Tapi membasuh kaki Ibuk juga boleh kan, Yah?” Ammar masih berusaha teguh pada pendapatnya. 
“Boleh.., tapi yang utama adalah apa yang Ayah katakan tadi,” Ayah menekankan. 
“Baiklah, Ayah,”. Ibuk tersenyum sambil mengusap kepala Ammar. 
“Lain kali ketika ada orang berbicara, didengarkan dengan baik ya, Nak?. Kalau sambil mainan dengarnya jadi separo-separo,”.
“Maafkan Ammar, Buk,” Ammar merasa bersalah teringat perilakunya tadi sore ketika mengaji. 
“Yuk.. sekarang wudhu dan ke masjid untuk shalat Isya,” Ayah menuntun Ammar untuk mengambil wudhu. [Selesai]

Komentar

Posting Komentar

Thank you for visiting... 😁😁

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Rumahku Madrasah Pertamaku"

Judul Buku : Rumahku Madrasah Pertamaku (Panduan Keluarga Muslim dalam Mendidik Anak) Penulis : Dr. Khalid Ahmad Syantut Penerbit : Maskana Media (Imprint Pustaka Rumah Main Anak) Cetakan : kedua, Januari 2019 Jumlah Halaman : 184 halaman Pertama kali melihat iklan masa PO buku ini, saya langsung tertarik untuk memesannya. Saya memang senantiasa tertarik pada buku parenting . Ketidaksempurnaan dalam diri saya membuat saya ingin terus memperbaiki supaya kelak saya bisa mendidik anak-anak sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul inginkan. Setelah menunggu selama kurang lebih dua minggu, akhirnya buku ini berada di pelukan saya. Desain dan layout buku yang menarik membuat saya ingin segera membacanya. Kemudian, saya bacalah buku ini, mengalahkan tumpukan buku lain yang belum sempat terbaca. "Rumahku Madrasah Pertamaku" begitulah judul buku ini. Sesuai dengan judulnya, buku ini mengingatkan saya kembali tentang betapa berpengaruhnya lingkungan rumah terhadap karakter a...

Review: Smart Hafiz Mempersiapkan Si Kecil Anti Smartphone

Akhir-akhir ini sering saya lihat anak-anak sudah susah terlepas dari gawai. Gawai yang mereka pakai biasanya jenis smartphone. Tak hanya anak-anak, balita bahkan batita juga sering saya lihat mulai menggunakan barang elektronik ini. Bagi saya, hal tersebut kurang mendidik. Anak-anak terutama balita seharusnya bermain untuk melatih kemampuan motorik mereka. Anak-anak yang lebih besar seharusnya bisa membangun interaksi dengan teman sebaya maupun orang di sekitarnya, bukan bersifat antisosial. Nah., latihan kemampuan motorik dan membangun kemampuan sosial ini yang tidak ditemukan dalam smartphone. Anak-anak cenderung pasif ketika menggunakan sartphone. Apalagi jika smartphone tersebut terhubung dengan internet. Anak usia 3 tahun pun bisa mengakses Youtube dan berselancar mencari video-video yang disukainya. Jika sudah terlanjur demikian, anak akan susah disapih dari benda bernama smartphone ini. Ketika kita ingin menyapih anak dari smartphone tantangannya lebih besar dibanding...

Pojok Bermain Lula

Bermain menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari masa kanak-kanak termasuk usia bayi. Bermain dibutuhkan anak-anak sebagai sarana eksplorasi sekaligus sebagai sarana bermain peran. Melalui bermain, anak-anak bisa mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Ia bisa mengenal berbagai bentuk benda, warna, halus kasar, besar kecil, dan sebagainya. Ketika ia memainkan sesuatu, ia berarti melihat dan memegang lebih dekat apa yang anak tersebut mainkan. Demikian pula dengan bermain peran. Dalam kegiatan bermain, kadang anak berperan seolah-olah menjadi penjual, ibu, dokter, pembeli, guru, atau pekerjaan lainnya. Peran yang dimainkan anak-anak bisa membantu memperkaya kosa kata yang dimilikinya. Apakah terdapat hubungan antara bermain dan mendidik? Menurutku bermain erat kaitannya dengan mendidik terutama bagi anak-anak di usia balita. Ketika bermain, ia sekaligus dapat belajar banyak hal. Misalnya, dalam permainan kubus meraba untuk bayi usia 6 bulan. Ketika bermain kubus meraba, bayi dapa...